*****
Setelah Mrs. Lim dan Xander membawa Serein keluar dari panti itu. Mereka memilih untuk menghabiskan waktu, makan siang bersama. Di salah satu restaurant bintang lima yang telah dipesankan oleh Mrs. Lim.
Gadis kecil itu, terlihat begitu bahagia. Dia melemparkan senyumnya terus menerus kepada Mrs. Lim yang sekarang menjadi ibu angkat untuknya.
Mereka memilih duduk dimeja yang berbatasan dengan jendela yang mengarah ke luar jalanan.
Beberapa makanan yang telah mereka pesan, sudah terhidang dengan rapi di atas meja bernomor 15 itu.
"Wah... mama ini apa?" tanya gadis kecil itu, sembari menunjuk salah satu makanan.
"Serein suka sayuran sayang?"
"Hm, Serein menyukai sayuran mama." Ucapnya sembari mengangguk dengan polos.
Sedangkan Xander, terlihat menampilkan wajah ketatnya sejak tadi. Ia terlihat begitu kesal kepada Serein. Ada apa?...
Alasannya, ternyata... anak lelaki ini salah meminta kepada mamanya. Ia tidak ingin menjadikan Serein sebagai adiknya. Tapi, ia ingin meminta mamanya untuk terus membuat Serein bersama dengannya.
"Gege, kenapa wajah gege cemberut dari tadi."
"Tidak!" ucap ketus Xander kepada Serein.
Sedangkan Hana, sedikit kebingungan. Mengapa Xander bertingkah berbeda, dari yang semalam.
"Hallo anak-anak." Ucap pria yang cukup berumur dengan tatapan yang begitu friendly.
Bahkan pria itu mengecup pipi Mrs. Lim.
"Sayang, maafkan aku. Jalanan begitu macet. Dan membuat kalian menunggu."
"Tidak apa. Makanan juga baru saja terhidang."
"Ah, begitu."
"Oh ya papa. Ini meimei yang begitu membuat Xander, memaksa kita sejak semalam."
Pria itu mulai mengalihkan sorotan matanya. Ia menatap gadis kecil berambut panjang itu. Sedangkan Serein, dengan begitu polosnya, ia turun dari kursi dan membungkuk, kan setengah badannya.
"Hallo, nama saya Serein Moonbow."
Gadis ini membuat pria itu takjud dan begitu senang. Bagaimana tidak. Hal sederhana yang ia lakukan mampu mengalihkan perhatian pria tersebut kepada dirinya.
Gadis kecil yang menggemaskan ini, sepertinya menggeser posisi, seorang Xander. Hanya saja...
"Aku akan menjadi anak yang baik dan menurut kepada mama dan papa. Lalu, aku tidak akan menyusahkan Xander gege, setiap kali mama dan papa memintanya untuk menjagaku. Lalu, aku juga akan menemani Xander gege, saat ia ingin bermain."
Yah, lagi dan lagi... gadis ini membuat Mrs. Lim dan Mr. Huang takjud dengan dirinya yang begitu bijak dalam menanggapi keadaan.
"Kamu cantik sekali. Bahkan, kamu begitu menggemaskan." Ucap pria itu sembari mencubit pelan pipi Serein.
"Papa ih!!" ucap Xander sembari menepiskan tangan pria itu dari pipi seorang gadis kecil bernama Serein.
"Ada apa?" tanya singkat pria itu.
"Jangan mencubit pipinya. Papa tidak boleh menyakiti dirinya."
"Papa tidak berniat untuk menyakiti meimei mu Xander."
"Lihat papa! pipinya seketika merah, karena papa mencubitnya."
"Serein, apa itu sakit?"
"Tidak papa."
"Hu'uuhhh!! kamu ini." Jawab Xander sembari menekukan wajahnya.
"Sudah-sudah. Ayo kita makan. Papa juga tidak memiliki waktu yang cukup, kan untuk saat ini."
"Ah, iya mama benar sekali. Papa harus kembali ke kantor. Ada rapat yang harus dihadiri nanti, setelah makan siang."
"Iya papa. Setelah makan siang ini. Aku akan membawa Xander dan Serein berbelanja untuk kebutuhan Serein."
"Hm, baiklah ma."
Dan saat itu mereka menikmati makan siang dengan bahagia. Sekali lagi, tidak untuk Xander. Bahkan, Xander mulai menampilkan sisi posesifnya kepada Serein. Seperti sebelumnya. Ia tidak suka kalau papanya mencubit pipi Serein.
