Chereads / The Seven Wolves: The Alpha and His Beta / Chapter 29 - Chapter 29: A Promise

Chapter 29 - Chapter 29: A Promise

Claire masih melihat mata Arjoona tanpa bicara apapun sama sekali. Ia masih terkejut karena Arjoona Harristian sedang melamarnya sekarang.

"Tapi kita sudah menikah," ujar Claire dengan nada rendah. Joona tersenyum dan masih mengaitkan sebelah jemarinya pada jemari Claire. Sebelah tangannya lalu memegang pipi Claire dan membelainya.

"Aku ingin menikah dengan kamu. Bukan pernikahan dengan perjanjian seperti ini. Aku ingin hidup normal berdua sama kamu, punya keluarga kecil. Kamu, aku dan mungkin anak-anak kita," Arjoona menggambarkan indahnya hidup berdua dengan Claire, menghabiskan hari tua dengannya. Claire tersenyum pelan, ia pun membayangkan hal yang sama. Akan sangat menyenangkan bisa menghabiskan waktu dan masa bersama Arjoona hingga maut memisahkan.

"Aku...mau," jawab Claire pelan dan singkat. Arjoona langsung sumringah dan mencium bibir Claire perlahan. Setelah melepaskan dan masih menempelkan keningnya, ia terus tersenyum dan mengangguk pelan.

"Kita akan selesaikan kontrak ini, lalu kita akan bercerai dan menikah lagi. Kalau perlu satu hari setelah tanda tangan surat cerai itu, kita akan menikah seperti pasangan normal atau seperti yang kamu mau," Claire menunduk dan mengangguk sambil merona. Arjoona memeluk Claire, membawanya ke dadanya. Ia sangat bahagia dan terus memeluk gadis itu dengan erat. Arjoona melepaskan pelukannya lalu menarik tangan Claire ke ruang tengah.

"Come here princess, aku punya sesuatu untuk kamu," Claire mengikuti kemana Arjoona membawanya. Arjoona menarik Claire untuk duduk di sofa. Joona mengeluarkan sebuah kotak yang tidak begitu besar. Ia membuka kotak itu di depan Claire. Claire makin terenyuh dan tersenyum.

"Aku janji akan beli yang jauh lebih mahal dari ini suatu saat," Claire menggeleng dan tersenyum. Arjoona tersenyum lebar lalu mengambil gelang emas Heart Link Chain yang memiliki sebelah sisi berlian. Ia memasang di pergelangan tangan Claire sebelum menunjukkan inisial namanya yang disalah satu sisi rantai yang mengaitkan bentuk hati tersebut.

"Ini namaku, Joona artinya kamu selamanya milikku," ujar Arjoona setengah berbisik. Claire langsung tersenyum, matanya berkaca-kaca karena terharu dan bahagia disaat yang bersamaan. Ia langsung memeluk erat Arjoona lalu mencium pipinya dengan erat sebelum akhirnya memeluk lagi.

Arjoona tidak mau menahan hasrat dan perasaannya lagi. Ia mulai mencium Claire lagi dan kali ini hingga merebahkannya ke sofa. Claire tau bahwa Arjoona sudah menunggu cukup lama untuk bisa menyentuhnya, tapi pernikahan mereka hanyalah pernikahan kontrak.

"Ah, Joona, aku...I'm a virgin," desah Claire tiba-tiba setelah Arjoona hampir menarik kebawah resleting dress hitam milik Claire. Dalam keadaan terengah, Joona berhenti dan memandang Claire yang juga terlihat memiliki hasrat yang sama.

"Kamu...bilang apa tadi," Claire sedikit meringis tapi masing melingkarkan lengannya pada pundak Joona.

"Aku...belum pernah....melakukan itu," lanjut Claire malu-malu. Arjoona tersenyum pelan dan membelai pipi Claire. Lama kelamaan senyum Arjoona makin mengembang.

"Kamu benar-benar adalah hadiah terindah dari Tuhan untuk aku, oh princess. Suatu kehormatan bisa menyentuh kamu untuk pertama kali di malam pengantin kita nanti," Arjoona lalu menaikkan wajahnya dan mencium kening Claire dengan lembut. Claire yang mendengar kalimat Arjoona langsung menangis.

Disaat semua pria ingin mengambil yang sudah ia jaga bertahun-tahun, seorang pria yang bahkan sebenarnya sudah resmi jadi suaminya, memilih menunggu hingga mereka bisa menikah lagi dalam keadaan normal.

"Kenapa kamu nangis sayang?" tanya Arjoona masih dekat dengan Claire.

"Kamu gak mau menyentuh aku," Arjoona menggeleng.

"Bukan, aku menunggu seperti yang kamu inginkan. Pasti ada alasan kenapa kamu menjaganya selama ini," Claire mengangguk dan masih terisak. Arjoona langsung duduk dan menarik Claire untuk memeluknya erat.

