"What? Ada apa?" Kening Nayla berkerut. Tanpa sabar, dia mengambil jam mini yang ada di meja dan menunjukkan pada Celine.
Walau Nayla tidak berbicara, tetapi Celine mengerti artinya. 'Lihat, sekarang sudah jam berapa, dan kamu masih menikmati buah pikiranmu? Mau menginap di sini? Mau aku antar bantal dan selimut?' pasti begitu. Karena sebenarnya Nayla sangat cerewet. Ditambah dengan sikapnya yang suka penasaran, ingin tahu, membuatnya sangat menyebalkan. Tetapi walau demikian, Celine tetap menikmati hubungan pertemanan mereka.
"Emp... Maaf." Dengan cepat Celine berkemas-kemas. Namun, buah pikirannya yang tadi tentang tawaran Dave masih mengitari otaknya, sehingga tanpa sadar dia mengeluarkan isi pikirannya tersebut.
"Baiklah, besok saja aku menghubunginya," ungkapnya di bawah sadar.
"Siapa?" tanya Nayla. "Kamu berbicara dengan siapa?" tambahnya.