Rizal dan Ara sudah memasuki kamarnya. tak ada suara yang dilontarkan keduanya. hanya tatapan dingin Rizal yang membuat Ara semakin menundukkan kepalanya. Rizal pun memutuskan masuk ke kamar mandinya, membersihkan badannya yang sangat lengket. sedangkan Ara menunggu giliran masuk kamar mandi sebari duduk di sofa yang ada dikamar Rizal.
Ara membuka cadarnya dan bersandar di atas sofa, tak terasa matanya pun terlelap saking lamanya menunggu Rizal yang tengah mandi.
Ceklek...
pintu kamar mandi pun terbuka, Rizal hanya memakai handuk di bagian pinggang saja. Rizal melihat Ara yang sedang terlelap. Matanya membulat, ia yang baru melihat wajah sang istri untuk pertama kalinya begitu terpesona akan wajahnya.
"Masya allah.. wajahnya cantik sekali. apa dia Ara istriku?" gumamnya. Rizal langsung memakai pakaiannya dan kembali berdiri di depan istrinya.
Ara terbangun dan terkaget dengan Rizal yang sudah berdiri didepannya.
" aahh mas, sudah beres mandinya?" ucapnya lembut.
" kamu mandilah dulu. bersihkan badanmu, dan segeralah tidur, pasti kamu capek seharian ini." ujar Rizal
" iya mas, aku ke kamar mandi dulu." Ara berdiri, berjalan menuju kamar mandi.
Rizal berbaring di ranjangnya menatap langit langit, mengingat Ara yang tidak memakai cadar.. " hhhaaaaahh.. cantiknya" kata kata yang dilontarkan dari bibirnya.
Ara pun sudah selesai mandi dan berpakaian di dalam kamar mandinya. Rizal pun kembali terpelongo melihat Ara yang tanpa jilbab. Rambutnya yang panjang terurai sudah dibasahinya, wajahnya yang tanpa make up sedikit pun sangat cantik dilihatnya.
" mas maaf, apa mas punya pengering rambut?" tanya Ara. Rizal langsung menutup bibirnya yang dari tadi terbuka melihat Ara. untung saja ilernya nggak keluar.
"hah, apa? oohh mas nggak punya. mungkin oma punya. sebentar mas turun dulu ke kamar oma." ucapnya gelagapan. Rizal langsung keluar, saat menutup pintu kamarnya Rizal berdiri lumayan lama disana. karna sejak Ara membuka cadar dan keluar dari kamar mandi jantungnya belum berhenti berdisko. dag dig dug der di rasanya.
" haduh.. kenapa ini dada tak mau diam? hey kau jantung, berhentilah berdegup kencang. ini membuatku menjadi gila.. sangat sangat gila" gumamnya dalam hati.
Rizal melangkahkan kaki nya untuk menemui oma di kamarnya. meskipun jantung nya belum stabil, namun Rizal segera pergi karena takut Ara menunggu lama di kamarnya.
tok
tok
tok pintu kamar di ketuk Rizal.
" oma, ini Rizal" teriaknya
" masuk sayang pintunya tidak dikunci"
cklek.. pintu pun terbuka. terlihat oma yang sedang berbaring di kasurnya.
" oma, apa oma punya pengering rambut? Ara membutuhkannya, Rizal nggak punya oma, makannya Rizal kemari." ucapnya
"aduh nak, kirain mau apa. Ada tuh di lemari. bawa saja, oma jarang memakainya."
Rizal membuka salah satu pintu lemari yang di tunjuk oma nya.
" aaa ketemu.. apa ini? kok bentuknya aneh oma. gimana pakainya?" Rizal membolak balik alat yang di pegangnya.
" kamu tuh ya.. kasih aja ke Ara. kamu perhatikan cara pakainya, lalu kamu teruskan, jangan sampai Ara kerepotan menggunakannya."
" baiklah oma. Rizal ke kamar dulu. selamat istirahat ya oma, maaf Rizal mengganggu." ujarnya.
Rizal meninggalkan kamar oma nya dan langsung menemui istrinya yang sudah menunggu untuk mengeringkan rambutnya. Rizal segera memberikan alat yang dipegangnya. memperhatikan bagaimana cara menggunakannya, dan langsung merebutnya lagi dari tangan Ara. Rizal meneruskan apa yang dilakukan Ara tadi. Dia sangat mengingat apa yang dikatakan oma nya barusan.