"Cinta lebih dari sekedar berhubungan seks. Aku ingin memiliki kamu utuh sayang, tepat pada waktunya dan itu gak akan lama lagi. Hanya delapan bulan lagi," Claire mengangguk dan makin memeluk Arjoona dengan erat. Malam pertunangan itu dilewati Joona dan Claire dengan tidur berpelukan hingga pagi tanpa melakukan apapun selain berciuman.

MANSION WINTHROP

Gerald Winthrop tiba di mansion nya dan tidak menemukan baik Arjoona maupun Claire. Bertanya pada pelayan dan mereka tidak memberikan jawaban selain hanya mengatakan jika semalam Claire pergi dan tidak pulang. Sementara Arjoona tidak pulang dari semalam. Baik Claire maupun Joona tidak menghidupkan ponsel nya .

"Kemana anak-anak itu?" dengus Gerald dengan kesal. Ia meletakkan tangan di pinggangnya dan mondar-mandir dengan resah. Gerald masih menunggu kabar dari Steven, ketika melihat sebuah sedan Camaro putih memasuki pekarangan mansion. Sedan sport itu langsung parkir di lobi dan Arjoona yang masih sedikit rapi keluar dari mobi lalu membuka pintu disebelahnya. Claire ikut keluar dan langsung menggandeng Arjoona dengan mesra. Gerald masih mengintip memperhatikan keduanya malah berjalan ke dalam saling merangkul dan tertawa berdua.

"Kalian baru dari mana?" tanya Gerald dari sudut ruangan tengah. Arjoona dan Claire langsung berbalik dan kaget melihat Gerald sudah berdiri di dekat mereka. Joona langsung melepaskan rangkulannya pada Claire. Gerald yang berjalan mendekat, mencium gelagat jika mereka sedang menyembunyikan sesuatu.

"Apa kalian sudah tidur bersama sekarang?" tanya Gerald tanpa basa basi. Arjoona langsung tercekat hingga terbatuk beberapa kali. Claire otomatis menepuk ringan punggung Arjoona yang tersedak ludahnya sendiri karena rasa kaget.

"Kakek..." tegur Claire dengan nada kesal. Gerald menaikkan alisnya melihat perhatian Claire pada Joona sekarang.

"Jadi benar kalian sudah tidur bersama,"

"Kakek," Gerald hanya mendengus dan menggelengkan kepalanya.

"Kalian ingat kan perjanjiannya. Tidak ada seks sebelum kalian bercerai dan menikah lagi," ujar Gerald hendak menambah penderitaan keduanya. Claire mendengus kesal, ia tau kakeknya sedang menjahilinya.

"Kami gak sejauh itu kek," bela Claire dengan nada kesal. Arjoona hanya diam saja belum tau harus menjawab apa.

"Lalu apa yang kakek lewatkan. Apa rasa benci sudah berubah jadi cinta sekarang?"

"Kakek...." pekik Claire dan hanya diberi dengusan sambil tersenyum oleh Gerald.

"Kita perlu bicara, terutama kamu Joona," Gerald langsung berjalan melewati Arjoona dan menuju ke ruang kerjanya. Arjoona menghela nafas, sebelum tersenyum pada Claire dan membawanya ikut bersama ke ruang kerja Gerald.

Arjoona belum pernah merasa segugup ini berhadapan dengan Gerald Winthrop. Ia duduk berhadapan dengan Gerald yang melipat kaki di depannya. Gerald adalah orang yang paling dihormati oleh Joona. Kini ia akan meminta restunya untuk bisa menikahi Claire cucu kesayangannya.

"Aku ingin meminta restu dari bapak untuk menikah dengan Claire," Gerald masih diam memandang Arjoona dan Claire bergantian. Claire melirik pada Joona dan melihat pada kakeknya.

"Bukannya kalian sudah menikah?" Arjoona tersenyum pelan.

"Bukan pernikahan seperti ini yang aku inginkan pak. Aku ingin menikahi Claire tanpa kontrak apapun," Gerald mengangguk sekali.

"Katakan tujuanmu Arjoona?" Arjoona menarik nafas panjang sebelum menjelaskan.

"Aku ingin menikah lagi dengan Claire setelah menyelesaikan kontrak pernikahan kami dan bercerai. Sesuai dengan kesepakatan kita," Gerald tersenyum tipis.

"Kamu yakin?" Arjoona mengangguk.

"Iya pak. Aku jatuh cinta pada Claire," jawab Joona sambil menggenggam tangan Claire dan tersenyum padanya. Sesungguhnya Gerald terharu ketika melihat pria yang ia inginkan kini mau menjaga cucu nya yang paling berharga dalam sebuah pernikahan penuh cinta.

