"Kenapa Tuan menjadikan saya pelayan di tempat ini?"
Pertanyaan itu nyaris membuat Skylar tersedak. Dia sama sekali tidak menduga pertanyaan itu akan keluar secepat ini. Pertanyaan yang belum siap dijawabnya. Kenapa dia rela merogoh sakunya dalam-dalam hanya untuk membeli seorang pelacur? Dia bukanlah orang baik dan suci, sehingga mau berbelas kasih pada pelacur, lantas membelinya. Tidak.
Alasan Skylar membeli gadis itu dari tempat pelacuran adalah karena Alexa mirip dengan sepupunya, Racie. Wanita yang dicintainya diam-diam, namun dia tahu jelas jika cintanya tak akan pernah berbalas.
"Karena kau—"
Tidak mungkin Skylar mengatakan alasan yang sebenarnya. Harga dirinya bisa jatuh jika jawaban jujur itu lolos dari bibirnya. Bahkan, bukan tidak mungkin jika Alexa akan tertawa mendengarnya. Tidak.
"Apa kau berharap lebih baik ada orang lain yang menggantikan posisimu sekarang? Lalu kau tetap ada di sana, di tempat pelacuran itu?" Pada akhirnya, dia berbalik bertanya karena tidak menemukan alasan yang lebih baik. Harusnya gadis itu bersyukur karena dia membebaskannya dari tempat kotor itu.
Tentu saja, Alexa hanya menunduk dan menggeleng pelan. Sebuah kata, "Tidak," terlontar lirih dari bibirnya.
"Aku suka kau. Sikapmu. Juga tingkah lakumu jika dibandingkan dengan yang lain."
Alexa masih menunduk dan tidak mengatakan apapun. Dia memutuskan tetap diam dan mendengarkan, tidak akan bertanya hal lain yang berhubungan dengan itu. Dia tidak mau dikembalikan ke tempat pelacuran hanya karena tuannya tersinggung.
"Tugasmu mulai hari ini adalah bersih-bersih. Menyedot debu dari karpet, mengelap dan membersihkan meja serta rak-rak, membereskan barang berserakan, merapikan tempat tidur dan mengganti seprei, mencuci dan menyetrika pakaian, juga membersihkan kamar mandi. Pastikan menyedot debu tiga hari sekali dan membersihkan kamar mandi seminggu sekali, terserah bagaimana caramu membagi tugasmu pada lantai ini dan dua lantai lainnya. Pertanyaan?"
Alexa menggeleng dan belum menjawab sama sekali menggunakan lisan. Dia berusaha mengingat-ingat semua tugasnya yang dijabarkan beberapa detik yang lalu. Sebenarnya juga tidak terlalu sulit, karena pada dasarnya Alexa akan membersihkan seluruh sudut di tempat ini.
"Makan siang dan malam akan diantarkan kemari setiap hari dari restoran di bawah, termasuk untukmu. Sarapan ada di dapur, hanya ada roti dan sereal yang ada di sana, kau bebas mengambilnya untuk makan pagimu atau kalau lapar." Tentu saja, Skylar terkadang akan turun ke bawah dan menikmati jamuan buffet mewah untuk makan paginya bila bosan dengan roti, seperti tamu hotel pada umumnya. "Jangan sentuh botol-botol berisi alkohol apalagi meminumnya," tambahnya.
Harusnya gadis itu bersyukur. Sebab, pelayan—atau mantan pelacur—mana yang bisa dengan mudah mendapatkan fasilitas semewah ini dan tinggal di salah satu gedung tertinggi di London dengan pemandangan yang membuat orang rela membayar mahal untuk sekadar bisa melihatnya?
Alexa pun tentu saja tidak akan menyentuh botol alkohol seperti yang diperintahkan tuannya. Dia tidak cukup lancang dengan menyentuh barang-barang yang bukan untuknya. Alexa sangat tahu diri dan paham benar cara menjaga sikapnya agar tidak dibuang ke jalanan karena membuat marah tuannya. Apalagi, dia juga masih belum cukup umur untuk mengonsumsi alkohol. Tidak mungkin juga Alexa akan diam-diam mengambil alkohol dan meminumnya.
"Dan tugas tambahan untukmu adalah—" Gonggongan seekor anjing memotong kalimatnya. Mata coklat keemasannya menoleh ke arah koridor, di mana seekor anjing berbulu putih melangkah masuk dengan menggoyangkan ekornya dan langsung menuju ke samping kursi tempatnya duduk. Irisnya mengikuti pergerakan anjing samoyednya, menyadari bahwa mungkin suara lift membangunkan hewan yang tadi telah tidur ketika dia keluar menjemput pelayan barunya.
"Sophie, duduk."
Sebuah gonggongan pelan terdengar ketika hewan itu dengan patuh duduk sembari mengibaskan ekornya. Tangan kanannya mengelus-elus kepala anjingnya, namun dengan segera, fokusnya kembali pada Alexa. Ditatapnya gadis itu sembari menambahkan, "Ini anjingku, Sophie. Dia adalah tugas tambahan untukmu. Beri makan sehari tiga kali dan mandikan tiga hari sekali. Itu saja, Alexa."
Skylar tahu dia harus sering-sering menyebutkan nama gadis itu sebelum melupakan fakta bahwa gadis di depannya adalah Alexa, pelayannya, dan bukan Racie, sepupunya. Pemuda itu lantas melipat tangannya dan bersandar pada kursi, mengingat-ingat hal apa lagi yang harus ia sampaikan agar gadis itu bisa bekerja tanpa banyak tanya mulai besok.
