Amanda sekarang berada di mobil Yudha ia tak menolak diantar pulang, Amanda masih ingat tatapan Andrian melihatnya menaiki mobil Yudha, Amanda tahu dan faham artinya tapi ia diam saja karena Angel ada di sampingnya.
"Kamu laper engga ? mau makan ?" tanya Yudha sambil melirik Amanda yang duduk di sampingnya harus diakui dia memang cantik.
"Kan tadi udah makan bakso !" jawab Amanda, Yudha malah tertawa.
"Itu sih engga kenyang ! orang Indonesia itu kalau engga makan nasi belum makan ! padahal udah makan cemilan banyak !" Amanda pun tersenyum.
"Ya udah terserah !" akhirnya ia tak menolak. Yudha pun tersenyum penuh kemenangan karena bisa mengajak Amanda makan.
Mereka pun tiba di sebuah mall, Yudha ternyata mengajak dulu Amanda jalan-jalan di sebuah departemen store yang cukup bergengsi. Awalnya jalan-jalan lihat barang-barang malah ditawari membeli, Amanda menolak dengan halus tapi apapun yang di pegang dan sedikit di coba malah dibeli oleh Yudha. Amanda terkejut, dia protes tapi cowok itu malah tersenyum.
"Tidak apa-apa apapun yang kamu pakai tetap pas kok !" ujarnya, dan Yudha lah yang membayar semuanya, mungkin cewek lain akan senang diperlakukan seperti itu, tapi tidak dengan Amanda.
Setelah itu mereka mencari makan, Yudha mengajak ke restoran favoritnya di mall tersebut, Amanda tak menolak dan memesan makanan, keduanya terlihat akrab dan tampak mesra, sampai saat ini Amanda hanya bersikap sopan dan seperti teman bukan pacar.
Setelah selesai makan mereka pun pulang, sesampainya di rumah Amanda, Yudha ikut mengantar. Kebetulan mamanya sedang ada di rumah, ternyata sikap mamanya berbeda ketika Andrian mengantar pulang tidak ada rasa dingin atau sikap cuek yang ada rasa ramah dan sopan. Dan tidak perduli walau Amanda pulang sore dan malam sepertinya.
"Eh nak Yudha !" sapa mamanya,
"Maaf tante tadi saya ngajak Amanda makan dulu jadi agak terlambat pulangnya !" jawab Yudha.
"Engga apa-apa kok nak Yudha ! ayo masuk !" pinta Shinta menawarkan untuk mampir dulu.
"Iya tante !" ternyata Yudha tidak keberatan.
"Amanda ajak dong mas Yudha nya !" perintah Shinta kepada putrinya, Amanda tertegun. mereka pun masuk.
"Amanda tolong ambilkan minum buat Yudha ya !" mamanya meminta Amanda kembali, ia heran sikap mamanya yang dulu tidak pernah dilakukannya.
"Mau minum apa ?" tanya Amanda kepada Yudha, dia tak menolak perintah ibunya
"Engga usah repot-repot tante, saya engga lama kok !" Yudha menolak, tapi Amanda sudah berdiri dan pergi ke belakang, walau hatinya jengkel kepada mamanya.
Ketika di dapur bi Inem sudah menyiapkan minuman, rupanya setiap ada tamu yang datang dengan cepat ia membuat minuman.
"Biar aku aja bi, yang bawa !" ujar Amanda sambil mengambil nampan yang berisi secangkir teh di atasnya.
"Baik non !" Bi Inem hanya memperhatikan ketika Amanda pergi.
Amanda, kemudian meletakan secangkir teh di meja depan Yudha, Yudha sendiri tersenyum.
"Terima kasih ya !" ucapnya. Amanda hanya mengangguk.
"Maaf loh nak Yudha hanya minum saja tidak ada kuenya !" sela Shinta.
"Engga apa-apa, ini juga cukup !" Yudha pun meminumnya. Amanda hanya terdiam.
"Tante saya permisi dulu pulang !" Yudha pun berdiri untuk pamitan pulang.
"Waduh kok buru-buru sih !"
"Iya di tunggu mama sama papa ! Amanda aku pulang dulu ya !" ujarnya kepada Amanda yang hanya dianggukinya.
"Sering-sering main kesini lah !"
"Iya tante, permisi !" Yudha pun pulang.
"Amanda kalau ada tamu tuh harus di kasih minum, mulai sekarang kamu harus belajar menjadi istri yang baik !" Mamanya menasehati Amanda.
"Udah ah, mah aku mau istirahat !" jawab Amanda.