"Aku merestui kalian berdua. Kalian boleh menikah setelah ini selesai," Arjoona dan Claire terlihat bahagia dan saling menggengam tangan.

"Aku punya berita baik untuk kalian, kalian tidak harus menunggu hingga 8 bulan lagi. Keluarga Winthrop setuju jika kalian bisa mempertahankan pernikahan selama 1,5 tahun saja maka Claire akan mendapatkan posisinya. Setelah itu, terserah kalian mau seperti apa, kalian boleh bercerai dan menikah kembali," Arjoona semakin tersenyum.

"Itu artinya kami punya waktu 3 bulan lagi," Gerald mengangguk. Claire langsung menyandarkan kepalanya di bahu Arjoona. Arjoona masih terus menggenggam tangan Claire sambil terus tersenyum.

"Kalian bisa mengatur pernikahannya mulai dari sekarang, aku rasa 3 bulan bukanlah waktu yang singkat tapi juga tidak terlalu panjang. Kita bisa siapkan pesta yang meriah," Claire mengangguk.

"Bagiku terserah pada Claire ingin pesta pernikahan seperti apa," Claire langsung antusias. Ia sudah memiliki bayangan pernikahan impiannya sendiri.

"Aku ingin kita menikah di gereja dan mengadakan pesta kebun yang meriah," Arjoona tersenyum dan mengangguk.

"Anything you want princess," Gerald tersenyum melihat Claire yang begitu lengket dengan Arjoona.

'Bisakah aku bernafas lega sekarang? Arjoona sudah disini dan akan merawat Claire selamanya,' – tanya Gerald pada hatinya.

WINTHROP ELECTRONICS

"Jadi selama ini mereka cuma pura-pura doang gitu maksudnya?" tanya manajer produksi mencoba mencari tau tentang berita Arjoona yang kepergok berciuman dengan CEO mereka Claire Winthrop.

"Bapak gak percaya sama aku ya?" protes Tiara sebagai saksi mata. Manajer itu melihat Tiara tidak percaya. Namun seorang pekerja kemudian buru-buru ikut bergabung membawa berita yang jauh lebih panas.

"Eh, ada yang udah liat foto ini belum, ini sedang hot di grup. Katanya pak Arjoona kedapatan pacaran sama Bu Claire di hotel" makin lama makin banyak pekerja yang bergerombol untuk menggosipkan atasan mereka. David yang melewati kumpulan pekerja itu menegur mereka agar kembali bekerja.

"Ah pak David liat ini dulu, udah tau belum foto ini," sebuah foto ditunjukkan oleh seorang pekerja. Foto itu terdiri dari tiga foto dan ketiganya diambil di hotel yang sama. Foto pertama saat Claire datang dan langsung merangkul Arjoona, foto kedua saat Arjoona mengecup singkat bibir Claire dan ketiga saat keduanya terlihat mesra sambil membaca sesuatu di ponsel Joona.

Mulut David terbuka dan tercekat tapi dia cepat menguasai dirinya lagi. ia memang sudah curiga tapi tidak menyangka ternyata mereka memang sepasang kekasih.

"Tuh benerkan, Tiara bilang juga apa? mereka tu cuma pura-pura aja berantem padahal dibelakang pacaran. Bentar lagi Arjoona mungkin bisa naik jadi wakil CEO, secara pacarannya sama CEO," sahut Tiara dengan nada sinis. David mengerutkan kening mendengar sinisnya Tiara pada Arjoona. Ia tau Tiara cemburu karena Arjoona lebih memilih wanita lain.

"Kenapa Tiara, kamu cemburu Arjoona ga suka sama kamu, jadi kamu bisa nyinyirin dia?" balas David tak kalah ketus. Ia mulai merasa aneh pada dirinya sendiri, kenapa dulu ia bisa menaksir perempuan seperti Tiara.

"Apa maksud kamu ngomong kayak gitu?" David hanya mendengus saja dan masih membela Arjoona.

"Trus memangnya kenapa kalo mereka pacaran, ada yang salah?" bela David pada Joona.

"Salah gak, cuma gak etis aja," potong manajer produksi.

"Ya kan, kenapa mereka gak jujur aja, pake pura-pura berantem,"

"Ada apa ini?" potong Arjoona tiba-tiba muncul dari belakang kerumunan itu. Ia berjalan mendekati dan mulai mendapat cemoohan dari beberapa orang. Arjoona mengerutkan keningnya dan bertanya ada apa.

"Bang ini..."David menyodorkan ponsel dan Arjoona melihat tiga buah foto mesranya dan Claire. Dia menarik nafas sebelum bicara. Joona tau bahwa cepat atau lambat hubungannya pasti akan diketahui banyak orang.

