Chereads / Surga Kecil / Chapter 45 - Orang yang Tak Pantas Dibela

Chapter 45 - Orang yang Tak Pantas Dibela

"Jadi? Apa yang terjadi sampai kau seperti ini? Harusnya kau sudah tahu kalau aku mengizinkanmu belajar di bawah tanpa membuat keributan dan melukai dirimu sendiri, hm?"

Gadis itu masih diam dan menggigit bibir bawahnya, tampak ragu saat akan menjawab. Setelah menelan ludah, Alexa baru akan menjawab, namun Skylar lagi-lagi menyela.

"Tergantung dari jawabanmu, mungkin hukumannya bisa sedikit berbeda."

Alexa yang sudah membuka mulut dan bersiap menjawab, segera menutup mulutnya lagi. Dia tidak tahu 'hukuman berbeda' yang dimaksud seperti apa. Tentu saja, Alexa ingin hukumannya diringankan, tapi apa yang harus dia katakan?

"Saya … saya hanya sedang melelehkan gula. Sepertinya … sepertinya panci yang saya gunakan tidak berada dalam posisi yang pas. Makanya … saat tidak sengaja tersenggol, saya jadi … jadi … tidak seimbang dan jatuh…" jawab gadis itu pada akhirnya sambil memainkan jarinya tanpa mempertemukan pandangannya pada si penanya.

"Tapi tadi Isaac jelas-jelas mengatakan ada yang mendorongmu."

"Ti-tidak … Chef Isaac pasti salah lihat. Saya yakin orang itu … orang itu tidak sengaja…"

Skylar menghela napas berat. Dia tahu jika pelayannya sedang berbohong. Melihat gerak-geriknya saja Skylar sudah tahu jika apapun yang akan jadi jawaban Alexa, semua itu tidak sungguhan terjadi. Tapi pertanyaannya, kenapa? Kenapa Alexa seolah membela orang itu? Apa keuntungan yang akan dia dapatkan jika membela orang yang sengaja mencelakai?

"Kenapa kau membelanya?"

"Ti-tidak! Saya tidak membelanya! Saya sungguhan … sungguhan…" Alexa terdiam sejenak, tak tahu harus menyelesaikan kalimatnya seperti apa. Dia menarik napas dan menahannya. "Saya yang salah karena ceroboh dan tidak hati-hati…"

Pemuda itu memejamkan matanya sambil memijit kepala. Apa yang ditanyakan sama sekali tidak membuahkan jawaban memuaskan. Kenapa pelayannya bersikeras seperti ini? Skylar tahu Alexa tidak akan bertindak sangat ceroboh di dalam dapur, karena dia pernah melihat sendiri bagaimana gadis itu memasak, meski hanya sekilas. Tidak mungkin dia jatuh hanya karena ceroboh. Bukankah karamel panas bisa menyebabkan luka bakar adalah pengetahuan umum? Bahkan, Skylar yang tidak pernah memasak saja tahu. Tidak mungkin Alexa tidak tahu dan bersikap ceroboh seperti ceritanya.

"Baiklah kalau kau bersikeras dengan ceritamu itu." Lagi-lagi Skylar menghela napas. Meski enggan, mau tak mau dia harus melakukan ini, selama pelayannya tidak mau berkata jujur.

"Mulai sekarang kau tidak boleh lagi ke dapur restoran di bawah. Aku tidak mengizinkanmu belajar dengan koki di bawah, nanti aku juga akan menyampaikan pada mereka supaya tidak memanggilmu lagi."

Sepasang mata keemasannya bisa melihat jelas perubahan ekspresi di wajah Alexa. Dari ekspresi murung dan cemas, langsung berubah drastis menjadi panik.

Nah, bagaimana, Lex? Apakah kau tetap ingin mempertahankan ceritamu dengan konsekuensi tak lagi diperbolehkan belajar dengan koki di bawah?

Namun, perlawanan argumen yang Skylar harapkan tak kunjung datang. Di luar dugaan, meski Alexa sempat menunjukkan ekspresi panik seolah-olah ingin hukumannya dibatalkan, gadis itu pun kembali menunduk dan mengangguk pelan, menerima hukumannya dengan terpaksa. Kali ini, giliran Skylar yang dibuat kaget.

Kenapa gadis itu membela orang lain sampai sejauh ini?

Karena tak ada jawaban atau perlawanan, dia menambahkan lagi, "Dan kau tak boleh masak lagi di sini. Mulai hari ini, aku akan pesan makan di bawah lagi, untuk seterusnya."

"A-Apapun selain itu!" Kali ini, Alexa langsung menyergah begitu Skylar selesai bicara dan menutup mulut.

Sebenarnya Skylar tidak terlalu ingin melakukan cara ini, terlebih pada Alexa. Mengancam seseorang untuk mendapatkan hal yang dia inginkan tidak akan memberikan dampak baik. Jika terus dilakukan, orang itu bisa-bisa mudah takut terhadap sesuatu dan jadi sulit percaya dengan orang lain. Tapi Skylar tidak ingin gadis itu membela orang yang tidak pantas dibela.

"Kalau begitu katakan apa yang terjadi tanpa membelokkan fakta."

Harusnya gadis itu tahu Skylar sedang bersikap baik seperti sekarang. Biasanya, dia tidak punya belas kasihan pada orang-orang yang mencoba berbohong padanya. Memberikan kesempatan kedua pun nyaris tak pernah dilakukannya. Coba saja tanya pada Michael, apakah dia pernah memberi kesempatan kedua pada karyawan yang melakukan kesalahan fatal? Tidak pernah.

