Chereads / The Oldest Land / Chapter 87 - Keluar Dari Ruang

Chapter 87 - Keluar Dari Ruang

.

Dan hal ini lah yang terjadi pada kuda turangga yang menarik kereta adi, yang awalnya mereka adalah kuda yang kuat dan sehat, tetapi kini mereka memiliki sedikit kecerdasan yang lebih baik dari pada umumnya kuda.

Dan adi juga mulai menyadari bahwa mereka bisa memahami perintah adi, tetapi tidak orang lain, meski adi bingung dia hanya bisa menyambungkannya dengan keadaan ruang atau penguasa ruang yang ia kuasai.

Hingga akhirnya adi selesai memasang kuda pada gerbong kereta, dan denok juga telah keluar dari dalam kereta, adi tanpa menunda waktu lagi, memacu kudanya untuk keluar dari hutan gosong ini.

Berjalan melewati rereumputan hutan gosong, adi masih agak kesulitan karena tanah yang lembek, beruntung kekuatan kudanya kini menjadi 3 kali lebih kuat dari biasanya, dan ini sangat menolong adi untuk bisa melewati tanah yang lembek.

Berjalan sekitar 15 menit akhirnya, adi sampai di jalan utama hutan ujung kulon, dimana jalan yang datar membentang di sepanjang jalan utama hutan. Adi yang melihat jalan keras di depannya menjadi senang dengan apa yang ia lihat.

Kerena kini ia tidak usah bersusah payah dalam mengendalikan laju kudanya, karena tanah yang kering dan keras menjadikan pengaturan kereta beserta kudanya menjadi mudah kembali.

Memacu kuda dengan lebih cepat adi dan denok disuguhkan dengan kekuatan lari dari kudannya yang luar biasa, mereka seperti angin yang menerobos kekosongan, dengan kecepatan dari kuda yang 3x lebih cepat dari biasannya.adi dan denok tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk keluar dari hutan gosong.

Dan yang menanti mereka setelah hutan gosong adalah padang pasir yang panas, yang sepanjang mata memandang adalah hamparan pasir yang membentang luas, awalnya adi mengangap semua ini hanya mimpi.

Tidak sampai denok menyakinkan bahwa ini benar-benar padang pasir, dan yang lebih anehnya dalah pasir menumpuk dikedua sisi jalan utama hutan, tapi tidak ada yang masuk ke dalam jalan utama. Ini sekali lagi membuat adi takjub.

Terus berjalan mengikuti jalan utama hutan, awalnya adi tidak kawatir, tetapi setelah lama berjalan mulai timbul rasa kawatir, karena tidak ada tanda -tanda akhir dari jalan ini, dan untuk keluar dari jalan adi lebih berpikir tidak mungkin, karena besar kemungkinan nya ia akan tersesat.

Setelah berjalan hampir setengah hari, akhirnya adi dan denok beristirahat di tengah jalan, karena adi tidak merasa aman untuk berhenti di gurun, walaupun itu hanya di pinggir jalan, lebih baik di jalan saja.

Dan jadilah adi dan denok beserta kuda mereka, beristirahat di tengah jalan yang membentang sepanjang mata memandang, baru setelah mereka selesai istirahat dan memberi kuda mereka air minum ruang, kembali fitalitas mereka menjadi kuat lagi.

Melanjutkan perjalanannnya, hingga sore hari adi dan denok masih belum bisa keluar dari gurun, dan masih tetap di tengah jalan dari hamparan padang pasir. Meski mereka agak sedikit bingung tapi mereka tidak berpikir lebih, jadi mereka berkemah kembali di tengah jalan.

Hari berganti menjadi malam, dan udara di padang gurun menjadi lebih dingin, kontras dengan keadaan di siang hari yang begitu panas membara. Tetapi adi dan denok kembali tidak menggubris,karena mereka berncana untuk istirahat di dalam ruang, jadi mereka tidak terlalu bermasalah dengan cuaca ini.

