Normal POV
Seorang perempuan dengan jas putihnya terlihat sedang sibuk mengangkat telepon genggam yang berada di sisi kiri telinganya .
"Iya ,aku akan kesana sekarang ," jawab wanita tadi.
Tuut...
Ia mematikan teleponnya dengan tergesa-gesa sambil membawa tas Selempangnya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
.
.
.
"Antoinette" itulah nama yang tertera di sebuah kafe dengan nuansa klasik khas Eropa , perpaduan dekorasi yang klasik dan minimalis industrial serta penerangan yang hangat membuat para pengunjung rela untuk meluangkan waktu senggangnya menikmati keindahan dan kenyamanan kafe ini.
Seorang perempuan dengan jas putih tersebut memasuki kafe . disana sudah ada seorang pria dengan setelan jas hitam sedang melambaikan tangan untuk memberikan kode agar si wanita itu menghampirinya.
" apakah tadi aku mengganggumu,?" ucap si pria dengan nada khawatir .
" sangat sangat mengganggu ", jawab si wanita dengan mendengus kesal .
" hehe maaf ..maaf Stefani , aku ingin membicarakan sesuatu yang penting", ucap Niko sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
" ada apa ?,"
" Kita pesan minuman atau makanan dulu mungkin ,kamu mau pesan apa ?," Niko melambaikan tangan untuk memberikan kode agar pelayan menghampirinya
" seperti biasa ,capuccino tiramisu ," ucap Stefani menanggapi.
" baiklah , capuccino tiramisu dan espresso ," Pelayan tersebut mencatat apa yang di katakan Niko ,dan bergegas menyiapkannya. Setelah beberapa menit berlalu pelayan tersebut sudah datang membawa nampan berisi Capuccino tiramisu dan espresso yang tadi di pesan oleh Niko.
" Silahkan," kata pelayan tersebut menghidangkan pesanan Niko.
" Sekarang katakan ,ada apa sebenarnya kamu mengajakku bertemu disini " Ucap Stefani sambil menyeruput minuman itu.
" Aku ingin bertemu calon istriku ," jawab Niko santai sambil menyeruput kopi espresso.
" Jangan bercanda ,tidak mungkin kamu menyuruhku datang kemari hanya untuk itu saja kan?,"
" hehe, iya maaf sebenarnya nanti malam ada acara makan malam di rumah , apa kamu mau datang ,"
" Tentu saja aku datang,"
" dan acara kali ini tentang rencana pernikahan kita , kamu tahu papa dan mama ingin pernikahan kita dipercepat , kamu mau kan sayang," nada Niko menggoda Stefani yang dibalas dengan memutar bola matanya malas.
" Aku tidak sedang bercanda Niko ," '
Tidak mungkin kan pernikahanku dan Niko di percepat, enggak nggak mungkin, aku belum siap' pikir stefani cemas
" Kamu kenapa sih sayang dari tadi marah-marah terus ,kamu lagi PMS ya," ucap Niko dan di hadiahi jitakan keras dari si wanita..
" aku serius bodoh,"
" iya sayang ,yang aku katakan semuanya benar , pernikahan kita akan dipercepat," kata Niko sambil memegang kedua tangan Stefani lembut.
Deg..
" Ta-tapi kamu tau kan kalau aku belum siap untuk pernikahan,"
" fan ,kita sudah lama bertunangan ,aku ingin kita kejenjang yang lebih serius lagi ,"
" Maaf ,aku tak bisa ,aku masih belum siap untuk itu," ucap Stefani melepaskan genggaman tangan Niko , 'maafkan aku ,aku masih belum bisa mencintaimu sepenuhnya Niko, aku tidak ingin kamu lebih tersakiti lagi apabila kita terikat dengan pernikahan .'
" apakah kamu mencintaiku, fan" ucap Niko lirih namun terdengar jelas oleh Stefani.' Aku tau kamu bakalan menolak untuk hal ini,karena kamu masih mencintai Leon Alvalendra bukan Diriku, bagaimanapun juga aku akan membuatmu jatuh cinta padaku'
" tentu saja bodoh ,aku mencintaimu, aku hanya belum siap saja untuk pernikahan," Bohong ,semua itu bohong ,aku masih belum bisa mencintaimu Niko Zevano ,hatiku masih ada pada orang yang sama sekali tidak mencintaiku, semua itu hanya karena aku tidak ingin menyakitimu.' Ucap Stefani dengan senyum kecutnya.
" Benarkah ?,"
" Iya ,aku mencintaimu,"
" kalau begitu buktikan," ucap Niko dengan nada jahilnya.