Bahkan, di saat kamar Serein dalam proses renovasi, Xander meminta untuk meimeinya tidur dengannya. Bukan dengan mama dan papanya.
Xander mengatakan, kalau kasur tempat tidurnya begitu luas. Ia juga mengatakan kalau kasur miliknya bisa ditidurin untuk tiga orang.
Yah. Serein pun dengan bahagia menerima tawaran dari gege angkatnya.
Lalu kemudian. Setelah mereka menikmati makan siang itu. Mr. Huang berpamitan kepada anak dan istrinya.
Ia mencium pipi Mrs. Lim, begitu pun dengan Xander dan Serein. Hanya saja, sebelum mencium pipi Serein. Mr. Huang menggendong gadis kecil itu. Ia berjalan sembari keluar dari restaurant tersebut.
Ia tersenyum dengan begitu lebar, ketika mendapatkan anak gadis itu tertawa bahagia di dalam pelukkannya. Lalu, Mr. Huang mencium pipi kanan dan kiri Serein.
"Anak papa yang paling cantik." Ucapnya seperti itu sembari memeluk Serein dengan erat.
"Papa! jangan memeluk Serein begitu erat. Dia tidak bisa bernapas." Begitulah, ucap Xander yang masih saja kesal dengan papanya yang sejak tadi, selalu menyentuh Serein. Dan selalu saja membuat Xander mengeluh dengan tindakan yang diberikan oleh papanya.
Pria itu hanya tersenyum dan mengacak rambut anak lelakinya. Ia masuk ke dalam mobil, setelah menikmati beberapa menit bersama dengan keluarga kecilnya.
"Hu'uhhh papa selalu saja membuatku kesal."
"Aku tidak apa-apa gege." Ucap si kecil Serein.
"Tapi aku tidak menyukai papa yang selalu mencubit dirimu."
Serein tersenyum dengan lebar. Mendapatkan gegenya yang begitu menyayangi dirinya. Itulah, pikir gadis sekecil dirinya.
Hari itu, mereka habiskan waktu untuk membeli perlengkapan si kecil Serein. Seperti alat mandi, beberapa baju yang terlihat lucu. Kebutuhan alat yang lainnya. Sampai akhirnya, mereka pulang dengan keadaan yang begitu lelah. Anak lelaki berumur 12 Tahun itu tengah memangku Serein yang tertidur. Begitu pun dengan dirinya yang lelah dalam petualangannya hari ini.
Mereka begitu bahagia ketika membeli kebutuhan seorang Serein. Bahkan sebelumnya, anak lelaki ini meminta Serein untuk berada di sekolah yang sama dengan dirinya. Ia mulai melontarkan kalimat, kalau tidak ingin jauh dari seorang Serein. Walaupun hanya beberapa saat. Begitulah ucapnya tadi, kepada Mrs. Lim yang tidak lain adalah ibu kandungnya.
Saat itu, Mrs. Lim sedikit tersadar. Kalau anaknya memiliki perasaan lain terhadap meimeinya. Hanya saja, wanita ini mencoba untuk berpikir yang jernih dalam pandangan dirinya. Kemudian, ia juga berpikir, kalau sifat Serein yang membuat seseorang yang berada di sampingnya ikut merasa kebahagiaan yang telah diciptakan oleh anak gadis berumur 7 Tahun itu.
Laju mobil yang membuat Xander tersentak dan terbangun dalam tidurnya. Mrs. Lim kembali menatap Xander. Tanpa sepengetahuan putranya sendiri.
Xander, menjatuhkan pandangannya. Ia mengelus lengan gadis kecil itu. Berharap gadis itu tetap nyaman dan tenang dalam pelukkannya ketika tertidur berkat petualang yang membuat mereka lelah, ketika berburu dengan semangat di toko-toko yang mereka kunjungi.
Iya, Xander begitu berbeda memperlakukan Serein. Sekali lagi, anak lelaki yang sebentar lagi tumbuh menjadi remaja ini, masih belum sadar akan perasaan yang ia tampilkan untuk seorang Serein. Sejujurnya, Xander yang sudah menginjak remaja seperti saat ini, tetap saja tidak oeka dalam perasaaannya. Namun, sifat posesifnya sudah terbentuk saat Rein menjadi, meimei untuk dirinya.