Kembali masuk ke dalam ruang, adi dan denok beristirahat dengan yaman dan menutup hari mereka yang melelahkan di padang pasir. Hingga hari selnjutnya tiba adi dan dneok bangun dari tidur mereka. Dan seperti jadwal biasa mereka memulai latihan pagi.

Menyelesaikan latihan pagi selama satu jam adi dan denok melanjutkan sarapan mereka di dalam ruang, setelah selesai dan membersihkan diri, adi mengecek kuda mereka yang kembali mereka masukan ke dalam ruang, tentu bersama dengan kereta mereka.

Setelah melihat jiwa kuda mereka yang kembali segar, adi menganguk tanda persetujuan bahwa mereka kembali siap untuk melanjutkan perjalanan. Keluar dari dalam ruang dan bergegas melanjutkan perjalanan mereka, kembali adi dan denok disambut oleh cuaca panas yang terik.

Memacu laju kuda mereka, adi kembali berusaha untuk hari ini mereka harus keluar dari dalam gurun pasir ini, tapi sayang kembali mereka melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

Beristirahat di tengah jalan dan setelah cukup kembali memacu kuda mereka di tangah jalan dengan cepat, sampai sore menjelang, kembali mereka harus beristirahat di dalam ruang.

'

Adi dan denok kini setelah dua hari mulai merasa aneh, kenapa mereka tidak keluar dari dalam padang pasir, dengan kecepatan kuda dan jarak tempuh yang mereka lalui, seharusnya sudah sejak kemarin mereka bisa keluar, tapi anehnya sampai hari kedua ini mereka masih tetap sama di jalan utama gurun.

Tahu pasti ada yang salah dengan grurun ini, adi mulai berpikir dimana letak salah dari gurun ini, tetapi setelah mencari jawaban berdua dengan denok, adi masih tidak bisa menemukan jawabannya.

Tidak memikirkan lebih, adi kembali ke dalam ruang untuk beristirahat dan merileskan pkiran dan tubuhnya yang lelah, tidak terkecuali denok meski ia hanya menemani duduk adi, tetapi dia juga tetap merasa lelah, terutama pikirannya.

Dan hari barupun kembali berganti adi dan denok kembali memulai perjalanan mereka di tengah gurun, memacu kembali kuda mereka dengan cepat adi berharap di hari ke tiga ini mereka dapat segera keluar dari tempat ini.

Tapi harapan adalah harapan dan kenyataan adalah kenyataan, meski sulit untuk di sadari tetapi nyatanya itulah yang mereka hadapi di depan mata mereka.

Kembali adi dan denok harus istirahat di dalam ruang, karena memasuki malam ketiga digurun mereka masih belum dapat keluar. ""Mas ini sudah hari ketiga tapi kita masih berada di tengah gurun"" bertanya denok dengan nada yangs sedikit kawatir.

""ya sayang kamu benar, kita masih terjebak di dalam gurun ini, dan tidak ada tanda -tanda untuk bisa keluar""

""kalo begitu jika hari esok masih belum bisa keluar, apakah kita harus keluar dari jalan utama mas, dan mencoba jalan lain,""saran dari denok.

""ya tidak ada yang salah dengan saran kamu sayang, ya kita coba sehari lagi jika masih gagal kita akan mengikuti rencana kamu"" adi berkata kepada denok dengan sedikit keresahan.

Malam itu keduannya tidur tidak seyaman hari-hari sebelumnya dikarenakan permasalahan yang mereka hadapi, dan juga dikarenakan kegelisahan yang kini menghigapi mereka.

Hari ke empat adi dan denok masih terus memacu laju kuda mereka, untuk dapat keluar dari dalam gurun ini, sampai di tengah hari, akhirnya adi dan denok berhasil melihat warna lain dari gurun, yaitu warna hijau yang membentang di depan mata mereka.

Tanpa banyak bicara segera adi memacu kuda mereka, dan sampai beberapa menit kemudian, akhirya mereka benar-benat keluar dari dalam gurun, dan setelah mereka kembali memasuki hutan hijau yang lebat. Ada perasaan sukur dan senang yang tidak terbayangkan bagi mereka.