Chereads / Bersantai di Dunia Binatang / Chapter 36 - Satu Atap Bersama Ular

Chapter 36 - Satu Atap Bersama Ular

Bai Qingqing tidak pernah keluar rumah pada malam hari ketika berada suku macan tutul. Ini adalah pertama kalinya ia melihat langit malam di dunia ini. Dalam hati ia berkata, 'Di sini ada tiga bulan, ini benar-benar bukan bumi!'

Karena merasa ular itu tidak lagi bergerak cukup lama, kemudian Bai Qingqing pun menundukkan kepalanya dan meliriknya sekilas. Ia melihat mata ular itu ternyata terbuka, lalu ia pun segera melihat ke langit lagi.

Beberapa saat kemudian, ia melihat ke bawah lagi, dan mata merah di kepala ular itu ternyata masih terbuka. Sepertinya ekspresi matanya tidak berubah.

Bai Qingqing merasa ada yang tidak beres. Ia menarik napas dalam-dalam lalu memberanikan untuk memperhatikan kepala ular itu sekali lagi.

Kali ini akhirnya ia menemukan ada sesuatu yang tidak beres. Mata merah Curtis tampak sedikit kabur saat ini, seolah-olah matanya ditutupi dengan selaput yang transparan. Sehingga matanya seolah-olah masih terbuka, tetapi sebenarnya ia sedang tertidur.

Ini adalah cara yang ia lakukan untuk melindungi diri.

Bai Qingqing menghela napas lega. Kini Curtis sudah tertidur, setidaknya hari ini ia tidak akan menyentuhnya supaya tidak membangunkan ular itu. Bai Qingqing memutuskan untuk duduk seperti ini semalaman.

Angin malam membawa kabut dingin, sehingga ia merasa kedinginan. Air terjun mengeluarkan suara gemuruh, yang menjadi lagu pengantar tidur paling efektif setelah didengarkan dalam waktu lama.

Bai Qingqing masih mengenakan pakaian kulit binatang yang basah, ia kedinginan dan kepalanya sedikit pening. Kemudian ia pun memeluk lengannya dan sambil memejamkan kelopak matanya, akhirnya ia pun tertidur pulas di atas ular itu.

Curtis membuka kelopak matanya yang transparan dan melihat Bai Qingqing dengan tenang beberapa saat. Setelah memastikan bahwa Bai Qingqing tertidur, Curtis melonggarkan lilitannya dan menggulung Bai Qingqing ke dalam tubuhnya.

  ...

"Cit cit ~"

Cahaya mentari perlahan masuk ke dalam hutan dan membuat burung-burung mulai bernyanyi dengan merdu namun tidak terdengar gaduh.

Bai Qingqing terbangun karena kicauan burung itu, setelah membuka matanya ia ingin segera duduk, namun ia merasakan ada sesuatu yang berat menindih tubuhnya.

"Aahhh!" Dengan reflek Bai Qingqing langsung berteriak. Ketika membuka mata, ia melihat kulit ular berwarna merah dengan motif berwarna hitam, seketika seluruh bulu kuduknya terasa berdiri.

Curtis dengan buru-buru langsung melepaskannya, ia mengubah tubuh bagian atasnya menjadi bentuk manusia, dan bertanya dengan cemas, "Ada apa?"

Bai Qingqing berjalan mundur sembari menatap wajah Curtis dengan mata yang terbuka lebar. Curtis kembali ke dalam wujud manusia dengan bagian kaki yang masih dalam bentuk ular, sehingga membuatnya terlihat semakin seram.

Ketika Bai Qingqing mulai sadar kembali, ia semakin ketakutan seolah yang ia alami kemarin malam belum juga hilang. Wajahnya menjadi pucat pasi, bibirnya yang kemerahan kini tampak pucat, seolah tidak ada darah mengalir di sana.

Curtis dengan sadar mengetahui bahwa gadis itu takut pada dirinya, sehingga ia pun merasa sangat sedih.

"Hari ini kita akan pergi mencari nasi." Kata Curtis dengan nada yang dingin lalu melepas Bai Qingqing dan berjalan menuju danau.

Bai Qingqing menggigit bibir bawahnya dan berjalan menuju sungai dalam perasaan yang masih kacau.

Pakaian yang ia kenakan kini telah mengering seolah habis disetrika, tapi suhu tubuhnya terasa sangat aneh dan ia merasa sangat tidak nyaman. Sehingga ia terlihat sangat lelah dan lemas ketika berjalan menuju tepi danau.

Melihat bayangannya di permukaan air, Bai Qingqing hampir tidak mengenali bahwa itu adalah dirinya sendiri. Gadis itu terlihat begitu rapuh, ekspresinya yang polos seperti anak rusa, sehingga ia enggan untuk peduli dengan bayangan orang yang ada di dalam air itu.

Karena tidur di luar ruangan, tidak ada hewan yang berani datang dan makan sisa daging panggang kemarin, dan Bai Qingqing memutuskan untuk memakan beberapa potong daging panggang yang sudah dingin itu.

Curtis memeluk kulit ularnya ketika naik ke daratan kemudian menjepitnya di ketiaknya. Kemudian ia menggendong Bai Qingqing di pinggangnya dan berkata, "Ayo pergi, kita pergi ke suku."

Pergi ke suku?

Mata Bai Qingqing yang semula tampak suram kini tiba-tiba langsung menyala, akhirnya kesempatan seperti ini datang juga!