Randika terdiam beberapa saat, apakah instingnya itu salah? Tidak mungkin!
"Pak, ini benar-benar cuma air putih biasa." Kata Adrian sambil menyerahkan kembali botol air tersebut ke Randika.
Randika meraihnya dan memperhatikannya. Matanya penuh dengan keraguan. Apakah Roberto benar-benar bukan sebuah ancaman?
...…..
Waktu berjalan dengan cepat, sekarang sudah waktunya untuk pulang.
Hari sudah mulai malam ketika Randika dan kedua kakak adik itu berkendara menuju rumah.
"Han, bagaimana dengan mobilmu?" Tanya Randika.
"Butuh waktu beberapa lama sampai benar-benar betul." Balasnya.
Randika duduk di bagian belakang, dia menatap kedua perempuan cantik ini sambil tersenyum nakal. Dia benar-benar sudah di ujung tanduk, nafsunya semakin membesar tiap detiknya.
Ketika sampai di rumah, Hannah mengomel betapa capeknya dirinya. Dia langsung naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.
Randika mengambil bir yang ada di dalam kulkas dan duduk di sofa sambil menonton TV.