Angin yang berembus cukup deras membuat Leo memejamkan mata untuk menghindari debu dan dedaunan kering yang terangkat di sebabkan oleh angin tersebut, ketika Leo membuka mata, wanita paruh baya itu sedang mengambil topinya yang terjatuh di depan mobil, membuat Leo tidak bisa melihatnya.
Leo kembali melangkahkan kaki untuk melihat wanita paruh baya itu lebih dekat, "Kreeek". Suara pintu terbuka dari rumah, membuat Leo terdiam sesaat lalu mengurungkan niatnya untuk melangkah lebih jauh karena melihat Lira keluar dari rumah dan berjalan dengan cepat ke arah mobil.
Leo pun bergegas memutar badan dan kembali bersembunyi, Leo sangat ingin mengikuti mereka namun karena hari sudah semakin sore dengan cuaca mendung, ia memutuskan untuk kembali ke rumah, tidak ingin membuat paman dan bibinya khawatir di hari pertama sekolahnya.
Sedangkan Karin yang telah lama sampai di halte tak menemukan Leo, ia membiarkan beberapa bus lewat, memutuskan untuk menunggu Leo, yang menurutnya masih berada di sekitar sekolah.
"Mungkinkah dia benar-benar sudah pulang lebih awal". Tanya Karin dalam hatinya, setelah menunggu sekitar setengah jam lebih, ia memutuskan untuk pulang menggunakan taksi, dan berharap Leo baik-baik saja kemudian besoknya bisa bertemu dengan Leo kembali.
Sementara Niza masih dengan wajah memerah kesal, tidak bisa melupakan kejadian dengan Leo, "Aaaagh, kenapa aku terus memikirkannya". Ucapnya kesal sambil mengipas dengan telapak tangannya, "Itu adalah kesalahan, ya itu adalah kesalahan". Sambung Niza coba menghibur diri.
Aziz dan Laela sudah menunggu Leo dirumah, "Pa bukannya ini hari pertama Leo di sekolah? Harusnya dia pulang lebih awal, ini sudah hampir sore". Tanya Laela khawatir dengan keadaan Leo, sambil mengaduk kopi untuk Aziz.
"Tunggu aja mah, Leo juga sudah besar kamu jangan terlalu khawatir". Jawab Aziz dengan ringan sambil duduk santai di teras depan rumah, walaupun jauh dalam hatinya dia juga merasa khawatir dengan Leo.
"Ya walaupun gitu tetap aja Pa, Mama Khawatir, Leo pasti belum makan, papa tahu sendiri Leo jarang sekali mau makan di luar". Jawab Laela cemas memberikan kopi kepada Aziz, "Ya mah tunggu aja paling bentar lagi Leo pulang". Jawab Aziz dengan santai mengambil kopi dari Laela sambil tersenyum tipis.
Tidak lama setelah itu "Paman, bibi, aku pulang". Suara Leo yang cukup keras dari luar halaman rumah karena melihat paman dan bibinya di teras depan rumah.
"Tuh kan baru juga di omongin". Ucap Aziz sambil menggelengkan kepala, "Leo akhirnya kamu pulang, kamu habis dari mana, harusnya kamu pulang lebih awal, sini biar bibi bawakan tas mu". Ucap Laela yang langsung berdiri menyambut Leo.
"Lihatlah bibi mu Leo, dari tadi dia terus bertanya karena mengkhawatirkan mu sampai-sampai aku tidak sempat meminum kopi ku untuk menjawab pertanyaannya". Jawab Aziz menggoda Laela sambil mengangkat cangkir kopi yang siap untuk di minumnya.
"Berarti dia memang benar-benar bibi ku". Balas Leo mendukung bibinya yang selalu mengkhawatirkannya dengan tawa kecil, "Anak pintar, kamu memang paling mengerti bibi, kamu masuk ganti pakaian dulu, biar bibi siapkan makanan untuk mu". Ucap Laela mengambil tas Leo dan masuk bersama.
"Leo ayo keluar nak, makananmu sudah bibi siapkan di atas meja". Teriak Laela memanggil Leo untuk makan, "Ya bik". Jawab Leo dengan singkat sambil mencari sesuatu di dalam tasnya, setelah melihat sebuah buku yang ia cari, ia tersenyum lega lalu kembali merapikannya dan langsung keluar untuk makan.
