Chapter 11 - Balas Dendam

"Menikahlah denganku."

Anya menatap Aiden dengan mulut menganga. Ia yakin telinganya sedang bermasalah. Atau mungkin ia sedang berhalusinasi? Sepertinya hari ini ia terlalu kelelahan sehingga otaknya sedang tidak beres. Mana mungkin Aiden melamarnya?

Ia menggaruk-garuk kepalanya walaupun kepalanya itu tidak gatal. Ia merasa sedikit bodoh, berpikir bahwa pria yang tampan, super kaya dan misterius ini melamarnya.

Aiden memperhatikan setiap gerakan Anya, menantikan reaksi dari wanita itu. Namun, sepertinya Anya tidak mendengar apa yang ia katakan, atau mungkin ia tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Oleh karena itu, Aiden memutuskan untuk memperjelasnya sekali lagi.

"Menikahlah denganku dan aku akan membantumu," kata Aiden untuk kedua kalinya.

Baru pada saat itu lah Anya menyadari bahwa tidak salah dengar. Aiden memang benar-benar melamarnya!

"Tapi … tapi …" Anya tergagap. Ia tidak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi sehingga ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Mulutnya terbuka, tertutup dan terbuka lagi karena ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Setelah memastikan bahwa Anya benar-benar memahami niatnya, Aiden hanya diam. Ia menunggu hingga Anya bisa mencerna situasi saat ini. Ia tahu bahwa lamarannya yang tiba-tiba itu sangat mengejutkan bagi Anya.

Sementara itu, Anya menarik napasnya dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan dirinya. Ia benar-benar bingung dan pikirannya terasa kacau, seolah Aiden baru saja mengirim gelombang pasang yang telah memporak-porandakan akal sehatnya.

Ia memutar otaknya, berusaha untuk mencari tahu apa yang dipikirkan oleh pria di hadapannya ini. Tetapi ia tetap tidak mengerti mengapa Aiden tiba-tiba saja melamarnya. Ia datang untuk meminta bantuan dari Aiden, tetapi bukan hal seperti ini yang terpikirkan olehnya. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh pria ini?

"Mengapa kamu memintaku untuk menikah denganmu?" tanyanya.

Sebenarnya, Aiden sendiri tidak tahu mengapa ia melamar Anya dengan cara seperti ini. Yang ia tahu, ia hanya ingin melindungi Anya. Ia tidak ingin ada sesuatu yang terjadi kepadanya. Ia ingin memastikan bahwa Anya akan selalu aman, dan satu-satunya tempat yang aman adalah bersamanya.

Ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan semua ini kepada Anya. Ditambah lagi, Anya sama sekali tidak mengingatnya. Ia hanya bisa membiarkan perasaan itu tersembunyi rapat-rapat di dalam hatinya. Hanya ia satu-satunya orang yang mengetahui perasaan ini.

Melihat Aiden tidak menjawab pertanyaannya, Anya berkata, "Tetapi pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Pernikahan bukan sesuatu yang bisa digunakan sebagai permainan."

"Aku tidak sedang bermain-main," jawab Aiden dengan singkat.

"Lalu mengapa?" tanya Anya lagi.

"Aku mau bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan kemarin malam." jawab Aiden. Hanya kejadian malam itu yang bisa Aiden gunakan sebagai alasan.

Mengingat malam itu, wajah Anya langsung memerah. Sebenarnya, semua ini adalah kesalahannya. Ia sendiri yang salah masuk ke kamar orang lain dan meminta bantuan dari pria itu di bawah pengaruh obat yang diberikan oleh Natali. Tetapi Aiden berbesar hati dan mau bertanggung jawab atas tindakannya.

"Itu bukan salahmu," kata Anya dengan lirih. "Itu semua karena …"

Anya terdiam dan tertunduk. Ia ingat bahwa orang yang melakukan semua ini adalah Natali, tunangan Aiden. Bagaimana mungkin ia bisa memberitahu Aiden bahwa tunangannya sendiri lah yang telah melakukan ini kepadanya?

Aiden melihat Anya yang tiba-tiba saja terdiam dan tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia tahu apa yang dipikirkan Anya. Wanita itu begitu lembut dan baik hati sehingga ia tidak ingin orang lain merasa tersakiti. Anya tidak berani menyelesaikan kata-katanya karena ia takut Aiden akan terluka.

"Aku yakin kamu sudah tahu siapa yang melakukannya," kata Aiden.

