"Sheila."
Gadis berlesung pipi itu membalikkan tubuhnya. Senyumnya mengembang melihat seorang gadis yang tengah melambaikan tangan ke arahnya. Sheilla pun membalas lambaian tangan temannya. "Ya Allah Dini. Aku kangen." Ucapnya sedikit berteriak karena Dini berada di sebrang jalan depan toko kuenya.
"Aku juga kangen kamu." ucap Dini.
"Tunggu ya bentar lagi aku pulang." Ucap Sheilla dibalas anggukan oleh Dini. Sheila kembali masuk ke dalam sebuah toko kue miliknya.
Berbekal pengalamannya sering menonton youtube dan mempraktekkannya, Sheila membuka toko kue tak jauh dari rumahnya. Ia sangat kaget melihat kedatangan sahabat dekatnya Dini yang sudah setahun merantau ke Yogya mengikuti suaminya bekerja.
Setelah mengecek lagi tokonya, ia pun segera menutup tokonya dan menghampiri Dini yang sudah menunggunya di mobil.
Dini keluar dari mobilnya lalu memeluk Sheilla dengan erat. "Ya Allah Din aku masih ngga nyangka kamu pulang."
"Katanya mau maen ke Yogya. Tak tungguin ngga dateng-dateng. Sibuk mulu sih."
Sheill tertawa. "Ya gimana Din toko ku makin laku alhamdulillah."
"Iya ya alhamdulillah say. Eh yuk masuk kita jalan dulu ya kangen nih." Dini mengajak sahabatnya itu masuk ke dalam mobil. Ternyata di sana tak hanya ada Dini melainkan dua orang pria yang salah satunya adalah suaminya Dini, Mas Seno.
"Eh Shey kenalin dulu donk kakak sepupu aku. Namanya Damar. Bang kenalin sahabat aku namanya Sheilla." ucap Dini memperkenalkan Sheilla dan Damar.
Keduanya saling berjabat tangan. "Damar."
"Sheilla." ucapnya malu. Dini tertawa melihat Sheilla tersipu malu bertemu dengan Kakaknya. "Eh Bang tahu ngga, Sheilla itu jomblo loh."
"Dini." Sheilla semakin malu. Ia tak berani mengangkat wajahnya. "Gpp donk Shey, Abang aku juga jomblo. Sapa tahu kalian jodoh kan."
Damar dan Sheilla di buat kikuk dan salah tinggal. Sepanjang jalan Dini dan suaminya Seno terus menggoda keduanya. Ia sengaja mengajak Abangnya agar bisa di kenalkan dengan sahabatnya.
Di balik Dini dan Seno, keduanya bertukar nomor telpon. Sejak malam itu, Damar rutin mengirimkan pesan untuk Sheilla.
***
Kedekatan Damar dan Sheilla makin lama semakin intens. Bahkan perasaan keduanya semakin kuat. Sheilla tak menampik kalau Damar adalah sosok pria yang sangat cuek dan dingin tapi sebenarnya ia sangat perhatian.
Setiap bersama Damar, ada saja hal yang membuatnya merasa diistimewakan. Berawal dari hanya sebatas teman, hubungan keduanya berlanjut ke arah serius.
Saat ini Damar mengajak Sheilla makan siang bersama. Sebenarnya Damar ingin bertanya kepada Sheilla tentang hubungan mereka kedepannya seperti apa. Damar yang sudah cukup umur dan mapan sudah ingin membina rumah tangga bersama orang yang ia cintai. Untuk itulah ia ingin bertanya kepada Sheilla tentang perasaannya.
"Dek, kalau Mas boleh tanya tipe suami idaman adek seperti apa?"
Sheilla tersenyum. "Adek ngga punya tipe suami idaman Mas. Yang pasti adek ingin kelak suami adek bisa membantu menyempurnakan ibadah adek."
"Hanya itu saja dek?" Sheilla mengangguk. "Alhamdulillah kalau begitu." ucap Damar sambil mengelus dadanya.
"Memangnya kenapa Mas?" Sheilla bertanya balik.
"Mas lagi memantaskan diri untuk menjadi calon imam yang baik untuk keluarga Mas nanti." Sheilla hanya beroh ria.
"Dek apa boleh Mas mengajak adek untuk serius? Maksud Mas, Mas mau mengajak adek untuk membina hubungan ke jenjang pernikahan. Mungkin adek berpikir tentang status hubungan kita selama tiga bulan terakhir ini. Jujur Mas masih bingung saat itu, tapi insya Allah Mas sudah yakin kalau adek adalah tulang rusuk Mas yang hilang." ucap Damar mantap membuat Sheilla berkaca-kaca.
