****
Keesokkan harinya, Mrs. Lim datang mengunjungi panti asuhan, bersama dengan Xander. Anak semata wayangnya. Mereka disambut dengan antusias oleh kepala panti asuhan.
"Saya pikir, kalian akan datang sore atau malam menjelang. Tapi dugaan saya salah." Ucap ibu kepala panti kepada Mrs. Hana Lim.
"Xander, dia sudah tidak begitu sabar. Dia mengatakan, kalau kami telat, Serein akan diadopsi oleh pasangan lain." Balas Mrs. Lim dengan senyum yang begitu manis.
"Marilah, ikut dengan saya. Saya akan memanggil Serein."
"Ibu, Xander akan mencari Serein. Mama dan ibu kepala panti bisa berbicara untuk mengurus surat-surat Serein."
"Lihatlah, dia begitu antusias, bukan?"
"Saya berpikir seperti itu. Memiliki teman di dalam keluarga, membuat hal itu menjadi menyenangkan." Ucap kembali ibu kepala panti asuhan.
"Aku akan ke belakang panti."
"Darimana kamu tahu, kalau Serein di belakang?"
"Aku berjanji kepada dirinya, semalam. Aku mengatakan kepadanya, untuk menungguku di taman belakang saat siang hari. Lalu aku akan datang dan menemani dirinya lagi."
"Wah, anak ini kenapa begitu menggemaskan." Ibu panti begitu menyukai prilaku yang diberikan Xander kepada calon meimei angkatnya.
"Mama akan mengurus surat bersama dengan ibu panti, kamu boleh ke belakang untuk bertemu dengan Serein."
"Baiklah mama, dan terima kasih mama." Xander berlari kecil. Menelusuri lorong koridor pada panti asuhan itu.
Raut wajah yang terlihat begitu tidak sabar untuk bertemu kembali kepada Serein.
Tanpa mencari-cari, Xander sudah menemukan Serein duduk manis dengan senyum lembut yang terlempar untuk Xander, yang ia sambut.
"Bagaimana, aku menepati janji, kan?"
"Aku pikir, kalau gege tidak akan kembali dan menemuiku."
"Tentu saja tidak. Aku selalu menepati janjiku."
Serein terdiam. Ia kembali melemparkan senyuman manisnya kepada Xander.
"Sekarang. Kamu harus menepati janjimu kepadaku."
"Tapi, bukannya ulang tahun gege dua hari lagi?"
"Aku ingin, kamu menjadi orang pertama yang mengucapkannya untukku."
Sekali lagi, Serein melemparkan senyuman yang begitu indah. Membuat Xander, tidak dapat mengedipkan matanya dalam beberapa detik.
Menurutnya, Serein adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dalam sorotan matanya. Bahkan, dia tidak ingin Serein menjauh darinya. Rasanya, seperti magnet yang membuat Xander terus menerus ingin bersama dengan gadis kecil itu.
"Selamat ulang tahun gege. Wish... semoga apapun yang gege inginkan, selalu tercapai. Sehat selalu. Dan semoga..." Ucapan itu tertahan, membuat Xander mengernyit dalam kebingungan.
"Semoga apa Serein?"
"Hu'mmm... semoga... semoga..."
"Serein?" Xander mulai semakin penasaran, dengan ucapan yang di tahan oleh Serein untuk dirinya.
Namun Serein kembali terdiam, wajahnya terlihat begitu kebingungan.
"Semoga apa?"
"Aku malu mengatakannya."
"Kenapa kamu malu?"
"Aku takut, menyusahkan gege."
"Menyusahkan, maksudmu?"
Dan lagi, gadis kecil itu kembali terdiam.
"Serein."
"Semoga... g..gege... mau bertemu dan bermain denganku kembali." Ucapnya dengan nada ketakutan dan pelan. Bahkan, Serein juga mulai tertunduk. Ia tidak berani untuk menatap Xander, setelah kalimat yang menurut dirinya akan menyusahkan Xander kelak.
Yah, pada kenyataannya. Anak-anak diajarkan untuk selalu menepati janjinya, setiap kali mereka mengatakan beberapa hal.
"Tidak."
Satu kata yang membuat Serein mengepalkan kedua tangannya dengan gemetaran. Bahkan, ia tidak berani menatap Xander. Air mata itu seketika terjatuh.
"A..ada apa?" tanya Xander dengan kebingungan.
Serein, hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Lalu, kenapa kamu menangis? jangan membuatku khawatir."
"Huahhhhh...hiks..hiks.." Serein semakin menangis menjadi-jadi.
"Serein kenapa kamu menangis?"
"A..aku mengharapkan hal yang tidak seharusnya aku harapkan. Hiks..hiks..."
"Kamu mengharapkan apa?"
"A..aku berharap agar gege tetap mau bermain denganku. Tapi, aku salah dalam mengharapkan hal itu...hikss...hiksss." Ia sesegukkan dalam tangisannya.
"Kamu menangis karena kecewa?"
"Hiks...hiks.." Dengan begitu polosnya, Serein mengangguk saat dirinya masih saja tertunduk.
"Haha.. kamu begitu menggemaskan Rein."
