"Awuuuu…" Qingqing…
Di dalam rumah kayu, seekor macan tutul yang sedang berbaring di atas sarang rumput tiba-tiba menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, dengan sikapnya yang dingin ia ingin melarikan diri.
Harvey yang melihatnya melakukan gerakan seperti itu, seketika ia pun langsung meletakkan barang bawaannya lalu berjalan dan segera memegangi macan tutul yang lukanya retak akibat gerakan tersebut, "Parker, berhentilah bergerak, kamu mau mati?"
Parker tiba-tiba membuka matanya, tatapannya sangat tajam seolah menggambarkan emosinya yang ganas. Seketika Harvey pun jatuh ke tanah hanya dengan sekali hempas.
"Sadarlah!" Harvey bisa merasakan emosi yang dalam hati Parker, tiba-tiba muncul dengan keringat dingin yang mengalir di punggungnya.
Parker menatap wajah Harvey dengan ganas, tatapan matanya yang tajam dan aura ingin membunuh berangsur-angsur memudar, "Woo?" Harvey?
Akhirnya Harvey pun merasa lega, lalu ia pun mendorong Parker menjauh dengan marah, "Dasar macan bodoh. Jangan berubah menjadi binatang sekarang, hati-hati dengan lukamu itu karena masih bisa robek lagi."
Parker bertanya dengan mendesak [Di mana Qingqing?]
Harvey tiba-tiba terdiam, matanya melihat Parker dengan penuh kesabaran.
Dalam hati sebenarnya ia juga ikut menyesal atas apa yang terjadi pada Bai Qingqing. Tapi, karena sejak awal ia tidak berharap lebih, jadi ia tidak terlalu sakit hati. Tapi sepertinya cukup sakit hati juga karena kejadian ini.
Tiba-tiba Parker terlihat sedih, tatapan matanya berubah lagi, ia pun langsung keluar dari rumah Harvey seolah tahu apa yang sudah terjadi.
Harvey dengan cepat langsung menghentikannya, "Mau ke mana? Kamu terluka parah dan masih perlu istirahat."
"Roar!" Parker menggeram pada Harvey dan dengan cepat ia langsung lari.
Sekarang ia hanya bisa mengandalkan kekuatan suku dari ibunya. Meskipun ia telah diusir oleh suku ibunya, dan ia juga mengatakan bahwa ia tidak akan pernah kembali ke Kota Wan Shou, namun hanya suku ibunya saja yang memiliki kemampuan untuk merebut Qingqing dari binatang buas bergaris empat itu. Karena itulah Parker memutuskan untuk mencoba kembali ke sekte ibunya.
Di pusat Kota Wan Shou, terdapat empat kastil batu yang tinggi dan sederhana. Semuanya merupakan gedung tertinggi yang ada di kota.
Seekor macan tutul yang berlari itu langsung masuk ke salah satu kastil yang ada di sana. Ia muntah darah sambil berlari, sehingga di jalan yang ia lewati terdapat jejak tetesan bintik merah yang lengket.
Kedua prajurit binatang yang sedang berjaga di depan gerbang itu saling memandang. Tuan kecil yang dideportasi sudah kembali, apakah mereka harus mengusirnya?
Sebelum mereka menemukan suatu alasan, tuan kecil itu sudah melarikan diri.
Kalau begitu… lupakan saja.
Kedua penjaga suku Macan tutul berpura-pura tidak melihat apa-apa dan lanjut menjaa pos mereka dengan serius.
Di taman yang ada di belakang kastil, ada seorang wanita berusia 30 tahun sedang berbaring dengan malas di kursi anyaman dengan daun hijau zamrud. Ia memakan produk khusus yang dibawakan oleh teman-temannya dari seluruh dunia hewan, suasana terlihat sangat santai.
"Nah, ini adalah buah dari kota Shamo, buah ini yang paling manis." Mimi sedang memakan buah merah seukuran jeruk bali dan memakannya dengan sangat nikmat, saat itu juga seekor macan tutul dengan tubuh yang dibalut perban tiba-tiba datang ke depannya.
"Siapa ini?" Mimi menoleh tanpa terlihat gugup karena seperti mengenali siapa macan tutul itu.
Di mana pasangan binatang ini? Ia terluka parah dan kondisinya terlihat sangat memprihatinkan.
Parker berubah wujud kembali menjadi bentuk manusia dan menjatuhkan dirinya di pangkuan Mimi, "Bu! Wanita milik putramu ini telah di culik!"
"Hmmm!" Mami menyemprotkan mamahan buah berwarna merah yang telah dikunyah itu ke wajah Parker, "Parker?"
"Anakku tersayang, ke mana saja kamu selama ini? Kenapa kamu dipukuli sampai seperti ini? Seharusnya kamu tidak menurutiku ketika memintamu pergi dari kota Wan Shou." Mimi menyeka wajah Parker dengan sedih, ia membelai wajah Parker dengan perlahan. Perban yang ada di tubuh Parker itu kini tampak berantakan, kemudian Mimi pun merapikannya kembali sembari berkata, "Katakan pada Ibu siapa yang telah memukulmu sampai seperti ini, Ibu akan menyuruh Ayahmu melampiaskan amarahmu!"
Kasih sayang ibu yang telah lama hilang membuat hati Parker merasa hangat, ia memeluk ibunya dengan erat, lalu melepaskannya sembari berkata, "Ayah mungkin juga tidak akan bisa melawannya karena binatang buas yang menculik wanitaku itu memiliki 4 garis di tubuhnya."
Ayah kandung Parker adalah raja dari macan tutul dan ia adalah satu-satunya hewan di kota Wan Shou yang memiliki empat garis.
Mimi menatap Parker kemudian ia dengan tenang berkata, "Binatang buas bergaris 4? Akhirnya kamu menemukan pasanganmu anakku. Aku belum pernah bertemu dengannya, jadi sudah pasti kita harus mendapatkannya kembali!"
Parker menganggukkan kepalanya berulang kali, "Iya iya."
"Tapi Ayahmu sedang tidak ada di Kota Wan Shou." Mimi berpikir sejenak lalu berkata, "Aku akan mengatur seseorang untuk mencari berita tentang wanitamu terlebih dahulu, jangan khawatir Nak."
Parker mengucapkan terima kasih, "Terima kasih, Ibu."