"Kamu tuh dibilangin seperti itu malah pergi !" ujar mamanya
"Mama juga seperti itu kok !" lawan Amanda. Shinta menatap Amanda.
"Kamu tuh udah mulai melawan mama ya, sejak kamu berhubungan dengan lelaki itu !" jawab mamanya. Amanda terdiam.
"Makanya mama mencari lelaki yang baik buatmu, yang sayang dan pengertian !" lanjut Shinta.
"Lalu apa hubungannya Amanda dengan kakakku !" jawab Amanda tiba-tiba mengalihkan perbincangan, Shinta terkejut dan diam.
"Mama membandingkan kami berdua seakan kakak yang salah sedang Amanda harus tidak seperti dia !" lanjutnya mengeluarkan perasaannya.
"Apa maksudmu Amanda mama tidak mengerti !" Shinta mengelaknya.
"Amanda mendengar pembicaraan mama sama papa !" mamanya terkejut.
"Katakan mah, siapa kakak Amanda ? kenapa mama menutupinya !" lanjut Amanda. Shinta menghela nafas.
"Baiklah mama akan cerita, kita duduk !" mereka pun duduk di ruang tengah, Shinta pun menceritakan semuanya, Amanda terdiam.
"Kenapa mama membencinya ? Ka Riana tidak salah !" Amanda menatap mamanya tidak mengerti mengapa dia seperti menghapus anak kandungnya sendiri dari kehidupannya.
"Mama tidak membenci, mama hanya marah kenapa harus terjadi lagi kepada dia ! selama ini mama menjaganya agar tidak seperti mama !" jawab Shinta.
"Lalu kenapa menutupi kak Riana sama aku ?"
"Riana, sudah mendapat kehidupannya sendiri, mama tidak mau turut campur ! mama kemudian menikah sebenarnya dengan papamu, mama pun ingin kehidupan baru melupakan semuanya ! dan mama di beri kesempatan lagi denganmu Amanda ! mama berharap dan ingin mengantarmu menikah untuk yang sebenarnya tidak di tengah jalan seperti mama dan kakakmu !" air mata Shinta terjatuh dan memeluk Amanda.
"Maafkan mama, selama ini sudah menjaga ketat kamu ! mungkin ini trauma dari kehidupan mama dan kakakmu !" Amanda terdiam dia sedih mendengarnya tapi dia tidak bisa memungkiri hatinya sudah terikat dengan Andrian, dan itu mungkin akan menyakiti mamanya lagi.
----------
Amanda masih belum tidur, ia masih memikirkan banyak hal. sampai handphone berdering dan dia terkejut, ia bangun dan menuju jendela kamarnya ia tersenyum dan perlahan menbuka pintu. Dan ia pun turun ke bawah ternyata sudah gelap, tentu saja ini udah pukul setengah sebelas malam. Dia menuju garasi akan keluar lewat sana.
"Non ... mau kemana ?" Amanda terkejut dan melihat bi Inem berdiri disana dengan heran melihat tingkah non nya.
"Sssttt ... bi ! jangan berisik ada Andrian di luar !" jawab Amanda sambil menempelkan jari telunjuk di bibirnya, Bi Inem mengangguk tanda mengerti.
"Oh, hati-hati non !" Amanda mengangguk, dan perlahan membuka pintu garasi setelah itu pintu pagar.
Amanda tersenyum dan memeluk Andrian yang sudah menunggu di depan rumahnya, sementara bi Inem hanya memperhatikan dan tersenyum, ia pun masuk ke dalam membiarkan dua sejoli ini melepas kerinduannya.
"Maafkan aku !" bisik Andrian, Amanda hanya menggeleng.
"Aku yang minta maaf !" jawabnya.
"Kamu tidak salah, aku mengerti tindakan mamamu !" Adrian selalu mengerti apa keinginannya dan hatinya, keduanya saling melepas pelukan dan kini bertatapan.
"Aku tak akan memilih dia, walau dia baik tapi hatiku sudah ada kamu tak akan berubah !" ujar Amanda menunduk, Andrian kembali memeluk kekasihnya itu. Ia merasa bersalah dengan semuanya. Tapi tak di pungkiri hatinya sudah terpikat dan ia berjanji tidak akan membuatnya bersedih lagi.
Sedang Amanda sudah tidak perduli lagi dengan apapun, ia sudah siap dengan segala resiko yang ia ambil nantinya. Perlahan kembali keduanya merenggangkan pelukan dan bibir keduanya kembali bertemu, bulan dan bintang menjadi saksi bagi keduanya.
Bersambung ...