Pegunungan tinggi terhampar di barat daya Kota Alexandrium, angin bertiup membawa kumpulan awan dan menghiasi puncak-puncaknya. Sore itu cakrawala terlihat cerah, anak kecil berlarian di tepian jalan, para bekerja terlihat menuruni bukit dan bersiap untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
Berbeda dengan mereka, Jack justru menaiki bukit yang jauh itu untuk menuju ke pertambangan batu bara. Tangan kirnya memegang lentera dan tangan kanannya menggenggam palu yang ia pinjam dari Tarud. Ia menyematkan tameng yang ia bawa di punggungnya dan menyarungkan pedang pada pinggangnya.
Di tengah perjalanan ia melihat jalan di depannya terbelah dua. Di antara keduanya terdapat sebuah papan bertuliskan 'Pertambangan Blackrock' yang di kanan dan kirinya terdapat anak panah yang menunjuk ke arah pertambangan Blackrock Baru dan Blackrock Lama. Ia pun memilih jalan berliku di sebelah kiri yang mengarah ke sebuah bukit kecil yang letaknya sekitar dua ratus meter dari tempat itu. Jack mempercepat langkah kakinya, ia hanya punya waktu sekitar dua jam untuk menjelajahi pertambangan itu sebelum matahari tenggelam.
Setelah berjalan selama sepuluh menit ia melihat sebuah mulut gua bekas pertambangan sebesar rumah dua lantai pada sebuah tebing batu setinggi sepuluh meter. Dinding-dinding gua itu terlihat berlumut dan dipenuhi rerumputan kecil, seperti sudah lama tidak ada yang menginjaknya.
Ia pun menyalakan lentera yang ada di tangannya dan mulai masuk ke dalam gua bekas Jalur pertambangan itu, tempat itu terlihat seperti sebuah labirin yang dapat membuat orang tersesat dengan mudah. Tapi Jack tidak khawatir, berbekal pengalamannya bermain game RPG, ia terbiasa untuk menjelajahi sebuah dungeon yang terletak di bawah tanah hanya dengan mengandalkan sebuah peta dan intuisi semata. Terlebih lagi, ia sudah membaca peta yang dibelinya di Guild Store tadi dan telah memilih tempat tujuan serta jalur yang hendak ia lewati saat sedang berada di atas kereta kuda.
Langkah kakinya menggema di lorong bawah tanah itu, udara yang dingin dan lembab serta keheningan yang mengiringi perjalanannya membuat Jack merinding dan menyadarkannya bahwa tempat itu bukanlah sebuah game. Lorong itu dipenuhi dengan palang kayu setiap dua meter untuk menopang tanah di atasnya agar tidak mudah longsor.
Dengan mengandalkan cahaya redup dari lentera yang Ia pegang di tangan kirinya, Jack menandai setiap persimpangan dengan kapur tulis yang ia bawa dan mengetuk tembok pertambangan itu dengan palu di titik-titik tertentu. Setengah jam kemudian ia pun tiba di tempat yang ia tuju, sebuah ruangan yang mempunyai luas sekitar 4x6 meter dengan tinggi dua setengah meter. Dindingnya berwarna abu-abu kecokelatan, permukaannya terlihat seperti bekas galian yang dilakukan secara manual oleh para penambang. Di dekat dinding itu tanah dan batu-batu kecil bertumpuk saling berdampingan, menandakan sistem penggalian yang cukup sistematis.
Jack menaruh lenteranya dan mulai mengetuk semua dinding yang ada di tempat itu dengan teliti sambil mencari slime yang mungkin sedang bersembunyi di celah-celah dinding itu. Setelah yakin tidak ada tempat yang terlewatkan, ia pun pergi menuju ke ruangan selanjutnya dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan di ruangan itu.
Setelah Jack selesai memeriksa ruangan ke empat, ia merasa waktunya sudah hampir habis dan memutuskan untuk menyudahi pencariannya hari ini.
Sayang sekali hari ini aku tidak bertemu satu slime pun, apa mereka benar-benar telah punah? Kalau memang benar, aku harus segera menemukan tempat lain agar rencanaku dapat mulai berjalan.