"Hiks.. hiks.." Serein masih saja menangis, mendengar tawa bahagia yang dilemparkan Xander kepada dirinya.
Seketika itu juga, Xander menarik lembut tangan gadis kecil itu. Ia menggenggamnya. Tangan kiri yang menaikkan dagu gadis kecil itu. Mereka pun saling bertatapan. Bahkan, jemari tangan kiri itu, perlahan mengusap air mata yang begitu berantakan di kedua pipi gadis kecil yang begitu menggemaskan.
"Aku tidak akan ke sini lagi."
Namun, ucapan itu semakin membuat Serein menangis sejadi-jadinya.
"Huahhhhhhhh!!"
"Hahahaha.."
Sedangkan Xander kembali tertawa dalam menghapus air mata gadis kecil itu, kembali.
"Hei! aku belum selesai berbicara."
"Hiks...hiks..." Bibir manyun yang ia tampilkan kepada Xander. Membuat anak laki-laki itu tersenyum.
"Aku tidak akan ke sini lagi. Melainkan, aku akan membawamu untuk bersamaku. Dan berjanji akan selalu berada di sampingmu, selama-lamanya."
"M..maksudnya?" tanya gadis polos ini dengan sesegukkannya.
"Mama akan mengadopsimu. Dan membawamu ke rumah bersama dengan diriku. Setiap kamu membuka mata di pagi hari dan menutup mata terlelap dimalam hari. Aku akan bersama denganmu, untuk selamanya. Dan aku akan menjagamu dengan seluruh hidupku."
Serein hanya diam sembari mengucek matanya. Bahkan, setelah itu gadis kecil ini memeluk Xander yang ada di hadapannya.
Begitu pun dengan Xander yang membalas pelukkannya.
Serein begitu nyaman berada di dalam pelukkan Xander. Begitu pun dengan Xander yang begitu bahagia saat Serein menjadi hadiah ulang tahun yang terbaik, yang ia miliki.
"Aku akan berjanji, akan menjadikanmu ratu yang paling bahagia di tempatku."
Anak kecil ini, tidak sadar dengan apa yang ia maksud. Bukan. Xander bukan menyukainya sebagai meimei angkatnya. Melainkan, Xander belum menyadari perasaan yang ia maksud adalah ingin menjadikan Serein sebagai perempuan yang kelak akan hidup bersama dan menua bersama dengan dirinya. Hanya saja, orang dewasa menepis hal itu. Akan tetapi, tidak untuk si Xander yang berumur 12 Tahun ini, dia masih belum paham akan yang namanya cinta, begitu pun untuk si kecil Serein. Mereka hanya terlihat layaknya gege yang begitu menyayangi meimeinya.
Benar saja, pengurus panti membantu menyusun baju-baju dan barang miliki si kecil Serein. Begitu pun dengan Serein yang membantu dengan tatapan polos yang begitu menggemaskan.
Sejujurnya, gadis kecil ini memang begitu cantik dan mampu membuat siapapun akan menyukai dirinya. Tidak heran, si keras kepala Xander ikut terlibat memiliki perasaan kepada dirinya.
Xander mengulurkan tangannya. Menyambut gadis kecil itu untuk ia genggam pergelangan tangannya. Mereka berjalan keluar dari rumah panti asuhan itu. Serein membungkukkan setengah badannya dan mengatakan dengan nada sopan dan lembut.
"Terima kasih ibu, Serein akan kemari nanti. Kalau tante mengajak Serein bermain ke sini."
"Mulai hari ini Serein panggil mama, bukan tante sayang."
"Mama?"
"Hm, mama..."
"Kok mama si?" celah Xander.
"Iya mama, kan Serein jadi meimei kamu mulai saat ini."
"Ha...itu..."
"Ayo kita pulang."
Saat Mrs. Lim berpamitan kepada ibu panti, Xander yang berjalan membawa Serein dengan menggenggam tangannya. Wajah Xander terlihat begitu ketat dan tidak enak dipandang.
"Gege ada apa?"
"Tidak ada."
"Lalu, kenapa gege terlihat marah?"
"Enggak! siapa bilang aku marah!!"
"Ih, kok gege nadanya jadi naik sama Rein?"
"Perasaan kamu aja itu!"
Di dalam mobil Xander pun mulai terdiam. Wajahnya masih saja ketat. Membuat Serein dengan polosnya kembali bertanya. Namun kali ini, Serein membuat Xander semakin kesal.
"Mama..."
"Iya sayang?"
Serein yang mudah berbaur dengan sekelilingnya. Tentu saja membuat ia disukai oleh siapapun.
"Xander gege, kenapa?"
Membuat Hana menolehkan pandangannya kepada Xander.
"Ada apa sayang?"
"Aku lapar!" ucapnya ketus yang masih saja tidak menatap Hana dan Serein.
"Kita lunch bersama dengan papa. Mama sudah meminta papa, untuk lunch bareng sayang. Sekali memperkenalkan meimei kamu dengan papa."
Wajah itu semakin menekuk. Membuat Xander begitu bosan dengan pembahasan mamanya yang perlahan berbicara dengan Serein.