Jack berjalan mendekati gadis elf cantik bernama Arquene itu. Mata hijau dan rambut pirang panjangnya membuat laku-laki yang berada di ruangan itu sukar untuk melepas pandangannya.
"Selamat pagi, apa surat permohonannya sudah selesai?" Tanya Jack setelah sampai di depan meja resepsionis.
"Sudah" Arquene mengambil dua lembar kertas yang telah di setempel itu kepada Jack.
"Terima kasih …"
"Terima kasih …"
Mereka berdua mengatakannya secara bersamaan, spontan muka keduanya memerah dan memalingkan wajah mereka. Jack pamit dengan sedikit menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju ke ruang latihan.
…
Ruang latihan berada di sebelah kiri workshop yang berada di lantai satu dan hanya memiliki satu lantai saja. Meski dikatakan sebagai ruangan, tepat itu seperti bangunan yang terpisah dari gedung Adventurer Guild dan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah bagian yang ada di dalam ruangan, tempat itu digunakan untuk melatih otot tubuh, seperti angkat beban, tepat untuk push up, sit up, pull up dan beberapa arena indoor. Bagian kedua terletak di luar ruangan, seperti tempat latihan memanah, boneka kayu dan jerami untuk latihan menebas dan beberapa arena outdoor.
Jack berjalan ke arah meja resepsionis yang ada di sana dan bertanya kepada seorang laki-laki muda yang sedang bertugas di tempat itu.
"Selamat pagi, apa kau tahu di mana aku bisa menemukan Tn. Nardar Ironsong?"
"Oh, Nardar? Orangnya di sebelah sana, ia sedang mengasah pedangnya tadi." Jawab Pria itu sambil menunjuk ke arah sebuah bak penampungan air setinggi satu meter yang berada di pinggir lapangan.
"Baik, terima kasih." Setelah pamit, Jack berjalan ke arah bak penampungan air itu.
Di balik bak penampungan air itu ia melihat seorang laki-laki berumur empat puluh tahunan sedang mengasah sebuah pedang pendek yang berkilauan karena memantulkan cahaya matahari. Rambutnya berwarna hitam dengan potongan pendek, dengan mata cokelat dan ada bekas luka di dahinya, badannya kekar seperti seorang gladiator dan terlihat banyak bekas luka di sekujur tubuhnya. Ia terlihat seperti seorang prajurit senior yang sudah melewati banyak pertempuran.
Jack berdiri di sebelahnya dan berkata, "Selamat siang, apa betul anda pak Nardar Ironsong?"
"iya, ada perlu apa?" Nardar menjawabnya dengan nada datar tapi suaranya keras.
"Saya ingin belajar teknik bertarung dari anda, ini surat permohonannya."
Tanpa berbicara sedikitpun Nardar mengambil kertas itu lalu mengamati tameng dan pedang yang Jack bawa.
"Tarud?"
"iya pak?" Jack agak bingung mendengar nama Tarud disebut-sebut.
"Pedang dan tameng Tarud, dia tidak mungkin menjual itu. Jangan panggil aku pak. Panggil master, mulai hari ini kau muridku. Ayo ikut." Nadar berdiri dan berjalan ke arah sebuah arena latihan di luar ruangan.
Jack yang masih belum sepenuhnya mengerti hanya bisa mengikutinya.
"Taruh semua barangmu dan pakai itu." Nardar menunjuk ke arah tameng dan pedang kayu yang biasanya digunakan untuk latihan.
Kita langsung praktek? Tidak ada pengarahan atau pemanasan dulu? Sambil menggerutu Jack menaruh semua barang bawaannya dan mengambil pedang dan tameng kayu yang ada di sebelah arena.
Melihat Jack patuh, Nardar masuk ke dalam arena tanpa mengatakan apapun. Ia membawa sebuah pentungan yang lebih mirip tikar yang digulung menjadi sebuah senjata.
Saat telah berada di tengah arena ia berbalik dan berkata kepada Jack, "Bertahan."
Tanpa aba-aba lain ia mengayunkan pentungan di tangannya itu kepada Jack. Jack kaget dan secara insting menggunakan tameng di tangan kirinya untuk menahan serangan itu.
Bam!
