Chapter 8 - 7

"Lo pulang kemana nih?" tanya Irham saat mereka sudah dalam perjalanan. Citra mendekatkan tubuhnya ke punggung Irham lalu memiringkan wajahnya agar bisa melihat Irham melalui spion.

"Kemang, rumah Kak Atta."

"Lah, lo tinggal disana?" Citra mengangguk mantap.

"Tante Sekar ada di rumah kan?" tanya Irham pada Citra sambil meliriknya dari spion motor.

"Ada kok."

"Kita beli martabak dulu kalau gitu, udah lama nggak ketemu sama Tante Sekar."

"Oh boleh boleh." Cicit Citra.

Langit agak tidak mendung malam ini, tidak ada tanda-tanda akna turun hujan tapi udara kota Jakarta malam ini begitu menggigit. Citra yang tadi nya tidak memeluk pinggang Irham karena canggung rasanya tak bisa lagi bertahan, tubuhnya terasa sangat dingin dan tubuh Irham tampak begitu menggoda untuk menghangatkan nya.

Irham memberhentikan motornya di depan gerai martabak dan turun untuk membelinya, meninggalkan Citra yang duduk di jok motor sambil memeluk tubuhnya erat.

"Udah yuk." Irham selesai membeli martabak dan beranjak kembali ke motor dan mengstarter motornya. "Dingin ya Cit, peluk aja." Ujar Irham tanpa maksud apa-apa. Bukan modus ya.

Irham melajukan motornya dengan kecepatan sedang, malam ini jalanan tidak begitu ramai tapi tidak disaran kan untuk mengebut juga karena jalan tidak benar-benar lenggang.

Citra berusaha untuk tidak memeluk Irham walaupun dirinya kedinginan. Ya gimana ya, nggak enak juga mau meluk, orang nggak kenal-kenal amat. Mungkin mereka berteman tapi Irham tetap saja adalah teman kakak nya, so akan sangat canggung kalau dia memeluk lelaki itu.

"Nggak usah malu-malu kali, Cit. Peluk aja." Irham menarik tangan Citra yang memegang ujung baju nya di belakang dan membawanya untuk memeluk pinggang nya.

Semburat merah jambu memenuhi pipi Citra. Mau tapi malu. Oh shit.

Citra tanpa berpikir banyak lagi, Ia memeluk Irham erat karena memang Ia membutuhkan kehangatan dari tubuh lelaki itu untuk bertahan disapu angin sepanjang perjalanan pulang ini.

30 menit kemudiam mereka sampai ke rumah Atta. Rumah yang sama saat dulu geng pertemanan mereka menjadikan rumah Atta sebagai markas untuk mengerjakan tugas, kabur dari kelas, main game dan berbuat hal nakal. Semua memori kenangan itu kembali berputar saat Irham berdiri di depan rumah itu. Itu sudah lama sekali, man.

Pintu rumah Atta langsung terbuka saat Irham dan Citra sama-sama bergerak untuk masuk, perempuan yang masih cantik diusia nya yang tidak lagi muda itu menyambut kedatangan mereka.

"Lah dhalah. . ." pekik Sekar saat melihat siapa yang datang bersama anak angkatnya, "Irham !" Ibu dari temannya itu langsung memeluk dan bercupika-cupiki dengan Irham.

"Missing you so bad, tante Sekar." Ujar Irham lalu memberikan martabak yang Ia bawa.

"What a crazy moment, Irham." Decak wanita itu saat melihat Irham datang bersama Citra. "Datang ke sini sama Citra, pacaran ya?" todong wanita itu mengerling menggoda Irham dan Citra.

Pipi Citra auto memerah mendengar celetukan Unyak nya. "Ih bukan Unyak."

"Heeeleh, masuk masuk dulu." Sekar mempersilahkan Irham dan Citra masuk ke dalam. "See, siapa yang datang !" heboh nya lagi tak ada habisnya menggundang perhatian dari suami dan anaknya.

"Malam Om," sapa Irham pada Farhan yang duduk di sofa depan TV, ada Atta juga disana sedang memilah kain.

"Waw man, long time no see, haaa !" Farhan bangkit dan memeluk teman anak nya itu ala lelaki. "Nganterin Citra ya?"

"Iya Om." Jawab Irham singkat.

"Wah parah lo, ngapain malam-malam sama adek gue?" tanya Atta galak lalu melototkan matanya pada Irham.

"Ets selow man, nggak sengaja jumpa di café tadi." Tukas Irham pada Atta.

"Duduk dulu ih, ngapain berdiri sik." Tegur Sekar lalu membawa Irham untuk ikut duduk di sofa. "Cerita dulu dong." Minta Sekar sambil menaik-naikkan alisnya.

