Tangan Rizal begitu gemetar saat memegang rambut Ara. " lembut sekali rambutnya" gumamnya dalam hati.
" apa kamu tidak malu membuka kerudung dan cadarmu seperti ini?" tanya Rizal.
" tidak mas, awalnya memang aku malu, tapi setelah di pikir lagi mas itu sudah menjadi suamiku. lagi pun kalau di depan suami, membuka kerudung itu nggak dosa kan?" celoteh Ara menampilkan senyum manis di bibirnya.
"aaahhh.. senyumannya... bikin kelepek kelepek.." dalam lamunannya
" kenapa melamun mas?" Tanya Ara yang membuat Rizal salah tingkah.
"a..apa? ii..iiya. ini sudah kering kayak nya. kamu langsung tidur ya. nanti aku nyusul." ujarnya gelagapan.
" baik mas, mas jangan tidur kemaleman ya" ucapnya yang di balas anggukan saja oleh Rizal.
Ara langsung merebahkan badannya. Namun ia tak bisa tidur dengan tenang. karna dari tadi Rizal hanya melamun, seperti banyak yang di pikirkan olehnya. Ara beranjak dari tempat tidurnya, dan langsung menghampiri suaminya yang sedang duduk di sofa.
" mas kenapa? ada yang dipikirkan?" tanya nya dengan sangat lembut. " apa mas belum bisa menerimaku sebagai istrimu? aku tau mas masih memikirkan kedepannya bagaimana, tapi insya Allah aku akan sabar menunggu mas mencintaiku sepenuhnya. aku janji tidak akan memaksamu untuk melakukan apa yang tidak kau suka. maaf karna aku mas menjadi seperti ini."
" jujur, mas belum bisa menerimamu, sebab mas belum bisa menjadi imam yang terbaik untukmu. bahkan mas tidak begitu paham tentang agama. selama ini mas hanya memikirkan dunia dunia dan dunia. apa mas sudah pantas untuk menjadi imam untukmu?" ujar Rizal meneteskan air mata penyesalannya. Ara langsung menghapus air mata yang jatuh di pipi Rizal.
" mas tolong jangan bicara seperti itu. apapun kekurangan mas aku terima, kita lalui semuanya bersama ya, aku harap mas juga bisa menerima semua kekuranganku."
" iya dek. itu sudah pasti. ya sudah kita tidur, ini sudah larut." Rizal menuntun tangan Ara kembali ke tempat tidurnya.
" maaf mas belum bisa peluk kamu,"
" tak apa mas, jangan di pikirkan, aku mengerti. mas tidur yang nyenyak ya." Ara menunggu Rizal terlelap dengan posisi menghadap Rizal yang tidur terlentang.
Tak lama Rizal pun terlelap, dan Ara ikut terlelap dalam tidurnya yang di beri jarak oleh Rizal.
waktu menunjukkan pukul 04:30. Ara terbangun, ia merasakan geli di dada nya. Dilihatnya Rizal yang sedang menggeleng geleng kepala di atas dadanya Ara terkaget dan membangunkan Rizal dengan cara nya yang lembut.
" mas tolong bangun, aku mau ke kamar mandi. ini sudah subuh" ujarnya. Namun Rizal masih di alam mimpinya. Rizal yang tak sadar dirinya sedang merasakan enak di wajahnya, namun Ara memberi jarak dengannya yang membuat Rizal langsung memeluk Ara dengan eratnya.
"aahhh enaknya bantal ini, tolong jangan di tarik bantalnya, ini sudah empuk kok." Rizal mengendus.
" mas ini aku bukan bantal"
Rizal langsung membuka matanya tersadar apa yang dilakukannya dari tadi yang membuat Ara tertawa geli.
" maaf mas tidak sengaja" dengan mengangkat kedua tangannya. "aku kira itu bantal ataw guling, ternyata itu **** nya Ara. Tapi kok enak ya, rasanya empuk tapi padat.. aaaahh aku mikir apaan sih" gumamnya dalam hati, Rizal mencoba menyadarkan dirinya sendiri dari mimpi tapi nyata baginya.
" ya sudah tidak apa apa. aku ke kamar mandi dulu ya mas, mau ambil wudhu dulu. mas mau sholat bareng?" tanya nya yang dibalas gelengan tidak dari Rizal, namun Ara mengerti akan hal itu. sebab Rizal belum siap untuk melakukan semuanya.