"Tony, kenapa kamu diam saja di situ? duduklah di sini. Aku akan mengobati tanganmu." ucap Marey seraya duduk di kursi menunggu Tony yang masih berdiri di tempatnya.
Mendengar panggilan Marey, terpaksa Tony duduk di samping Marey.
"Di mana Dean, Marey?" tanya Tony merasa tidak enak kalau Dean akan mengetahui perasaannya.
"Dean sedang tidur istirahat, kenapa?" tanya Marey sambil mengobati telapak tangan Tony yang tergores pecahan kaca.
"Kenapa kamu juga tidak istirahat?" tanya Tony merasakan hatinya berdebar-debar dengan sentuhan lembut tangan Marey yang memegang tangannya.
"Cukup Marey, tanganku sudah tidak apa-apa. Sebaiknya aku kembali ke kamar." ucap Tony tidak ingin tersiksa lebih lama dengan perasaannya.
"Tunggu sebentar lagi Ton, biar aku balut dulu lukanya." ucap Marey seraya membalut telapak tangan Tony yang terluka.
Tony menelan salivanya tidak mampu membantah atau menolak ucapan Marey.
Setelah Marey selesai membalut lukanya Tony bangun dari duduknya.