Sebelum pulang ke apartemennya, Jack menghabiskan tiga koin perunggu untuk makan malamnya dan membeli enam potong roti gandum dengan mengeluarkan dua koin perunggu.
Sesampainya di kamar, ia pergi mandi lalu membuka peta bekas Pertambangan Blackrock untuk menyusun rencana pencarian esok hari. Setelah merasa puas dengan rencananya, ia pun melatih dan mengeksplorasi aliran mana yang ada di dalam tubuhnya agar dapat lebih terbiasa untuk menggunakannya.
...
Esok hari Jack bangun sebelum matahari terbit, setelah sarapan dengan roti yang dibelinya kemarin, ia melatih kekuatan fisiknya dengan melakukan 100 x push up, 100 x sit up, 100 x squat dan lari 10 km ke arah pertambangan Blackrock lama setelah memakai armor dan membawa perlengkapan yang ia bawa kemarin. Dengan menggunakan metode yang sama ia memeriksa ruangan-ruangan yang ada di dalam pertambangan itu satu persatu, pada saat memeriksa ruangan ke tiga akhirnya ia menemukan slime yang sedang bersembunyi di celah batu yang ada di dinding.
Akhirnya! Percobaan pertama dimulai!
Slime bukanlah monster yang agresif, mereka lebih cenderung untuk bersembunyi daripada mendekati makhluk lain. Jack menaruh lenteranya di tengah ruangan itu lalu memakai tameng di tangan kirinya dan mengeluarkan pedang menggunakan tangan kanannya. Ia tetap waspada, meski hanya seekor slime tapi ia juga termasuk kategori monster. Dengan menggunakan pedangnya ia mencoba menusuk slime itu dengan hati-hati agar tidak melukai inti monster itu dan membunuhnya. Rasanya seperti menusuk sebuah jelly, tapi tidak keluar darah atau cairan apapun setelah pedang itu mulai masuk ke dalam tubuhnya.
Menurut buku berjudul 'slime' yang ia baca kemarin, cairan yang berbentuk seperti jelly itu bukan merupakan tubuh utamanya. Jelly itu merupakan sistem pertahanan tubuh slime yang berupa cairan asam yang terbuat dari mana yang dimiliki oleh slime tersebut. Cairan asam itu berfungsi untuk melumatkan mangsanya yang berupa serangga dan hewan kecil lainnya. Setelah mangsanya lumat, cairan asam tersebut akan mengalirkan mana yang mereka miliki ke tubuh utamanya. Tubuh utama slime adalah inti yang ada di tengah cairan jelly tersebut.
Jack mencoba memancingnya keluar dengan pedangnya, tapi tidak berhasil. Setelah berpikir sejenak, ia menaruh pedang dan tameng yang ada di tangannya itu, lalu mengambil mana potion yang ia simpan di sabuk kulit dan membuka tutupnya. Ia mendekatkan botol itu pada celah batu tempat slime itu bersembunyi, slime itu pun terlihat tertarik dengan baunya dan perlahan-lahan mendekat.
Saat Jack mulai melihatnya keluar dari permukaan dinding, ia menarik mana potion di tangannya dan bersiap untuk menangkap slime itu dengan tangan kirinya. Tiba-tiba slime itu melompat dan menyerang dadanya. Jack roboh ke belakang dan memuntahkan setengah mana potion yang ada di tangannya itu. Ia kaget dan heran, serangan monster yang terlihat seperti jelly itu ternyata seperti pukulan orang dewasa. Mungkin ia akan merasa sesak nafas jika tidak memakai pelindung apapun di dadanya.
Slime itu tidak menyerangnya lagi, ia bergerak ke arah mana potion yang tumpah di atas tanah dan diam di sana. Jack tidak mengganggunya lagi, ia mengambil piring besi yang ia beli kemarin dan menuangkan sisa mana potion yang masih ada di dalam botol kemudian menaruhnya di tempat yang tidak mudah dilihat.