"Selain botol alkohol, apakah ada lagi yang tidak boleh disentuh?" Sebuah pertanyaan datang lagi dari gadis di depannya.
"Jangan sentuh peralatan game milliku, ada di lantai dua. Cukup kau lap kalau terlihat berdebu atau kotor, selebihnya biarkan saja di sana." Tentu saja Skylar tidak ingin terjadi sesuatu pada koleksi gamenya. Dia juga tidak ingin pelayan barunya merusak konsol miliknya sehingga game yang sudah disimpan jadi hilang tak bersisa. Biar bagaimanapun, memainkan game di tengah waktunya yang sibuk adalah sebuah perjuangan.
"Kalau kau tidak yakin dengan sesuatu, tanyakan padaku. Kalau kau butuh sesuatu, katakan padaku. Biasanya aku ada di lantai tiga untuk kerja setiap harinya, kau cukup bersihkan ruangan itu setelah aku selesai sore hari, atau saat aku tidak di rumah."
Alexa hanya mengangguk.
Perlu diketahui, bahwa kamar istimewa di hotel ini memiliki tiga lantai. Lantai pertama adalah lantai tempat mereka berada sekarang. Lalu lantai dua adalah tempat kamar berada, sementara lantai tiga adalah ruang kerja pribadi Skylar. Lantai tiga bisa disebut sebagai atap hotel.
"Jangan lupa bersihkan balkon," tambahnya lagi.
Jika mendengar semua penjelasan itu, daftar pekerjaan Alexa terasa amat banyak. Tapi Alexa sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah saat masih tinggal bersama bibinya. Dia senang membersihkan rumah, otomatis, semua daftar pekerjaan yang harus dia lakukan di sini bagaikan surga kecilnya. Alexa akan memilih pekerjaan ini daripada bekerja menjual dirinya demi memuaskan para lelaki hidung belang.
Namun, Alexa memiliki satu hal yang sejak tadi mengusik pikirannya.
"Umm … Apakah di sini ada orang lagi—maksud saya, apakah ada pelayan lainnya?"
"Tidak ada. Hanya ada aku dan Sophie di sini. Dan kau, mulai sekarang," balas Skylar cepat.
Dia tidak membutuhkan orang lain di tempat ini. Awalnya malah hanya ada dirinya dan anjing samoyed putih itu. Dia punya banyak pelayan di hotel yang bisa ditugaskan membersihkan tempat ini. Meskipun, mereka harus dipilih dengan baik sebelum ditugaskan membersihkan ruangan tiga lantai ini, karena Skylar tak ingin ada yang menguntit dan diam-diam mengambil barangnya tanpa izin.
Tapi semua menjadi berbeda sejak dia bertemu dengan gadis itu, di mana Skylar akan berbuat sejauh yang dia bisa dan berdalih dengan memberikan alasan-alasan tak masuk akal untuk mempertahankan kelogisan ceritanya. Dia tak segan mengeluarkan lima ratus ribu pound dari akun bank pribadinya untuk menebus seorang pelacur karena alasan dangkal. Ibunya akan membunuhnya kalau sampai semua ini terdengar ke telinga wanita itu.
"Normalnya aku akan memberikan setidaknya lima ribu pounds setiap bulan untuk menggaji seorang pelayan." Besar, jumlah yang amat besar untuk seorang yang hanya bertugas bersih-bersih, dan itu jauh dari kata 'normal'. Nominal itu paling tidak bisa digunakan untuk membayar seorang manager hotel pada umumnya. Dan bagi gadis itu, yang tarifnya bahkan tidak sampai satu persennya, tentu merupakan jumlah yang seharusnya amat besar. Terbukti dengan mata Alexa yang seketika membelalak ketika mendengar nominalnya.
Skylar menatap lekat-lekat iris coklat gadis di depannya. Jelas, tidak ada yang tidak serius saat membicarakan tentang uang.
"Tapi kau. Kau masih punya utang padaku, lima ratus ribu poundsterling. Apa yang bisa kaulakukan untuk membayar itu, hm?"
Bahkan bagi Skylar sekalipun, nominal lima ratus ribu poundsterling juga bukan jumlah yang main-main. Bahkan jumlah itu lebih mahal daripada harga sebuah Lamborghini.
Mendengarnya, Alexa menelan ludah. Ini pertama kalinya dia berhadapan dengan orang kaya dan mendiskusikan soal uang. Jumlah yang disebutkan saja sudah cukup membuat telinganya berdenging. Jumlah lima ratus ribu itu jelas tak akan lunas dalam waktu satu atau dua tahun. Jika dengan gajinya sebelum ini, barangkali Alexa butuh waktu seumur hidup untuk membayar utangnya.
"Gaji bulananmu akan kupotong empat ribu, kugunakan untuk membayar utangmu. Kau akan menerima seribu pounds setiap bulannya. Kurasa tidak masalah, bukan? Kau tidak perlu membayar tempat tinggal maupun makanan di sini." Skylar bicara lagi setelah terdiam dan membiarkan gadis itu menyerap informasi bahwa ia, bukan seseorang yang murah hati dan tidak akan begitu saja melupakan jumlah uang yang dikeluarkannya untuk menebus sang gadis.
"Bagaimana, Alexa? Jumlah yang kau terima bahkan lebih kecil dari pelacur pada umumnya. Kau masih mau bekerja di sini atau kukembalikan pada Mrs. Ruth dan hidup di jalan?" Dan menaikkan tarifnya sebagai pelacur, kemudian hidup mewah karena menjadi simpanan. Itu bukan jalan hidup yang buruk, bila yang kau cari adalah harta.