" dengan apa aku bisa membuktikannya Tuan Niko Zevano," ucap Stefani dengan menekankan kata Tuan Niko Zevano.
" cium aku ," Kata Niko sambil menunjuk pipinya.
" Kamu gila , kamu tidak lihat di sini ada banyak orang,"
" ayolah , di pipi saja kok, orang-orang tidak akan tahu kan," ucap Niko masih dengan nada menggoda.
" Baiklah baiklah akan aku lakukan," Stefani mencondongkan tubuhnya untuk mencium pipi kiri Niko , dengan cepat Niko menggerakkan kepalanya ke kiri agar bibir Stefani menyentuh bibirnya , sontak Stefani memundurkan tubuhnya dan menutupi mulutnya yang tadi sempat berciuman singkat dengan Niko , pipi Stefani merona hebat ,sedangkan Niko tertawa terpingkal-pingkal ia memegangi perutnya yang keram karena terlalu keras tertawa, orang-orang disekitar melihatnya dengan tatapan aneh karena menganggap Niko seperti orang kesurupan.
" Dasar pria bodoh, gila, mesum," ucap Stefani sambil mengusap-usap bibirnya beberapa kali seperti habis berciuman dengan anjing.
" Hahaha ,ada rasa capuccino tiramisunya ," ucap Niko sambil menjilati bibirnya sendiri.
" pria gila,"
" Mau mencoba lagi?," ucap Niko sambil mencondongkan tubuhnya kearah Stefani. Alhasil tas selempang yang dibawa Stefani melayang indah kearah Niko dan mendarat di wajah Niko dengan sempurna.
"Auuch... Hidungku," Niko memegangi hidungnya yang merah karena tas selempang stefani yang berat.
" hahaha, cium tuh tas," Stefani tersenyum puas melihat Niko yang terlihat tampak kesakitan.
.
.
.
" selamat pagi Tuan muda," ferdi membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Tuannya untuk memasuki mobil Ferrari sport tersebut.
'Sejak kejadian lamaran kerumah nona Merisa, Tuan lebih banyak diam dari pada berbicara, ia terlihat seperti orang yang sedang putus cinta. Tetapi tidak, mungkin perkataan tuan Ernest kemarin membuat Tuan muda berpikir untuk kedua kalinya apakah tuan benar benar menikahinya karena cinta atau hanya permainan saja'.
Drrrtt...
Tiba-tiba suara telephon genggam milik Leon bergetar Menyadarkan Leon yang sedari tadi melamun kearah luar jendela.
" halo,"
" halo, Benar-benar adik durhaka kamu ya," ucap seorang pria disebrang sana.
" ada apa?," tanya Leon datar.
' baru telepon sudah marah marah ' pikirnya
" aku ini kakakmu, seharusnya kamu itu menanyakan keadaan kakakmu yang ganteng dan imut ini," jawab pria itu narsis.
' dia mulai lagi,' batin Leon malas .sejak 2 bulan lalu Leon dan kakaknya 'Eric', memang jarang sekali untuk menelepon hanya untuk menanyakan kabar, karena banyaknya kesibukan yang mereka lakukan, apalagi dua perusahaan Alvalendra tersebut sedang dalam masa kejayaan. Membuat mereka jarang sekali menelepon apalagi bertemu .
Setelah kematian kedua orang tuanya perusahaan Alvelendra yang ada di jerman mengalami kebangkrutan, dengan terpaksa Eric Alvalendra harus turun tangan sendiri untuk mengatasinya, meninggalkan Leon yang masih diumur 19 tahun tinggal sendiri di Indonesia dan menjadi presdir utama perusahaan Alvelendra. Di umur yang masih dibilang muda Leon Alvalendra mampu menghandle perusahaan tersebut dengan baik dan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan dengan sangat tinggi.
" Bagaimana kabarmu disana ,"
" Baik, saangat baik malah, bagaimana kabar adik kecilku ini, apa sudah punya pacar, kalau kamu tak punya pacar berarti rumor yang tersebar itu benar kalau kamu sama Niko itu punya hubungan khusus," oceh Eric layaknya ibu ibu sedang bergosib membuat Leon memutar bola matanya malas.
" Kamu lebih percaya aku atau mereka kak,"
" hahaha, iya iya aku percaya kamu kok, tapi ada hal lain yang ingin aku katakan,"
" Heem, apa?"
" Tebak, Apa?"
" aku sedang tidak ingin main tebak-tebakkan kak" jawab Leon malas.
" Lusa Aku pulang,"
To be continue....