Jack membuka peta dan menandai ruangan itu, ia mengambil lentera yang ia letakkan di tengah ruangan itu lalu melanjutkan penjelajahannya. Setelah mengecek lima ruangan lagi, ia pun memutuskan untuk pulang karena minyak di dalam lentera yang ia bawa sepertinya hampir habis.
...
Jack masuk ke aula Adventurer Guild saat matahari tepat berada di atas kepalanya dan melihat banyak orang sedang menikmati makan siang mereka. Ia pun berjalan menuju papan misi yang menempel di dinding sambil mengamati orang-orang di sekitarnya.
Saat ia sedang mengamati papan misi itu ia mendengar seseorang sedang membicarakan dirinya. "Hahaha. Lihat pemula itu sedang melihat misi untuk Adventurer kelas D, betapa bodohnya" Seorang pria botak berbadan besar berkata sambil melihat ke arah Jack.
Teman yang duduk di depannya pun menambahkan, "Iya, aku dengar ia tidak punya teman dan pergi mencari slime sendirian di Blackrock. Apa ia tidak tahu slime di sana sudah punah, hahaha. Dasar bodoh"
"Mungkin otaknya sudah rusak karena terlalu banyak bergaul dengan slime. Hahaha" tambah pria lain di sebelahnya. Mereka bertiga tertawa dan terus menghinanya.
Jack sebenarnya tahu kalau mereka sedang mengejeknya, tapi ia tidak peduli dan sibuk mengamati papan misi untuk mengetahui gambaran keadaan di dunia ini sekarang.
Heh heh, aku tidak akan terpancing oleh cemoohan kalian. Lebih bodoh mana, orang bodoh, atau orang bodoh yang mengatai orang lain bodoh. Kalian sendiri tidak sedang melakukan apa-apa, Ck, ck, ck, belum tahu kalau aku ini lulusan S1- Akuntansi, jangan samakan aku dengan kalian yang SD saja tidak lulus.
Semakin lama hinaan mereka semakin menjadi-jadi, sampai-sampai hewan peliharaan dan orang tuanya pun dibawa-bawa. Jack tidak habis pikir, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berjalan menaiki tangga ke lantai dua untuk menemui Tarud sambil melirik ke arah ketiga orang yang tadi mengejeknya itu. Di dada mereka tersemat sebuah lencana workshop dengan gambar palu dan paron anvil serta api yang membara di belakangnya.
"Hmmm ..." Seorang pria tua berambut abu-abu keputihan yang sedang berdiri di depan meja resepsionis menyipitkan mata sambil membelai jenggotnya saat melihat kejadian itu.
...
Jack sampai di depan Guild Shop milik workshop nya, tapi kali ini ia tidak melihat Tarud sedang berada di depan tokonya sambil merokok, tapi seorang gadis berambut cokelat yang diikat ke atas. Matanya berwarna cokelat dan terliat masih berumur sekitar dua puluh tahunan. Gadis itu sedang mengotak-atik sebuah kotak kayu berisi mekanisme rumit yang terdiri dari per, gir dan spare part kecil lainnya. Jack pun tertarik untuk menggodanya.
Ia berjalan mendekati gadis itu dan mengamati apa yang sedang ia lakukan, "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" setelah beberapa saat, gadis bermata cokelat itu baru sadar bahwa di depannya ada seseorang pria yang sedang berdiri sambil mengamatinya, ia pun menyapa pria itu.
"Aku tertarik dengan kotak kayu itu, berapa harganya?" tanya Jack terlihat seperti sangat tertarik.
"Anu, belum jadi, ini..., ini tidak dijual tuan" karena tidak menyangka ia akan menanyakan kotak miliknya, gadis itu kesulitan untuk merangkai kata-katanya karena gugup.
Saat itu Kyle keluar dari pintu yang ada di belakang gadis itu. Karena melihat gadis itu terlihat gugup, ia pun terkekeh lalu berkata, "Jangan menggoda Linnda terlalu jauh Jack, bisa gawat kalau ia tertarik padamu. Ayo masuk ke dalam, semua sudah menunggumu".
Jack pun masuk ke dalam toko itu mengikuti Kyle yang memandunya menuju ruang diskusi.