"Apaa nyaaa?" balas Citra sewot. "Nggak ada apa-apa loh Unyak. Jumpa nggak sengaja aja tadi."

"Iya benar loh Tante, nggak ada apa-apa." Dukung Irham.

Sekar mempautkan bibirnya kecewa, "Lah kirain kalian pacaran."

"Nggak boleh !" sahut Atta garang. "Irham masih punya pacar loh Nyak."

Irham menggeleng kecil, "Nggak lagi, gue sendiri kok sekarang."

Sekar dan Farhan kembali berbinar mendengar bantahan Irham, "Oh bisa itu, Citra single, kamu juga single." Cicit Sekar gencar.

"Unyak nggak usah gitu ih." Ujar Citra cemberut.

Kebiasaan deh Unyak dan Anyak nya. kalau ada lelaki yang datang bertamu atau apapun bentuk nya pasti akan dianggap sebagai pacar Citra, pokoknya mereka paling semangat tuh bagian ngejodoh-jodohin Citra.

"Kerja apa sekarang, Irham?" tanya Om Farhan.

"Baru aja resign Om, mau ngelanjutin bisnis nya Abi."

"Ooooh, nggak kelamaan itu Ham?" tanya Om Farhan pada Irham lagi. Pasalnya, lelaki itu sudah beranjak 29th baru ingin meneruskan bisnis ayahnya.

"Yak an selama ini di bengkel juga Cuma ya masih jadi karyawan. Ya nyari-nyari pengalaman lah."

"Di Jerman kerja berapa tahun itu nggak jadi pengalaman?!" Tanya Farhan sambil menggelengkan kepalanya.

Irham hanya terkekeh sebagai jawaban nya.

"Besok makan siang disini dong, Ham. Nanti ajak juga anak-anak yang lain, Si Remi, Dapit, Bayu ya. Selepas solat jumat, nanti tante masak enak-enak." Tawar Sekar pada Irham.

"Aduh tante, besok saya mau balik kampung ke Kuala Lumpur, pagian gitu. Lain kali deh tante."

"Waaah, sayang banget." Sunggut Sekar kecewa.

Lama berbincang hingga jam 10 malam, Sekar dan Farhan pamit undur diri ke kamar, orangtua harus banyak istirahat.

"Ini yang bagian lo nih," Atta menyeragkan satu paper bag yang berisikan kain baju, "Udah gue pilah-pilah."

"Lah buat apa?" tanya Irham sambil melongokkan kepalanya mengintip pemberian Atta. Ada kain batik warna coklat disana.

"Jadi groomsman gue dong." Jawab Atta sambil tersenyum lebar.

"Hah anjay," "lo mau kawin?" pekik Irham tak percaya. Kepalanya sukses geleng-geleng. Bisa-bisa nya orang di sekeliling nya pada mau nikah aja, sedangkan dirinya baru saja ditolak camer. Ya lord, help !

"Nikah woy ! datang tuh lo, tanggal 28 bulan depan."

"Wah parah lo, ngelangkahi gue."

"Ahahaha. . ." Tawa menggelegar Atta mengejek Irham, "Lo sama model itu terus nikah nya. Apa lagi, udah tua kita."

"Mak nya nggak mau anaknya sama tukang bengkel kayak gue, Ta."

"Ya iyalah, gila kali emaknya mau terima tukang bengkel kayak lo, anak nya model cuy, model !" ujar Atta mengejek Irham.

"Sialan lo." Maki Irham. Gini nih ada teman, saat dirinya sedang patah hati, bukan di semangatin tapi malah makin dihina-hina.

"Cit," panggil Atta pada Citra yang sedang menaiki anak tangga ke lantai dua. "Nanti lo nikahan gue datang sama Irham ya, kan sama-sama jomblo nih."

"Iiihh apaa sihh.." Citra buru-buru naik ke atas, malu digoda-goda terus oleh kakak nya itu. Atta kurang lebih sama dengan Unyak dan Anyak nya. Ia kesal sekaligus senang sih sebenarnya karena orang nya itu Irham bukan yang lain.

"Adik lo buat gue ya Ta." Pinta Irham pada Atta.

"Nggak boleh." Larang Atta, "Lo jelek." Ledek Atta memeletkan lidah.

"Ish asu lo." Maki Irham menendang kaki Atta kesal. "Gue pulang ya."

"Yok, hati-hati."

[***]

"Kak !" Citra menoel-noel bahu Atta yang berbaring di samping nya, lelaki itu sibuk dengan ponselnya berbalas pesan dengan calon istri.

"Ape sih, Cit?" tanya Atta kesal karena dari tadi Citra mengganggu nya.

