"Kakak,kakak,bangun Kakak Kumohon bangunlah kakak"
suara tangisa yang terdengar jelas sampai dari alam bawa sadar yuki
"adududu dimana aku"
"Kakak.... "
"Raisa,berarti aku dirumah sakit jadi kejadian tadi bukan mimpi"
setelah percakapan yang sedikit mengharukan,ada seseorang yang menyela percakapan
"Ma maaf"
ucap gadis yang diselamatkan yuki dengan nada bersalah
"Hmm bukan salahmu ini salahku karena terlalu ceroboh"
jawab yuki dengan tersenyum untuk menghilangkan rasa bersalah gadis itu
"Tapi karena kau menyelamatkan ku kau jadi.. jadi.."
entah kenapa lirik ucapannya seperti berkata kalau dia yang bersalah tapi setelah gadis itu mengakhiri ucapannya yuki tersenyum
"Hei raisa bisa belikan kakak teh yang hangat jangan yang dingin"
"Hmm baik kak"
setelah berselang beberapa menit raisa keluar yuki memulai percakapan
"Jadi kau merasa bersalah ya? "
"Hmm"
gadis itu menangis seraya mengangguk
"Tak perlu merasa bersalah sudah kubilangkan ini semua karena aku ceroboh andai aku tak ceroboh mungkin zeiyo sudah ter eliminasi duluan"
"zeiyo? "
gadis itu mulai mengangkat kepalanya dan bertanya kepada yuki
"hmm zeiyo anak yang melukai ku jangan jangan kau tidak tahu siapa dia?"
yuki menjawab dengan nada keheranan dan saat ditanya yuki kembali gadis itu menggeleng
"hmm yasudah yang terjadi biat terjadi oh ya kita belum saling kenal kan perkenalkan aku yuki kalau kau? "
"Viola sherin lily"
"wah nama yang bagus ya"
"Hmm,kalau begitu aku pulang dulu ya orang tuaku sudah menunggu jadi sampai jumpa"
"ya sampai jumpa lagi ya viola"
viola pun keluar dari kamar yuki dan berjalan keluar dari rumah sakit namun saat digerbang dia berhenti dan wajahnya mulai memerah
"ahh apa apaan sih yuki itu dia bisa lupa denganku padahal dia punya janji penting saat bertemu dulu loh hufft"
setelah itu dia masuk ke sebuah mobil pribadi yang mewah.
sesaat setelah viola menaiki mobil suara pintu kamar yuki terdengar orang tua yuki mematung melihat yuki bangun dan melihat jendela.
"Yuki..!! "
kedua orang tua yuki berlari kearah yuki dan memeluknya
"Ayah kira kau tidak akan bangun soalnya kau sudah koma selama 5 hari dan denyut jantungmu semakin melemah tiap hati"
"Ibu juga kira kau tidak akan bangun setelah melihat puluhan peluru yang diangkat dari tubuhmu"
tangis bahagia orang tua yuki sambil memeluk tubuh yuki seakan tidak percaya kalau yuki selamat
"5 hari berarti pengumuman penerimaan akademi sudah keluar dong? "
seketika orang tua yuki terdiam mendengar kata kata yuki tersebut
"Hei ayah bagaimana apakah aku diterima? "
ayah yuki mulai berdiri dan melihatkan wajah muram
"Hei ayah bagaiman hasil tes bagaimana? "
"Maaf yuki dewan akademi mendatangi kami kemarin dan menyatakan kalau kau ditolak karena sindrom anti magicmu"
yuki mulai kehilangan rasa senangnya dan mulai menunjukkan aura kekecewaanya namun dia tetap berusaha tersenyum didepan orang tuanya.
Seakan mengerti kondisi yuki orang taunya mulai berjalan keluar
"Kakak ini teh.. nya"
raisa kembali dari membeli teh yang disuruh yuki, namun melihat yuki tidak seperti biasa raisa terdiam dan tangannya ditarik ayah. dan ibu keluar, sesaat setelah pintu ditutup yuki mulai meneteskan air mata
"Begitu ya aku ditolak jadi dugaanku benar orang seperti tidak peduli berjuang sekeras apapun aku tetap akan jadi sampah"
gumam yuki sambil murung dan menangis, ditengah kesedihan dan kekecewaan yuki ada seseorang yang membuka pintu.Pria berjas hitam dengan lambang bintang
"Kau yuki kusakabe? "
yuki terkejut dan mulai mengusap air matanya dengan lengan bajunya
"Hmm itu aku ada perlu apa ya tuan? "
setelah yuki bertanya orang itu membuka jasnya dan mengambil surat dari dalam jasnya
"Apa ini? "
tanya yuki dengan keheranan
"sudah baca dulu"
suruh pria itu sambil menarik tempat duduk,yuki muali membaca surat itu dan dengan terkejut yuki mulai mengeraskan suaranya
"Yuki kusakabe menerima beasiswa penuh ke akademi sihir 'black star' dan untuk tambahan biaya rumah sakit kami menangungnnya jadi beristirahlah dan bersiaplah untuk upacara penerimaan bulan depan"
sesaat setelah membaca ini mata yuki yang tadi terlihat kecewa mulai menunjukkan semangatnya
"apakah ini benar? apakah ini benar tuan? "
tanya yuki sambil memegang erat surat itu
"iya ini benar dan juga jangan panggil aku tuan tapi panggil aku kepala sekolah leo"
setelah mendengar kata kata dari orang itu yuki mulai menangis tapi bukan menangis kecewa tapi menangis bahagia,orang itu tersenyum dan berjalan menuju pintu
"Kau beristirahatlah dan jangan pulang sebelum benar benar sembuh dan seperti yang disurat seluruh biaya rumah sakit kami yang tanggung"
setelah berhenti sejenak pria itu keluar dari kamar itu, yuki tidak berhenti meneteskan air matanya
"aku salah masih ada orang yang menganggapku setara dengan anak anak lainnya"
yuki mulai bersemangat tapi air kata bahagianya tetap tak berhenti