*****
Tepat dijam 12 malam. Hana dan David membuka pelan pintu kamar Xander. Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Untuk anak lelaki itu.
Suara nyanyian yang mampu membuat Xander membuka kedua matanya. Lalu, ia menggosok kedua matanya dan perlahan mulai duduk diatas ranjang tempat tidurnya.
Ia menatap sebuah cake yang tersusun lilin diatasnya. "Selamat ulang tahun, gege." Ucap Serein dengan nada gembiranya.
"Sayang, ayo berdoa." Tandas Hana kepada anaknya.
Dan Xander, mulai memejamkan kedua matanya. Ia mulai meminta kepada Tuhan. Setelah ia memanjatkan doanya, Xander kembali membuka mata dan meniup lilin-lilin yang tersusun diatas cake berwarna biru tersebut.
Tak ketinggalan, Hana dan David mencium kening bahkan pipi, Xander. Mereka juga memberikan hadiah untuk Xander. Begitupun Serein, yang tidak ingin ketinggalan. Ia memberikan hadiah untuk gege yang begitu ia sayangi. Dengan begitu antusias dalam wajah ceria yang terlihat begitu polos.
"Gege, Serein boleh tidur di sini?" tanya gadis kecil itu.
"Tentu saja boleh."
"Terima kasih," ucapnya kembali dengan senyum lebar yang membuat kedua matanya hampir tertutup, berkat senyumnya.
Setelah Hana dan David keluar. Serein mulai naik ke atas tempat tidur. Ia menyelimuti tubuh kecilnya dengan selimut tebal yang begitu terasa hangat.
Xander tersenyum menatap dirinya. Ia merebahkan tubuhnya, tepat di samping gadis kecil itu. Xander juga memeluk Serein. Namun, ia masih saja dengan setianya menatap seluruh wajah si kecil Serein.
"Ada apa gege?" tanya Serein dengan nada yang lembut, dengan menatap sorotan bola mata, Xander.
"Kamu harus janji. Akan selalu bersama denganku. Setiap kali aku ulang tahun."
"Aku akan berjanji, selalu bersama dengan gege. Apalagi, dihari ulang tahun gege.
Xander tersenyum dengan begitu lembut kepada Serein.
***~POV SEREIN~***
Aku masih ingat jelas. Senyum manis Xander, ketika ia baru saja menginjak diumur 13 Tahunnya. Bahkan, aku masih ingat, ketika Xander memintaku untuk tetap berada di sampingnya. Selalu dan disaat ia berulang tahun.
Iya, tentu saja aku menepati keinginan dirinya. Disetiap tahunnya. Disaat usia Xander yang mulai beranjak ke 14 Tahun, 15 Tahun, dan 16 Tahun. Aku selalu bertanya, di setiap Tahunnya. Apa yang gege inginkan? dia selalu saja menjawab, aku hanya ingin dirimu, selalu ada disaat ulang Tahunku.
Tentu saja, aku selalu menepati janji itu. Lagi dan lagi. Akan tetapi, tepat di usia ke 17 Tahunnya. Aku berpikir untuk tidak bertanya, apa yang dia inginkan dariku. Karena, aku sudah hapal, ia akan mengatakan kalau dirinya hanya inginkan diriku.
Sejujurnya, aku begitu bahagia, dan sejujurnya... aku selalu menunggu hal itu disetiap Tahunnya.
Aku merasa, Xander begitu menyayangi diriku. Aku seorang gadis yang begitu beruntung memiliki gege seperti dirinya.
Tidak seperti anak pada umumnya. Yang selalu saja bertengkar dengan saudara atau saudarinya. Berbeda dengan Xander, ia benar-benar memperlakukanku sangat sempurna. Begitu pun, banyak sekali yang mengatakan iri kepadaku. Mereka iri ketika aku memiliki saudara seperti Xander.
Ada pula yang mengatakan, kalau prilaku Xander layaknya seorang lelaki yang memanjakan seorang pacarnya. Dan kalimat itu, kalimat yang membuat hatiku begitu bahagia, setelah kalimat yang selalu ia ucapkan ketika ulang Tahun.
Sebelumnya, disiang hari saat aku tengah santai menikmati acara televisi dengan cemilan yang ada dipelukkanku. Xander yang baru saja pulang dari kegiatan sekolahnya, mungkin saja. Ia duduk di sampingku dan merebut cemilan dari pelukkanku.
