Chereads / The Oldest Land / Chapter 86 - Menguji Pusaka

Chapter 86 - Menguji Pusaka

Waktu satu tahun hanyalah waktu yang singkat bagi para praktisi kanuragan, dan dalam satu tahun ini baik adi maupun denok telah mengalami kemajuan yang signifikan, adi sekarang berada di tahap Adipati Tengah, dan denok seakrang berada di tahap Punggawa Akhir.

Keduannya telah maju dan meningkat dengan pesat, serta mampu menjaga diri mereka dengan lebih baik, kini saat mereka akan melanjutkan perjalannan mereka, adi dan denok kembali mengkonsolidasikan ilmu mereka.

Dimulai dari adi yang telah mampu mencapai tahap dua dari illmu kanuragan ngalap lampar, dan dengan kemajuan itu membuat adi menjadi lebih senang.

Adapun pusaka yang mampu adi terima ketika dia mencapai ranah baru, dia membuka kembali kotak yang diberikan oleh kakenya, setelah membuka dan melihat ke dalam isisinya ia kaget, karena telah mendapatkan pusaka sakti keris Halilintar.

Ya, sebuah pusaka yang sangat cocok dengan ajian ngalap lamparnnya, dan dengan kedua kekuatan disatukan adi yakin dia mampu bertahan pada liga yang berbeda, atau setidaknya dia mampu berlari dari maut saat bertarung dengan yang lain.

Adi masih ingat saat dia mengetes kesaktian keris tersebut, keris itu mampu membuat kehancuran yang besar, dengan sinar merah yang melesat dari keris dan mampu membuat batu setinggi puluhan meter hancur berantakan.

Terlebih keris ini mampu terbang sendiri, dan seakan dapat melihat mangsa atau musuh yang dituju, jadi selama dalam kisaran kemampuan adi, keris ini tidak akan pernah buta untuk berburu.

Sedangkan untuk denok sendiri, ketika adi bertanya senjata apa yang cocok untuknya, denok hanya tersenyum sambil berkata bahwa dia telah mendapatkan senjata pusaka berupa selendang hijau, dari nenek adi.

Adi yang mendengar itu menjadi senang, karena neneknya masih dapat memikirkan denok, dan saat ketika adi bertanya kekuatan apa yang dimiliki oleh selendang itu, denok menjelaskan. Bahwa selendang ini mampu menjadi keras seperti tombak dan mampu menusuk benda keras

Terlebih dia juga mampu memanjang menjadi ratusan meter, dan memiliki ke tahanan yang sangat kuat dan tidak bisa robek oleh tebasan pedang atau pisau biasa, dan hanya mampu robek oleh pusaka yang berada di atasnya.

Serta nenek juga bilang, bahwa selendang ini akan mampu terus tumbuh dan akan mampu mengikuti kemajuan dari pemiliknya, dengan kata lain semakin denok kuat maka semakin kuat juga selenang ini.

Dan kini di sebuah lembah yang agak jauh dari vila mereka, adi dan denok sedang siap berlatih bertarung bersama, walau sudah menjadi rutin latihan pertarungan mereka, tetapi kini berbeda dengan latihan sebelumnya.

Karena baik adi maupun denok saat ini masing-masing bertarung dan menguji kekuatan dari kedua pusaka yang mereka miliki. Walau masih ada keraguan didalam hati mereka, tetapi itu mereka kesampingkan demi kemajuan dan juga tekad mereka menjadi lebih kuat.

""Sayang apa kamu siap?"" tanya adi kepada denok yang ada di seberang dirinyan yang berdiri dengan jarak 50 M, ""Denok siap ko mas, tapi apa mas juga siap?"" denok bertanya dengan sedikit senyum di sudut mulutnya.

""Tentu sayang, maka kalau begitu tidak usah menunggu lebih lama lagi, ayo kita mulai latih tanding kita"" jawab adi dengan semangat

""Baiklah kalo itu keputusan mas"" berkata denok sambil menggenggam erat selendang hijaunya.

""Ok, kita mulai sayang"" adi berkata sambil berlari menuju ke arah denok dengan cepat

Denok yang melihat pergerakan adi menjadi ikut bersemangat, sambil tak lupa mempersiapkan gerakan yang akan dia persiapkan dalam menghadapi adi.

Saat keduanya berjarak 5 m denok tiba-tiba melepaskan selendangnya, dan langsung seketika selendang hijau yang cantik berubah seperti tombak yang menyambar ke arah depan adi.