"Kak Irham itu orang Malaysia, ya?" tanya Citra pada kakak lelaki nya itu. Atta yang dari tadi kesal menanggapi pertanyaan ini dan itu Citra langsung terdiam beberapa saat, ada apa nih nanya-nanya brandalan gondrong itu.

"Kok lo kepo?" tanya Atta balik. Citra tampak gelagapan karena Atta bertanya balik penuh selidik.

"Ya nanya doang sik. Kan dia bilang kemarin sama Unyak kalo mau balik ke kampung nya di Kuala Lumpur." Jawab Citra memberi alasan.

"Lo nggak usah kepo deh. Urus aja diri lo sendiri." jawab Atta ketus akhirnya.

Citra mencebikkan bibirnya kesal lalu menendang paha Atta kesal. "Peliiittt." Teriak kesal lalu turun dari ranjang dan beranjak ke balkon.

Atta menyusul Citra ke balkon dan menjitak kepala Citra penuh tenaga, "Ini balasan nggak sopan banget sik udah tua juga." Ujar Atta pada Citra yang sekarang sedang mengaduh kesakitan.

"Unyaaaakkkk. . . Kak Atta gangguin Citra !" teriaknya dengan suara besar. Atta langsung menutup mulut Citra sebelum perempuan 25th itu kembali menjerit histeris dan Sekar sang Ibu datang menghajarnya.

Mereka memang terlihat sangat akur hampir tidak pernah berantam namun kalau sudah saling menjahili dan saling adu mulut Citra selalu lebih unggul karena bisa mengadu pada Sekar dan mendapat pembelaan langsung dari wanita yang telah Ia anggap ibu nya sendiri.

"Ish curang lo ah, males gue." Cibir Atta lalu menglepaskan dekapan tangan nya di mulyt Citra dengan kesal.

"Biarin, abis nya lo nyebelin, pelit banget ditanyain juga." Sahut Citra nyolot.

Atta menghela nafas kasar lalu menoyor kepala Citra sebal, adik nya ini masih saja seperti anak-anak. Semua keinginan harus dituruti. "Lo kenapa emang tanya-tanya Irham?"

"Nanya doang kali Kak."

"Bapak nya Irham itu keturunan Melayu Malaysia dari kakeknya. Kalau emaknya, Jawa campur Batak. Tapi orang ini kalau balik kampung itu, ke Kuala Lumpur selalu. Itu Cuma yang gue tahu." Sahut Atta akhirnya menjawab pertanyaan Citra.

Citra tersenyum penuh arti saat sang kakak akhirnya luluh juga."Oh pantesan ganteng banget ya Kak, orang dia ngalir darah nya campur-campur."

"Preettt. . . Lebay lo." Cibir Atta, "Biasa aja kali."

"Yeeee. . . sorry to say ya, Kak Irham itu ganteng seribu kali dari pada Kak Atta ya." Ledek Citra.

"Hahaha. . ." tawa sarkas Atta tanpa ekpresi untuk Citra, "Nggak penting."

"Iiiiihhhh. . . Nyebelin lo ah."

"Gue ingatin ya sama lo," kata Atta serius, "Gue nggak bakal ijini lo sama Irham pacaran." Ujar nya memperingati Citra. Atta tahu kalau sebenarnya sang adik tertarik dengan Irham. Secara lelaki itu tipe idaman nya dari semenjak dulu.

'Gue mau nya lo nikah sama Irham, Cit. Bukan pacaran ngabisin waktu lo dan berakhir dengan lo disakitin lagi walau gue tahu Irham nggak akan ngelakuin itu sama lo.'

Wajah Citra langsung pias seketika mendengar perkataan Atta, "Kenapa?" tanya Citra dengan suara pelan.

"Nggak, gue nggak mau lo pacaran sama dia. Lo nggak perlu tahu alasan nya. kalau suatu hari nanti lo malah pacaran sama dia, awas aja."

Atta berlalu dari balkon dan keluar dari kamar nya.

Citra menunduk sedih, lah kenapa lagi sih? Perasaan nya malam itu sebelum Irham pamit pulang dari rumahnya, Atta menggoda nya dengan Irham deh. Lah sekarang kenapa Kakak nya berkata demikian. Apa Kak Atta nggak mau Citra berhubungan dengan Irham karena Irham adalah teman nya, lelaki itu tau kalau Irham tidak baik untuk nya?

Ok fine, Citra harus sadar diri dan jangan lupa daratan. Ikut saja yang dikatakan Atta, lelaki itu telah memberikan kehidupan yang layak dan juga selalu menjaga dirinya. Ia tidak boleh membantah perkataan Atta.

[***]