"Ih gege!"
"Masih banyak di laci. Ambil lagi sana."
"Gege, datang-datang ganggu deh!"
"Jangan bawel! ambil aja."
"Ck!"
"Kok malah mengecuh gitu?"
"Gak!" jawabku singkat dan beranjak mengambil cemilan yang baru di dalam laci.
Saat itu, setelah mendapatkan cemilan kembali, aku duduk di sampingnya lagi.
"Kasih hadiah apa buat gue?"
pertanyaan yang membuat aku memalingkan wajah dan menatap dirinya.
"Kok?" jawabku begitu dengan wajah kebingungan.
"Kenapa, gak beli?"
"Nggg.."
"Bercanda kok." Jawab Xander singkat dan mengacak rambutku.
Dan saat itu juga, Xander berlalu. Setelah ia menghabiskan cemilanku yang sebelumnya.
Sedikit membuatku kepikiran. Apa aku beli aja kali ya. Masih siang juga. Begitulah pikirku.
Oh ya, hari ini mama dan papa tidak berada di rumah. Mama menemani papa yang berada di luar kota. Hanya tinggal aku dan Xander. Dua orang maid, supir dan penjaga rumah.
Dan akhirnya, aku memang memilih untuk keluar membeli hadiah untuk Xander. Sebelum pergi, aku mengetuk pintu kamar Xander. Aku ingin meminta izin kepadanya, bahwasanya aku akan keluar. Tapi, Xander tidak menyautnya. Aku pikir, dia tertidur karena kelelahan.
Tapi udalah. Kalau aku permisi keluar, dia akan mengejekku. "Eh anak kecil yang tingkahnya seperti orang dewasa, bisa pamit juga."
Yah... sangat menyebalkan. Ku pikir, yaudalah. Aku keluar aja, eh tapi... aku penasaran dong. Aku buka sedikit pintu kamarnya. Lalu, aku melihat ternyata Xander sedang menerima panggilan yang sepertinya serius. Yaudalah pikirku. Aku langsung keluar dan mungkin akan mengirim pesan kepadanya nanti.
Di perjalanan, aku berpikir... apa yang ingin aku berikan kepada Xander. Terlepas, akhir-akhir ini aku dan Xander tidak terlalu dekat. Iya, kami tidak seperti dulu. Xander juga selalu pulang telat. Yah, dia sudah harus memikirkan pelajaran yang sebentar lagi, ia akan memasuki perkuliahan.
Mungkin, aku bisa memesan makanan dari salah satu restaurant kesukaan Xander. Terus, aku juga akan membeli birthday cake bersamaan dengan hadiah untuk Xander.
Rencana yang tersusun rapi. Saat aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku juga bergegas untuk pulang kerumah. Hari mulai menjelang malam. Aku juga akan menghiasi kamar ku, untuk suprise ulang Tahunnya. Lalu setelahnya, aku juga akan memesan makanan. Dibantu oleh salah satu maid yang ada di rumah. Memompa balon helium yang berbentuk angka 17 Tahun. Lalu, balon helium berwarna putih dan hitam yang melayang diatas langit-langit kamarku.
Waktu semakin larut. Aku juga bergegas memesan makanan. Sembari memesan makanan, aku membersihkan tubuhku. Maid membawa pesanan itu, ke dapur sesuai yang aku katakan.
Saat aku keluar dari dalam kamar. Rumah terasa begitu sepi. Xander, tidak ada di ruang tv seperti biasanya. Dengan penasarannya aku berjalan menuju kamar Xander.
Tapi...
Aku tidak menemukan Xander di dalam kamar. Sejak kapan dia tidak ada di rumah, pikirku begitu. Maid mengatakan, kalau Xander sudah keluar sejak sore tadi. Ia keluar menggunakan motornya. Yasudah pikirku. Nanti dia juga akan kembali. Karena, Xander tidak mengatakan apapun kepadaku. Dia tidak akan bisa meninggalkanku sendirian di rumah. Apalagi, tanpa mengatakan sepatah kata pun saat pergi dari keadaan seperti itu. Jadi aku pikir, memutuskan untuk menunggunya saja kembali pulang. Yah, seperti itu.