Chereads / The Oldest Land / Chapter 11 - Pasar Cisalak

Chapter 11 - Pasar Cisalak

Mengingat kembali kejadian tadi dirumah Denok, Adi tidak bisa menahan merinding di bagian belakang tubuhnya, membayangkan dia memeluk bi Sumi.

" sialan si gembul, ngerusak momen romantis aja". ahhhhhh menghela nafas sambil berjalan

Berjalan sepanjang jalan ke arah Utara sambil melihat kembali hamparan kebun buah-buahan warga, Adi kembali takjub akan betapa suburnya tanah di desanya.

Melihat buah Gowok, Duwet, Mangga,Jeruk, dan Salak yang berjejer rapi di luasnya tanah perkebunan, membuat hatinya gatal untuk mencicipi.

kembali mengingat masa kecilnya yang riang, dengan bebas memakan buah" an yang ada, dengan hanya meminta kepada penduduk desa yang ramah, kembali menghangatkan hatinya tentang memori yang sudah berlalu.

Andai waktu bisa berputar kembali. Dia pasti tidak akan ragu untuk melarang kedua orang tuanya dan adik perempuannya untuk pergi, tapi sayang itu tidak bisa di lakukan dan hanya akan menjadi angan-angannya. ( setidaknya untuk saat ini sampai dia akan menemukan rahasia ).

berjalan sekitar 10 menit sampai terlihat atap pasar yang runcing di kedua sisi, seperti tanduk kerbau yang runcing. Adi bisa melihat banyak orang yang sibuk lalu lalang serta tawar menawar, menjajakan dan membuat kesepakatan di pasar.

walaupun desa Lawang Sewu tergolong kecil, tetapi itu tidak menyurutkan para pedagang yang datang dan singgah, dari Hulu Sungai Bengawan untuk masuk berdagang di sepanjang hilirnya, termasuk desa Lawang Sewu yang merupakan tempat strategis bagi para pedagang untuk singgah, karena lokasinya yang menjadi salah satu gerbang utama ke dalam pedalaman kerajaan Java.

Melihat lambang buah salak di tengah gapura pasar, mengingatkan Adi kembali betapa terkenalnya pasar ini karena salak kasnya, yang disebut salak pondok.

ya daging yang tebal dan warna yang putih dengan rasa manis yang alami, menjadi ciri khas dari pasar cisalak ini.

mencari ke sekeliling pasar untuk menemukan penjual dawet, Adi berjalan perlahan sambil melihat-lihat barang dagangan pelanggan. Melihat apakah ada hal yang baru yang bisa membuatnya tertarik untuk membeli.

Berjalan semakin memasuki pasar Adi mulai melihat lebih teliti. Tepat di pojok sebuah kios buah Adi melihat penjual dawet.

" Bang Petruk masih ada dawetnya?".

" oh den Adi, masih ada sedikit nih den, kenapa Aden mau?".

"iyalah mau, makanya saya nanya Abang". sambil tersenyum menjawab.

" mau beli berapa den?"

" bikinin jadi dua mangkuk ya"

" sip den tunggu sebentar"

Sambil melihat" Adi menatap warga yang lalu lalang membeli kebutuhan di pasar.

" nih den semuanya jadi 2 Koin Besi"

" Eh ga salah bukanya seharusnya 4 yah?" tanya Adi heran.

" ga papa den, diskon buat Aden lagian juga Bang Pentruk mau pulang den".

" yaudah makasih deh kalo gitu".

Berjalan meninggalkan tempat penjual dawet Adi datang ke arah tengah pasar, melihat stan penjualan ayam kampung Adi mampir melihat.

" Pak Ogah, beli potongan satu dan tolong bersihin sama jeroannya yah".

" sip den tunggu sebentar yah". setelah menunggu sebentar

" ini den,semuanya jadi 20 koin besi".

" ok makasih Pak Ogah". tersenyum berjalan meninggalkan pasar menuju rumah.