Chereads / Goodbye, My Love / Chapter 2 - Chapter 02 - Rencana

Chapter 2 - Chapter 02 - Rencana

"Bagus banget Mas sketsanya. Rancangan baru lagi?" tanya Sheilla sambil meletakkan teh manis hangat untuk Damar. Ia duduk di samping kekasihnya.

"Iya nih yank. Rancangan baru untuk rumah pribadi. Tapi masih galau yank."

"Galau kenapa?"

"Hm... Ya belum sreg aja sih. Lagian ini baru oretan kasar aja yank. Coba Mas pengen tahu tipe rumah impian kamu kayak gimana."

Sheilla tampak berpikir, "Aku suka rumah yang ada halaman depan dan belakang yang saling berkoneksi gitu. Rumah minimalis aja yang penting nyaman dan ada banyak sinar matahari yang masuk ke dalam rumah. Sirkulasi udara yang bagus juga. Satu lagi harus membuat suami dan anak-anak betah dirumah."

Damar tersenyum lebar. Ia mencatat kriteria rumah impian kekasihnya. "Oke sayang makasih. Semoga nanti setelah kita nikah Mas bisa buatin kamu rumah impian itu ya."

"Aamiin ya rabbalalamin. Di minum Mas tehnya." ucap Sheilla mempersilahkan. Damar meminum teh buatan Sheilla lalu kembali menggambar rumah untuk klientnya.

Setelah bercengkrama dengan keluarga Sheilla, pukul 10 malam Damar pamit pulang. Sheilla mengantar kepulangan kekasihnya itu sampai teras rumah. "Sampai rumah jangan begadang ya. Langsung istirahat. Besok Mas harus ngantor lagi." ucap Sheilla mengingatkan.

Damar mengelus hijab yang menutupi rambut indahnya. "Iya sayang. Ayang juga langsung istirahat. Nanti Mas kabari kalau udah sampai rumah."

Damar mengecup kedua tangan Sheilla sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Sheilla melambaikan tangannya. Ia segera masuk ke dalam rumah setelah mobil Damar tak terlihat lagi di ujung jalan.

***

'Sayang, Mas udah sampai di rumah. Met bobo calon istri ku.'

Sheilla tersenyum membaca pesan yang masuk dari calon suaminya. Ia baru membacanya keesokan harinya. Ia pun segera membalas pesan Damar.

'Maaf Mas baru balas. Semalam langsung tidur. Mas udah berangkat bekerja?'

'Iya yank. Ini lagi mau sarapan. Maaf ya Mas ngga bisa anterin kamu ke toko mau langsung survey lahan dulu. Nanti siang kita ketemu.'

'Gpp Mas. Hati-hati di jalan ya. Semangat kerjanya sayang ku 😘'

'Iya sayang. I love you solehah ku 💕'

'Love you too calon imam ku.'

Sheilla pun segera bersiap menuju tokonya. Ia pun keluar dari kamarnya. Ia menyapa ayah dan bundanya yang lagi bersantai di depan TV. "Ayah Bunda Sheilla pamit ke toko ya."

Ia menyalami tangan orang tuanya. "Kamu ndak sarapan dulu nduk?"

"Lagi puasa bunda, insya Allah."

"Ya sudah Hati-hati ya. Mas mu ndak jemput toh?" tanya Rudi sang Ayah. Sheilla menggelengkan kepalanya.

"Ngga Yah. Tadi Mas Damar bilang mau langsung ke lokasi rumah klient. Paling nanti siang ketemu."

"Oh gitu. Terus kamu ke toko naik apa?" tanya Mila sang bunda. "Naik umum aja Bun."

"Ya udah hati-hati nak."

"Siap Ayah, Bunda. Pamit dulu ya Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sheilla pun menunggu angkot di depan rumahnya. Tak lama angkot yang ditunggunya datang. Ia pun duduk manis di dalam angkot tersebut.

***

Damar yang sudah tiba lebih awal di sebuah tanah kosong sudah melihat-lihat struktur tanah yang akan berdiri bangunan di atasnya. Ia tengah menunggu teman-temannya yang lain untuk mulai mengukur tanah tersebut.

Damar tersenyum sendiri melihat sketsa gambar rumah yang semalam ia kerjakan. Damar berencana akan membuatkan Sheilla rumah saat mereka menikah nanti. Untuk itulah Damar bertanya tentang rumah idaman kekasihnya itu.