"Ya Allah Mas... Adek ngga menyangka akan seperti ini."
Damar menggenggam tangan Sheilla. "Apa adek mau menjadi pendamping hidup Mas? Menemani Mas hingga tua nanti?"
Sheilla masih tak percaya Damar mengatakan hal itu kepadanya. "Dek... Kok diam? Adek mau kan menjadi istri Mas? Mas ngga mau kita pacaran terlalu lama. Mas ingin kita segera di halalkan."
"Adek... Adek mau Mas. Adek mau menjadi calon istri Mas." ucap Sheilla membuat senyum di wajah Damar semakin lebar.
"Adek yakin?" Sheilla mengangguk. "Insya Allah Mas adek yakin dengan keputusan ini."
"Alhamdulillah... Makasih dek. Kalau begitu nanti Mas dan keluarga akan datang secara resmi untuk meminang adek."
Sheilla tersenyum lebar. "Iya Mas. Adek tunggu kedatangan Mas dan keluarga di rumah."
Damar mencium tangan Sheilla. Ia sangat senang luar biasa. Ia sudah jatuh hati kepada gadis yang sebentar lagi akan halal baginya. Seorang gadis yang membuatnya merasakan indahnya cinta pada pandangan pertama.
***
"Ya ampun Shey... Seneng banget dengernya. Selamat ya Shey." ucap Dini memeluk sahabatnya dengan erat.
"Sama-sama Din. Aku ngga nyangka bentar lagi kita bukan cuma sahabatan tapi juga satu keluarga."
"Iya kamu bener banget. Duh akhirnya aku ngga sia-sia maksa Abang ku buat jemput kamu waktu itu. Duh emang feeling cenayang tuh kuat ya."
Sheilla mengerutkan dahinya, "Hah? Feeling cenayang? Maksudnya apaan sih?!"
Dini tertawa, "Udah ngga usah dipikirin. Yang jelas intinya aku happy sama status baru kalian yang naik jadi pacaran. Ngga lama lagi jadi calon istri."
"Makasih ya Din. Semua berkat kamu dan Allah yang mempersatukan kami. Makasih banyak." Dini mengangguk. Ia kembali memeluk Sheilla.
"Gila aku benar-benar speechless pas Abang kasih tahu mau serius sama kamu dan pengen cepet ngekhitbah kamu."
"Aku aja ngga nyangka Din. Aku ngga nyangka kami memiliki rasa yang sama. Tanpa aku minta, Mas Damar yang mempertanyakan status kami dan ingin membawanya menuju pernikahan. Alhamdulillah."
"Aku udah ngga sabar melihat kalian menikah dan cepet punya momongan kayak aku." ucap Dini sambil mengelus perutnya. Sheilla tampak terkejut dan senang.
"Akhirnya Din. Alhamdulillah ya setelah penantian panjang kalian, akhirnya Allah SWT mengabulkan doa kalian juga."
Wajah Dini sangat berbinar-binar. "Alhamdulillah banget say. Mas Seno kelihatan senang banget. Siapa sih yang ngga senang di kasih momongan? Apalagi Kami sudah menikah dua tahun menunggu, dan inilah hasil penantian dan ikhtiar kami selama ini."
Sheilla meletakkan tangannya di atas perut Dini yang masih rata. "Sehat-sehat ya keponakan aunty. Aunty sudah lama menunggu kamu dek."
Keduanya tersenyum.
***
Damar duduk di sudut toko dengan segelas coklat hangat dang sepotong croissant. Sudah satu jam dirinya duduk di sana sambil menunggu jam tutup toko kekasihnya.
Selama menunggu, Damar mengerjakan design klientnya. Damar bekerja sebagai arsitek dan mempunyai sebuah kantor yang ia bangun bersama teman-teman kampusnya dulu.
"Ya udah saya pamit pulang dulu ya. Jangan lupa nanti kunci semua pintu." ucap Sheila kepada dua pegawainya. "Baik Mba. Hati-hati."
"Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam."
Sheilla menghampiri kekasihnya yang tengah serius di depan laptop. Sheilla menepuk pelan pundak Damar. "Mas ayo pulang. Maaf buat Mas tunggu lama."
Damar tersenyum. "Udah selesai sayang?" Sheilla mengangguk. "Oke mari kita pulang." ucap Damar sambil membereskan barang-barangnya. Lalu ia menggandeng kekasihnya keluar dari toko kue.
***
TBC