Tameng dan tangan kirinya menghantam dada dan membuatnya jatuh terjengkang. Apa kau gila? Tiba-tiba menyerangku seperti itu tanpa pemberitahuan apapun?
Melihat mata Jack yang terlihat kaget dan melotot ke arahnya ia berkata, "Tidak ada musuh yang akan memberi tahu dulu saat akan menyerang. Ternyata kau sama sekali belum pernah memegang sebuah tameng. Berdiri!"
Setelah menghela nafas Jack pun berdiri. Setelah mencontohkan cara memegang tameng dan kuda-kudanya satu kali, Nardar menyuruh Jack untuk menirunya dan perlahan mengoreksi posisi yang ia lakukan.
"Pertahankan posisi itu." Setelah mengatakan itu Nardar berjalan mengelilingi Jack sambil menjelaskan. "Yang terpenting dalam bertahan adalah kesiapan dan kuda-kuda. Kau harus siap kapanpun untuk memasang kuda-kuda dan menahan serangan dari arah manapun."
Setelah mengatakannya Nardar berhenti di depa Jack dan duduk di sana sambil mengamatinya.
Sial, apa Francis mengerjaiku? Orang ini sangat bar-bar dan tidak pandang bulu. Aku tidak keberatan sih, tapi hatiku belum siap untuk menerimanya.
Dua puluh menit kemudian kaki dan badan Jack mulai gemetaran karena harus menahan kuda-kuda itu terus menerus. Nardar hanya memandangnya dengan dingin dan sesekali mengatakan 'Tahan'. Tahan kepalamu! Aku benar-benar sudah tidak kuat lagi.
Saat Jack hendak melemaskan tangan kirinya yang masih memegang tameng, Nardar tiba-tiba bangun dan mengayunkan pentungan di tangannya ke arah Jack sekali lagi. Tidak punya pilihan lain, Jack pun menggunakan sisa-sisa kekuatan yang ada di tangan kirinya untuk mengangkat tameng dan menahan serangan tersebut.
Bam!
Dan hal yang serupa terulang kembali. Nardar menyuruhnya berdiri dan mengambil sikap bertahan dengan kuda kuda yang sama.
Siklus tersebut berlanjut sampai tidak terasa tiga jam telah berlalu. Badan Jack terasa sakit semua, terutama tangan kirinya yang terasa seperti pecah berkeping-keping, ia pun terkulai lemas di atas tanah.
Saat itu ia mendengar suara serak Nardar dari arah samping. "Hari ini cukup." Ia melihat Nardar mengulurkan tangannya. Jack yang belum mampu bangun sendiri pun meraih tangan itu dan menariknya untuk dapat berdiri.
Tapi tangan itu hanya diam dan tidak membantunya bangun. Saat itu Jack sadar kalau orang itu sedang meminta bayaran bukan ingin membantunya berdiri. Sambil menahan malu Jack pun mengeluarkan satu koin perak dari kantongnya dan memberikannya kepada Nardar.
"Datanglah kemari sesering yang kau mau, aku akan melatihmu." Setelah mengatakannya ia hanya diam dan melihat Jack tanpa ekspresi.
"Baik pak. Maaf, baik master!" Nardar pun mengangguk dan berbalik lalu berjalan menjauh dari tempat itu.
Setela tenaganya terkumpul, Jack bangun, mengembalikan tameng dan pedang kayu di tempatnya dan mengambil semua barang yang ia tinggalkan. Ia berjalan mendekati bak penampungan air dan mencuci mukanya di tempat itu.
Setelah melihat matahari yang sudah mulai turun ia merasa perutnya perlu diisi. Jack pun berjalan ke Perpustakaan Alexandrium lantai dua dan memesan jus nanas, dua sandwich daging dan segelas air putih, lalu mencari tempat yang kosong dan jauh dari orang untuk beristirahat.
"Title"
-Transmigrator From Another World
- Slime Hunter
Transmigrator From Another World
Description : Kau datang dari dunia dimana ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat. Pengetahuanmu melebihi apa yang dunia ini punyai.
Slime Hunter
Description : Kau diakui sebagai pemburu slime di dunia Terrenia ini.