Leo langsung duduk untuk makan, sedangkan Laela berada di dapur yang tidak jauh dari meja makan, Laela hanya sibuk mencuci piring, "Paman dan Aulia sudah makan bik?" Tanya Leo dengan santai sambil mengambil nasi ke piringnya, Aulia adalah anak perempuan dari Aziz dan Laela yang baru berumur 6 tahun.
"Udah Leo, kami makan bersama tadi siang". Jawab Laela dengan ringan, setelah Laela selesai mencuci piring dan memindahkannya ke tempatnya, ia segera bergabung bersama Leo, penasaran dengan hari pertama Leo di sekolah.
"Leo bagaimana dengan sekolah barumu?" Tanya Laela dengan mata berbinar penasaran sambil menuangkan beberapa lauk ke piring Leo, "Mmmm ... enggak ada yang spesial bik, sama aja kayak sekolah yang dulu" Jawab Leo dengan ringan sambil mengunyah makanannya.
"Ah, bibi enggak percaya sama kamu, dulu aja kamu bilang enggak ada yang spesial, tapi segerombolan gadis datang mencarimu bahkan membawakan hadiah". Ucap Laela sedikit kecewa dengan jawaban Leo.
"Kalau yang itu, mereka aja yang enggak ada kerjaan". Jawab Leo dengan santai tanpa dosa, "Leo kamu berangkat sekolah dari pagi sampai jam segini, aku enggak percaya kalau tidak ada yang terjadi". Sambung Laela memasang wajah sedih pada Leo, berharap Leo mau menceritakan hari pertamanya di sekolah.
Leo hanya tersenyum lebar dengan ekspresi lucu kepada Laela, tidak mau kalah dengan bibinya, Leo tahu betul karakter bibinya, walaupun ia merasa sedikit bersalah karena tidak mau berbagi cerita dengan Laela, namun menurutnya itu yang terbaik.
Terlebih ia masih penasaran dengan Lira dan wanita paruh baya yang bersamanya, dan bertemu dengan beberapa teman yang menarik.
Setelah selesai makan Leo bergegas ke kamarnya untuk belajar, Leo memang sangat jarang keluar rumah, ia keluar jika ada yang benar-benar di butuhkah ya, seperti ke toko buku dan terkadang membantu Aziz di sawah, walaupun Aziz tidak pernah menginginkan Leo untuk membantunya dan menyuruhnya fokus untuk belajar saja.
Setelah membaca beberapa buku, Leo teringat akan kejadian saat bersama Niza di bawah pohon sepulang sekolah, ia kembali membuka tas lalu mencari buku yang di pungut nya.
"Apakah aku boleh membukanya?" Tanya Leo dalam hati menatap buku yang sudah di keluarkan nya dari dalam tas, sambil memainkan pulpen di tangannya merasa sedikit bersalah.
"Ah ... Tidak mungkin ada yang menarik di dalamnya". Sambung Leo dan langsung menyingkirkan buku tersebut, memasukkannya kembali ke dalam tas, lalu mengambil buku pelajarannya, namun selang beberapa saat pikirannya menjadi tidak tenang ia terus-terusan teringat saat menangkap tubuh Niza yang akan terjatuh.
Dengan perasaan campur aduk Leo kembali mengambil buku itu dari dalam tasnya, ia tidak bisa menahan diri lagi, dengan sedikit gugup ia membuka buku itu lembar demi lembar, setelah cukup lama membacanya Leo hanya terdiam dengan ekspresi tidak percaya seakan ia melihat sebuah batu yang sangat besar dan padat, namun ketika di sentuh langsung berubah menjadi debu.
Sedangkan Niza sudah sampai di depan gerbang rumahnya, ia belum menyadari tasnya terbuka dan kehilangan sesuatu yang sangat penting baginya.
Terlihat seorang satpam dengan cepat berlari membuka pintu gerbang, ia segera memasukkan mobil ke dalam garasi, "Pa aku pulang". Ucap Niza dengan ringan menyapa papanya yang sedang santai membaca koran sambil menikmati secangkir kopi, kemudian langsung berlari menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
di kamarnya Niza yang sedang merasa penat langsung melempar tasnya sembarangan, lalu sangat terkejut melihat tasnya yang terbuka, matanya langsung terbuka lebar khawatir.