Anya mendongak, melihat wajah Aiden yang tetap tenang. Ia langsung memahami bahwa Aiden juga tahu siapa yang telah melakukan semua ini.

"Apa kamu tahu mengapa Natali melakukan semua ini?" tanyanya. "Natali adalah tunanganmu. Mengapa ia melakukan hal ini kepada tunangannya sendiri?" ia mengucapkan pertanyaan itu dengan pelan seolah berbicara pada dirinya sendiri. Pertanyaan itulah yang terus mengganjal benak Anya dan hingga saat ini, ia belum mendapatkan jawabannya.

"Aku tahu." Hanya itu jawaban Aiden.

Mata Anya terbelalak. Aiden mengetahui mengapa Natali melakukan hal ini!

Ia diam dan menunggu Aiden untuk mengatakannya, tetapi sepertinya pria itu tidak berniat untuk menjelaskan kepadanya.

"Aku bisa membantumu untuk membayar seluruh biaya rumah sakit ibumu. Aku juga bisa membantumu untuk membalas dendam pada orang yang melakukan ini kepadamu," kata Aiden.

Anya termenung setelah mendengar kata-kata Aiden. Balas dendam …

Tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya niat untuk membalas dendam. Ia pun mendatangi Natali hanya untuk menuntut penjelasan mengapa Natali melakukan semua ini kepadanya. Ia mencari Aiden dan menemuinya karena ingin meminta bantuan Aiden untuk membiayai ibunya, bukan untuk membalas dendam pada Natali.

Tetapi Anya mengingat kembali apa yang dilakukan Natali kepadanya. Ia mengingat perlakuan Mona saat ia berusaha untuk meminta penjelasan pada Natali. Mona telah menghajarnya habis-habisan tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri.

Ia mengingat berita yang ditunjukkan oleh Mona. Nama dan juga fotonya tercantum di dalam berita yang telah tersebar luas itu. Ia dicap sebagai wanita murahan, wanita yang telah menggoda dan berselingkuh dengan tunangan orang lain.

Anya merasa bahwa semua perlakuan ini tidak adil. Ia tidak pantas diperlakukan seperti ini.

Apakah ia mau membalas dendam pada orang-orang itu?

"Tapi aku …" keraguan masih membayangi hati Anya. Pernikahan bukanlah sesuatu yang remeh. Pernikahan bukan suatu permainan yang bisa digunakan sebagai alat balas dendam Ia akan menghabiskan seluruh hidupnya bersama dengan satu orang pria dan ia tidak mencintai pria di hadapannya ini.

Apakah sepadan menukarkan kebebasannya untuk semua ini?

Aiden bisa melihat keraguan terpancar di wajah Anya dengan jelas. Ia tahu bahwa Anya merasa bimbang karena ia harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal. Wanita itu merasa ragu karena ia harus menikahi pria yang tidak dicintainya …

Hal itu membuat Aiden semakin yakin bahwa Anya tidak sedang berpura-pura. Anya benar-benar tidak mengenalnya! Wanita itu benar-benar tidak mengingatnya! Ia akan meminta Harris untuk mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada Anya sehingga wanita itu melupakannya.

"Pilihannya ada padamu," kata Aiden singkat.

Aiden tidak memaksa Anya secara langsung untuk menikah dengannya. Sikapnya saat ini saja sudah membuat Anya merasa ketakutan. Ia tidak ingin terlihat terlalu keras sehingga membuat Anya malah melarikan diri darinya.

Meski begitu, ia tidak memberikan pilihan lain pada Anya. Ia memojokkan Anya yang benar-benar membutuhkan bantuannya sehingga wanita itu akan jatuh ke dalam pelukannya.

Anya menatap Aiden dengan seksama, berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pria ini. Tetapi Aiden balas menatapnya dengan sangat tenang dan tanpa ekspresi, membuat Anya tidak tahu apa niatnya sebenarnya. Pria ini begitu misterius.

Keheningan menyelimuti ruangan itu saat mereka berdua tenggelam dalam tatapan satu sama lain.

Anya tahu bahwa ia tidak memiliki pilihan lain. Hanya Aiden satu-satunya harapannya untuk membayar biaya pengobatan ibunya.

Ia benar-benar membutuhkan bantuan ini, tetapi ia juga tidak bisa menikah begitu saja dengan orang asing. Ia tidak mengenal Aiden dan tidak mencintainya!

Apakah ia harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya demi uang?