Adi yang melihat itu sudah memiliki persiapan, dengan mencabut kerisnya dan menangkis pukulan tombak dari selendang denok, dan seketika terdengar suara ""Clanc..."" akibat benturan dari kedua pusaka.

Adi dan denok yang mendengar suara benturan keras itu, saling memandang dan ada apresiasi dimata keduannya, karena kekuatan dari kedua pusaka ini tidak bisa dianggap remeh. Dan saat pertukaran pertama dilakukan, denok segera berputar dan mengelilingi adi

Adi yang melihat gerakan denok segera merespon dan melompat ke atas tinggi, dan sesaat setelah adi melompat terdengar suara keras seperti kain yang di jerat ""Puuukkkkkkkk"" melihat ke bawah kepada kain yang sudah saling mengikat, adi tak bisa tidak menggelengkan kepalanya, jika dia dikunci di dalam simpul kain pasti sakit.

Dan seakan menanggapi dari pukulan denok, adi segera berbalik badan dan seperti meluncur dari ketinggian dengan kepala yang menghadap ke bawah sambil menghunuskan kerisnya ke arah selendang

Seketika itu juga kembali terdengar suara ""Ding...ding....ding..."" bunyi benrturan yang dihasilkan dari beberapa tusukan keris yang adi lakukan ke arah selendang, sambil tak lupa ia melompat dengan indah, menjaga jarak dari denoksejuah 10 m.

Sesaat setelah adi mendarat adi tidak bisa, tidak mendesah, seberapa keras selendang ini, saat adi masih tertegun sementara, denok yang melihat ada peluang kembali membuat langkah dengan cantik dan terbang ke atas sambil melambaikan selendang nya, maka dua aliran selendang di atas adan bawah menuju adi dengan kecepatan yang tinggi, seakan lengah akan pertarungan adi yang masih belum mampu beraksi, terllilit oleh jerat selendang denok.

Menyadari ia terkunci adi segera bergegas, menggulingkan dirinya berlawanan dengan putaran selendang yang melilitnya, dengan asumsi untuk melarikan diri dari jeratan denok.

Tapi, sayang denok yang telah mengetahu langkah adi berikutnya, membuat selendang seperti mengempes dan langsung membuat tubuh adi menjadi terjerat dengan erat, saat denok mulai berpikir bahwa pertarungan akan berakhir dengan kemenangnya.

Denok melihat keris yang telah adi pegang, segera terbang menuju denok dan bergegas mengunci tangan yang mengendalikan selendang, tahu bahwa ia akan diserang denok harus menarik sebagian dari selendangnya untuk membuat kepongpong perlindungan.

Dan benar saja,saat denok menyelesaikan pelindung kepongpongnya, terdengar suara ""ding....ding...ding....ding.....ding...."" suara benturan keris dengan selendang yang terus terjadi secara konstan. Sampai tak lama kemudian saat keris berhenti menyerang kepongpong adi, yang awalnya terjerat kini mampu bebas dan kembali mengatur posisinya.

Dan seketika itu juga kepongpong denok bubar, dan memperlihatkan wajah denok yang kesal karena membiarkan adi bebas. Adi yang melihat wajah denok cemberut hanya tertawa dan seperti membuat ejekan untuk kemabli menantang denok.

Denok yang melihat ejekan adi, kesal dan tanpa ia sadari saat ia memusatkan serangan berikutnya untuk adi, tiba- tiba ia merasa dingin dilehernya, dan melihat keris yang sudah berada menempel pada lehernya.

Adi yang melihat rencana denok, sudah jauh-jauh hari memikirakan serangan balasan, dengan mengalihkan padangan denok dan menyembunyikan keris, saat denok lengah kemudian disitu adi masuk dengan kerisnya.

Jadilah latih tanding keduannya segera berakhir, dengan kemenangan adi, tentu serangan dan juga pertarungan denok sudah lumayan, tetapi karna kurangnya pengalaman jadi dia menjadi kalah, terlebih saat menghadapi adi, denok tidak benar- benar serius dan masih menyisahkan ruang untuk lengah dan malas, jadi disana adi masuk untuk mengalahkannya.

""Heheheh sayang kamu kalah"" berkata adi dengan senang, sambil mengambil kembali kerisnya dan menyimpannya

""Huuuuuuu, mas curang pake serangan tersembunyi"" jawab denok dengan kesal

""Ya..... dalam bertarung, selama itu musuh cara apapun sah, sayang""

""iyaaa....denok tahu mas"" jawab denok dengan lirih kepada adi