"Baiklah jika itu yang kau mau,"
"Dan lagi , ambil saja uang itu untuk pengobatan ayahmu, kau tak purlu membayar hutang lagi padaku." ucap Leon berubah dingin dan berlalu meninggalkan Merisa sendiri.
"Ta-tapi...".
"Tidurlah , besok kuantar kerumahmu",
Bingung , itulah yang di rasakan Merisa , apakah ia harus merasa senang karena telah lepas dari pekerjaannya ,ataukah sedih karna harus pergi meninggalkan mansion .entah kenapa memikirkannya dadanya terasa sakit seperti di remas bayangan tak kasat mata .
.
'apa yang kupikirkan, kebahagiaan ayah adalah yang terpenting untuk saat ini.' Ucap Merisa dalam hati.
.
.
.
Merisa P.O.V
Cahaya matahari menyusup melalui sela- sela jendela ,terlihat dinakas sudah pukul 06.00
'Ah sial , aku kesiangan ', aku mengumpat dan bergegas untuk membersihkan diri kemudian turun kebawah untuk menyiapkan makanan. Aku menuruni tangga menuju dapur untuk menyiapkan sarapan ,terlihat tak sedikitpun bayangan Leon di sana.
'apa dia sudah berangkat' pikirku menerka nerka
"kamu sudah bangun?," kata seseorang dibelakangku .
"iya tuan"
"Siapkan barang barangmu ,kita pergi ke rumahmu," ucap leon menuruni tangga
"Tidak perlu tuan saya bisa naik taksi , lagi pula tuan harus ke kantor , saya tidak mau merepotkan tuan ", ucapku menundukkan wajah gugup .
'untuk apa dia sampai mengantarku kerumah segala' pikirku
"kau lupa ini hari Minggu ?,"
" Ta- tapi ...., " belum sempat membantah Leon sudah menyuruh Ferdi menyiapkan mobilnya
" aku tidak menerima penolakan,"
" ba-baiklah " ucapku melangkah menuju
kamar untuk bersiap siap .
Butuh waktu 30 menit aku menyiapkan barang barang milikku , baju dan beberapa perlengkapan yang dulu aku bawa ke mansion , aku menuruni tangga dengan membawa koper besar di tanganku dan berjalan menuju parkiran untuk menyusul Leon disana .
" Maaf membuat anda menunggu "
"ck ,cepat masukkan ke bagasi" Leon berdecak kesal.
" Iya tuan"
.
.
.
Normal P.O.V
Mobil Ferrari sport berwarna biru tua itu melaju dengan kecepatan sedang ,Leon duduk di jok belakan di samping Merisa, terlihat keduanya tampak sibuk dengan pikiran masing masing , Leon hanya menatap kearah jendela datar,
sedangkan Merisa , entah apa yang di lakukannya saat ini .tiba- tiba
Drrrt.....
Ia malah sibuk membalas chat dengan teman masa kecilnya yang baru saja ia temui beberapa hari yang lalu.
"Siapa?," tanya Leon yang masih melihat keluar jendela ,bukan luar jendela lebih tepatnya ke arah pantulan Merisa yang sedang sibuk dengan ponselnya .
" Temanku ", Merisa menoleh ke arah Leon .
" Laki-laki atau perempuan "
Belum sempat menjawab ,Tiba-tiba mobil itu berhenti di depan halaman yang tak begitu luas namun mampu menampung beberapa mobil yang masuk , terlihat rumah dengan desain sederhana namun tidak sedikitpun mengurangi keindahan rumah tersebut dengan berbagai macam bunga yang di tanam cantik di sekitar halaman rumah ,berbeda sekali dengan mansion Leon yang sangat megah dan luas.
Terlihat seorang laki-laki paruh baya dan seorang pemuda menghampiri Merisa dan Leon .
"Ayah," ucap Merisa dengan mata berkaca -kaca menghampiri sang ayah.
"Anakku , Merisa," ucap ayah Merisa memeluk Merisa erat.
" Maafkan Merisa ayah ,Merisa yang telah membuat ayah jadi seperti ini ," ucap Merisa menahan tangisnya .
" Tidak nak, ayahmu ini yang salah , Maafkan ayah nak ,tak seharusnya ayah mengusirmu dan membuatmu hidup sendirian dan menderita,"
Mereka berdua berpelukan menumpahkan rasa yang selama ini mereka pendam ,menangis ,meraung -raung tanpa mempedulikan orang di sekitarnya.
"Ehemm." Ucap Leon menengahi adegan dramatis tersebut.
Mereka otomatis melepaskan pelukan mereka .
" kamu Alvalendra bukan?," Ucap ayah Merisa sambil memperbaiki tatanan nya.
" benar paman ," Leon membenarkan.
" Mari masuk," Ayah Merisa mempersilahkan Merisa ,dan Leon untuk masuk kedalam rumah . Sedangkan Ferdi membuntuti Tuannya dan ikut masuk kedalam.
.
.
.
" Silahkan ", ucap Merisa menyodorkan kopi hangat .
" terima kasih," ucap Leon menanggapi
Merisa berjalan pergi meninggalkan ruang tamu , menyisakan empat orang dewasa yang berada dalam obrolan serius .
" Tuan Alvalendra saya sangat berterima kasih kepada anda,atas apa yang anda lakukan kepada keluarga kami , jadi apa yang harus saya lakukan untuk menebus kebaikan anda terhadap keluarga kami," ucap Ayah Merisa sambil menyeruput kopi buatan Merisa.
" kami bersedia menjadi investor terbesar perusahaan Alvalendra ", ucap Ernest menambahkan.
Perusahaan Ann merupakan perusahaan keluarga milik Ayah Ernest juga Ayah Merisa, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan ,kakek Merisa membagi 2 perusahaan tersebut yakni perusahaan Ann dan perusahaan Azkanida ,tetapi naas sepuluh tahun yang lalu ayah Ernest meninggal menyisakan Ernest sendiri yang seorang anak tunggal , ayah Merisa terpaksa menjadi penerus perusahaan tunggal dan mengambil alih perusahaan Ann karena pada saat itu usia Ernest masih sangat muda untuk di jadikan penerus perusahaan.
Saat Ernest sudah menginjak usia 20 tahun , Ayah Merisa menyerahkan perusahaan Ann sepenuhnya kepada Ernest karna dirasa mampu untuk menjadi pemimpin perusahaan. Ya .. mungkin sekarang bisa di bilang Ernest lah yang membalas Budi kepada ayah Merisa karena tau bahwa Perusahaan Azkanida mengalami kebangkrutan.
" Ya ,dengan senang hati ,Apabila perusahaan Ann bersedia menjadi investor terbesar perusahaan Alvalendra, tetapi bukan itu yang saya inginkan ", ucap Leon sambil menyeruput kopi tersebut.
" lantas apa yang harus kami lakukan ,untuk membalas Budi kepada anda?,"
" jadikan saya Anakmu".
.
.
To be continue....