Slamet menatap Randika, berusaha menekan rasa takutnya yang muncul dari dalam hatinya. Namun, badannya terus bergetar tanpa henti dan keringatnya tidak bisa berhenti mengalir.
"Kau boleh mengatakan ini adalah nasib buruk ketika kau bertemu denganku." Randika tertawa. "Aku sangat ahli mengubur orang-orang sepertimu. Tetapi karena aku orang baik, jadi aku mengampunimu. Jadi kau mau ngasih uangku atau tidak?"
Mendengar kata-kata Randika dengan nada mengancam itu, Slamet seakan ingin pingsan.
"50 juta?" Slamet menelan air ludahnya.
"Benar, kalau tidak kau mengerti apa yang akan terjadi kan?" Randika menepuk bahu Slamet.
"Sudah ayo cepat, bukankah kau tadi mengatakan kau mendapatkan puluhan juta tiap harinya?" Randika meremas bahu Slamet. "kesabaranku mulai menipis."
"Lagipula, ini bukan pertama kalinya kau melakukan pemerasan ini bukan?"
Slamet benar-benar sudah berkeringat deras. Kali ini, dialah yang ada di ujung jurang.