"Status"
Jack Walker
Level 2
Title : 'Transmigrator from another world' 'Slime Hunter'
Health : 28/28
Mana : 13/13
STR : 17 +
AGL : 23 +
INT : 22 +
Attack : 3
Speed : 4
Magic : 4
Resp. : 2
Intuition : 1
Ternyata yang membuat atribut INT ku tinggi adalah title ini. Jadi, semakin dikenal, semakin kuat juga diriku. Kerja keras memang selalu membuahkan hasil.
Selain level, title juga penting untuk dicari. Aku akan memikirkan cara untuk dapat mendapatkannya dengan mudah. Aku harus melakukan eksperimen lagi untuk mengetahui syarat-syarat untuk mendapatkan sebuah title.
Respons dan intuisiku naik, akhirnya responsku tidak nol lagi. Kenapa makanannya lama sekali, aku sudah sangat kehausan dan kelaparan di sini.
Sambil menunggu ia melihat tangan kirinya yang biru lebam, seluruh badannya pegal-pegal dan kedua kakinya gemetaran. Jack berusaha meredakannya dengan beristirahat dan perlahan-lahan memijatnya.
Beberapa menit kemudian pesanannya datang, dengan senyuman lebar Jack menyambutnya dengan kedua tangannya. Saat sedang menikmati makanan itu, ia mendengar suara orang tua yang sudah tidak asing lagi baginya.
"Apa yang terjadi padamu Jack? Kenapa mukamu kusut sekali? Apa kau bertengkar dengan pacarmu?" Izack terkekeh dan menggodanya saat melihat kondisinya yang tidak karuan itu.
Seperti biasa, selera humor pak tua ini cukup tinggi, ia sudah menghujaniku dengan pertanyaan saat baru melihatku. Setelah menelan makanan di mulutnya, Jack mengangkat kepalanya dan menjawab. "Kebetulan sekali profesor, saya sedang mencari anda." Jack tidak memedulikan pertanyaannya dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
Izack duduk di sebelah Jack lalu menjawabnya, "Oh, apa yang kau butuhkan kali ini?"
Jack menyerahkan surat permohonan yang ada di dalam tasnya kepada Pak tua Izack. Setelah melihatnya dan mengamati kondisi Jack sekarang, ia bertanya "Apa kau kapok latihan fisik dan ingin beralih untuk berlatih sihir? Sepertinya kau baru saja dipukuli orang, apa orang yang mengolok-olok dirimu di Guild Hall kemarin yang melakukannya?"
"Bukan itu. Eh, dari mana anda tahu kalau ada orang yang mengolok-olok saya kemarin? Apa anda diam-diam mengikutiku profesor?" Jack melihat ke arah Izack, matanya mencerminkan dirinya yang merasa tidak percaya.
"Aku kebetulan melihatnya kemarin, tapi sepertinya kau tidak terpengaruh sedikitpun." Ia menjawab sambil bertingkah sok cool dan mengelus jenggot putihnya.
"Tentu saja profesor, aku tidak akan menganggap perkataan konyol semacam itu. Mereka bahkan tidak tahu kalau kita bisa melihat kondisi kota Alexandrium saat ini hanya dengan melihat papan misi yang ada di Aula Guild. Soal luka ini, saya baru saja selesai berlatih dengan Tn. Nardar Ironsong"
"Ah, orang itu. Aku paham sekarang, dia memang orangnya keras tapi metode yang ia punya dapat membuatmu menjadi kuat dengan cepat. Lain kali ajak aku kalau kau hendak berlatih dengannya lagi, aku ingin melihatnya memukulimu seperti boneka jerami" Pak tua itu tertawa terbahak-bahak sebelum berdeham dan berata dengan nada yang serius.
"Apa kau benar-benar ingin belajar sihir dariku? Aku sengaja mematok harga tinggi agar tidak banyak yang ingin menjadi muridku. Kebanyakan orang kaya yang mampu membayar biaya tersebut menyerah dan mengatakan tidak sanggup menerima pelajaran dariku lagi setelah beberapa kali datang."
Ia melihat ke arah Jack dan melihatnya mengangguk, lalu menambahkan. "Bagus, tapi ada beberapa syarat yang harus kau penuhi untuk dapat menjadi muridku."