Seperti yang sudah dia duga, Sheilla sangat suka rumah yang memiliki halaman yang luas dan juga rumah tipe mininalis. Selain jago membuat kue, Sheilla juga jago bercocok tanam. Ada lahan kecil di belakang rumahnya dipenuhi tanaman miliknya.

Sheilla bercita-cita ingij memiliki tempat untuk tanaman hidroponik. Maka dari itu ia akan mewujudkan itu semua untuk kekasih hatinya. Sebuah tepukan di pundaknya membuat Damar tersadar. "Woy di panggil-panggil malah diem aja." seru Adnan.

"Sorry bro. Loe baru banget nyampe?"

"Hooh nih."

"Yang lain mana? Eh menurut loe gimana kawasan sini? Cocok ngga buat rumah gue nanti?" tanya Damar meminta pendapat sahabat-sahabatnya.

"Gila ini mah kawasannya bagus Bro. Dapet dari mana lu tempat kayak ginian. Sumpah pas loe kirim tadi pagi gambar sketsanya terus lihat kawasannya langsung gue bisa bayangin betapa indah banget nanti rumah loe. Keren lah top."

Damar tertawa, "Makasih Bro. Gue ngga sabar pengen cepet bangun rumah impian Sheilla. Kebayang aja dia seseneng apa melihat rumahnya nanti."

"Pastilah. Calon lakinya pengertian parah."

"Ah bisa aja lu. Ayo donk buru-buru ukur lagi. Udah ngga sabar nih gue pengen cepet-cepet ngebangun."

"Oke let's go!" Damar mengumpulkan teman-temannya demi mewujudkan rumah impiam sang pujaan hati. Mereka pun bahu membahu membantu Damar yang tengah berbunga-bunga.

***

Dini datang mengunjungi toko Sheilla. Ia datang sendiri dan hanya di drop oleh Seno di tokonya. Seno akan menjemputnya kembali saat sore hari nanti.

"Jadi keponakan aunty mau kue apa?" tanya Sheilla di depan perut Dini yang masih rata. Ia mengusap lembut perut Dini.

"Aku mau makan kue apem buatan onty." ucap Dini menirukan suara anak-anak. Sheilla tertawa. "Oke tunggu sebentar ya."

Sheilla masuk ke sebuah ruangan. Tak lama ia sudah kembali dengan sebuah nampak yang berisi kue apem dan jajan pasar lainnya tak lupa segelas jus jeruk untuk Dini.

Dini tampak senang dan langsung melahap kue-kue yang di sajikan sahabatnya itu. Tak lama Damar pun tiba dan bergabung dengan keduanya. "Jadi kapan Bang lamar Sheilla? Jangan kelamaan donk kasihan anak orang di gantungin." ucap Dini sambil melahap kuenya.

"Apaan sih Din. Orang akunya aja santai kok. Udah Mas jangan dengerin si Dini. Tukang kompor dia mah."

Damar tersenyum, "Apa yang Dini katakan benar yank. Insya Allah dua hari lagi Mas dan keluarga mau silaturahmi ya."

Dini bersorak girang, "Nah gitu donk Bang. Kan seneng gue dengernya." Dini mengacungkan kedua jempolnya.

"Sialan lu. Gue udah rencanain dari lama tahu. Karena kerjaan doank jadi sempet ketunda."

"Ya udah langsung di halalin aja."

"Sabar donk. Mw meminta dia dulu baru persiapan nikah. Iya kan sayang?" Sheilla tersenyum. "Iya Mas. Sheilla ngikut aja baiknya seperti apa."

"Yang jelas tujuan Mas jelas mau mengubah status kita menjadi suami dan istri." Raut wajah Sheilla tak lagi merona. Damar tertawa melihat calon istrinya memerah seperti itu.

Dini merasa geli melihat pasangan bucin di depannya. Tangannya langsung mengusap-usap perutnya. "Dek hati-hati ya kalau ketemu sama om dan onty kamu yang bucin parah. Jangan deket-deket mereka ya nak. Biar ngga kebawa bucin dan alay kayak mereka." ucap Dini mengajak ngobrol calon anaknya.

Damar dan Sheilla tertawa.

***

TBC