Berada dalam posisi ini, Alexa mau tak mau harus jujur. Dia tak ingin satu-satunya hal kesukaannya direbut secara paksa hanya karena orang lain yang tak ada hubungan dengannya.

Gadis itu pun bercerita soal dirinya yang terdorong keras hingga terjatuh. Dia juga jujur mengatakan jika tidak tahu apakah itu sengaja atau tidak. Biar bagaimanapun, dirinya sedang memerhatikan Chef Mike yang sedang memberikan penjelasan padanya. Entah bagaimana, Alexa terdorong keras hingga jatuh, lalu terkena tumpahan karamel leleh yang panas.

Awalnya, Skylar tidak tahu siapa Emy yang dimaksud Alexa. Hingga dia teringat satu-satunya koki wanita di sana. Alisnya pun mengernyit.

"Memang apa yang kau lakukan sampai membuatnya tidak suka padamu?"

Alexa menggeleng. "Saya hanya belajar seperti biasa, malah nyaris tidak pernah bicara dengannya."

Meski gadis itu bicara sambil tetap menunduk, Skylar tak melihat tanda-tanda kebohongan dalam kalimatnya. Dia juga tidak percaya Alexa bisa membuat masalah hingga dibenci seseorang. Dari pengamatannya selama gadis itu bekerja di sini, Alexa adalah orang yang pasif. Jika berhadapan dengan orang baru, dia terlihat sedikit cemas, gelisah, dan cenderung mundur.

"Atau mungkin karena…" Alexa menggantung kalimatnya, kemudian menutup mulut.

"Karena apa?"

"Ti-Tidak, bukan apa-apa."

"Alexa." Nada penuh tekanan pun diberikan, karena Skylar sudah tidak ingin gadis itu menyembunyikan apapun. Anggap saja ini adalah peringatan terakhirnya.

"Se-Sepertinya dia tidak suka jika saya memasak setiap hari, karena Tuan … Tuan sudah tidak memesan makanan dari bawah lagi…"

Skylar tidak langsung menjawab. Alih-alih, dia mengernyit dalam, berusaha mencerna apa maksud dari kalimat pelayannya. Kenapa orang itu harus merasa tidak suka jika Skylar berhenti memesan makanan dari bawah? Tidak ada orang yang berhak mengatur dirinya, apalagi orang itu hanyalah karyawan dapur, bukan pula termasuk dalam silsilah keluarga.

Dia benar-benar tidak paham pikiran wanita. Rumit.

"Lalu kenapa kau membelanya dan malah bilang kalau itu salahmu?"

Setelah jeda beberapa detik, akhirnya Alexa menjawab. "Saya tidak ingin orang itu jadi kehilangan pekerjaan hanya karena hal kecil seperti ini. Saya kasihan kalau dia dipecat dan tidak punya uang…"

Bagi gadis semuda Alexa, pikirannya memang terlalu naif. Dia pernah merasakan berada di posisi tidak punya uang namun juga tidak bisa bekerja. Atau mungkin, dari alam bawah sadarnya, dia terbiasa menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang dilakukan orang lain, akibat didikan bibinya yang tidak benar. Dia terbiasa meminta maaf agar tidak memperpanjang urusan. Alexa terbiasa meminta maaf agar tidak dipukul. Sehingga alam bawah sadarnya membuat dia bertingkah seperti sekarang.

Namun, Skylar tertawa. Dia kira, pemikiran naif semacam itu hanya ada dalam cerita fiksi picisan yang dijual di toko buku, atau tersebar di internet. Tapi dia tak menyangka, kalau orang di dekatnya punya bisa memiliki pemikiran demikian. Mau tak mau, dia jadi khawatir dengan masa depan gadis itu jika Alexa terus menyimpan pola pikir ini dalam kepalanya.

"Yah, kalau dia dipecat, itu memang karena dia layak mendapatkannya. Tidak ada hubungannya denganmu, dan kau tidak punya tanggung jawab mencegahnya dipecat dari sini. Apalagi, kau bilang 'hanya karena hal kecil'."

Tangan Skylar terulur dan menarik pelan tangan pelayannya yang terbalut perban. "Ini bukan hal kecil. Bagaimana kalau lukanya tidak hanya di sini, tapi di tempat-tempat lainnya? Bagaimana kalau lukanya parah dan berbekas? Bagaimana kalau yang jatuh bukan karamel panas?

"Kau tidak akan pernah tahu isi hati dan kepala orang-orang yang tak suka padamu. Kau tak bisa diam saja dan memaafkannya, berharap orang itu tak mengulangi. Kau tidak bisa mengubah hati orang hanya dengan diam dan bersikap baik. Apa yang ada dalam film itu tidak nyata. Keajaiban di mana kebaikan mengubah hati kotor orang lain adalah omong kosong."

Mungkin memang ada kasus di mana kebaikan bisa perlahan melunakkan hati yang keras. Tapi ada berapa persen dari populasi di dunia ini? Dunia tak seramah itu, sayangnya. Dunia tempat mereka tinggal sekarang adalah persaingan, di mana yang lemah akan terus terinjak jika diam. Bahkan, orang yang bersuara pun terkadang bisa kalah dengan orang yang punya kekuatan dan kekuasaan.

"Aku jelas tidak suka mengetahui ada karyawan dapur yang suka melakukan kekerasan dan membahayakan orang lain. Meskipun kau memohon, aku akan melakukan sesukaku, karena tempat ini milikku. Keselamatan orang-orang yang bekerja padaku juga merupakan sebuah tanggung jawab, tak terkecuali kau.

"Berhentilah membela orang yang tak pantas dibela. Kau tak akan dapat keuntungan apapun dari sana."