"Memangnya kenapa kalo aku dan bu Claire pacaran? Apa ada larangan?" tanya Arjoona sambil melihat pada seluruh orang. Tidak ada yang menjawab.

"Selama aku masih bekerja sesuai dengan prosedur dan seluruh kepentingan kalian terwakili lalu dimana salahku?" Arjoona masih bertanya dengan nada yang sama. Ia mulai tersinggung karena banyak orang mulai lebih mengorek kepentingan pribadi daripada profesionalitas kerja.

"Bukan gitu Joona kamu jangan marah dulu. Yang kami liat kan kamu selalu berantem sama bu Claire, ternyata kalian malah pacaran," jawab manajer produksi membela diri. Tiara makin bersikap sinis pada Arjoona dan Joona mengetahuinya.

"Kami memang tidak akur pada awalnya, tapi semua bisa berubah. Sekarang kalian lebih suka aku berantem sama dia dan produksi gagal seperti beberapa bulan yang lalu atau aku baikan sama dia dan semuanya lancar," tegas Joona lagi.

"Berhenti mencampurkan urusan pribadi dengan kerjaan. Sekarang semuanya bubar, ini bukan tempat untuk bergosip," Arjoona langsung pergi dengan wajah kesal. David yang mendengar langsung tersenyum dan mendelik pada beberapa orang disitu.

"Tapi menurut gue, pak Arjoona keren. Dia bisa nakhlukin bu CEO yang sombong itu dalam beberapa bulan aja, bahkan dipacarin sama dia. Kalo malah pak Arjoona yang jadi bos disini, gue setuju banget," celetuk salah satu pekerja. David menggeleng mendengar celetukan beberapa pekerja itu dan mendelik lagi.

"Masih juga ngumpul, ayo bubar!" hardik David lagi. Akhirnya semua orang bubar dan David pun naik ke ruangan Arjoona.

"Apa aku boleh ucapin selamat untuk abang?" ujar David begitu masuk langsung menggoda Arjoona yang terlihat berdiri di depan jendela ruangannya. Arjoona langsung berbalik dan menghela nafas. David masih tersenyum dan berdiri di depan Arjoona.

"Abang rapi banget sembunyiinnya, kalo Tiara gak mergokin abang ciuman sama bu Claire dibelakang ruang QC, mungkin sampe sekarang semua orang masih percaya abang sama bu Claire musuhan," Arjoona menggelengkan kepalanya .

"Jadi Tiara yang liat semuanya?" David mengangguk.

"Plus tiga foto itu," tambah David lagi.

"Disembunyikan aja reaksinya kayak gini, gimana kalo semua orang tau kami pacaran," David menyengir.

"Gak usah ditanggapi bang. Namanya juga orang iri sama abang," Arjoona mengerutkan keningnya.

"Iri kenapa?"

"Abang bisa dapetin cewek secantik bu Claire. Aku gak aja gak pernah lihat cewek secantik bu Claire," Arjoona memicingkan matanya pada David dan David hanya menyengir saja.

"Tapi aku senang bang, abang benar-benar sudah bisa move on dan sekarang kelihatan kok, kalo abang lebih ganteng dari sebelumnya karena sedang jatuh cinta," goda David. Arjoona langsung melemparkan balpoint pada David, dan ia tergelak melihat ekspresi salah tingkah Arjoona.

"Selamat ya bang Joona," tambah David lagi dan Arjoona hanya bisa tersenyum saja.

Sementara di bangunan berbeda, Claire juga mengalami bisik-bisik yang sama di belakangnya. Masalah pribadi Claire yang melibatkan Lou dan Kenanga dulunya juga kembali dikorek. Pernikahan antara mantan kekasih dan sahabatnya dianggap beberapa orang menjadi pemicu Claire dekat dengan musuhnya sendiri, Arjoona.

"Kok Arjoona bisa tahan sih sama cewek macam bu Claire, dia kan cerewetnya minta ampun. Belum suka marah-marahnya, kalo ada salah dikit aja langsung ngomel," ujar salah satu pegawai membicarakan bos mereka di belakangnya.

"Ih selera Arjoona ama cewek begitu,"

"Tapi kan dia cantik," bela yang lainnya. Sempat terjadi perdebatan sebelum Claire datang dan mendehem keras. Semua pegawai langsung bubar. Tentu saja ia sudah mendengar tentang foto-foto nya yang tersebar di grup chat dan itu membuat Claire tidak nyaman. Arjoona yang kebetulan datang karena harus mendiskusikan design, jadi mendapat pandangan tidak menyenangkan dari Claire yang tidak mengatakan apapun selain langsung masuk ke kantornya.

Arjoona melihat ke kanan dan kiri dan semua pegawai kini melihatnya dengan tatapan berbeda. Ada yang senyam senyum, ada yang sinis dan ada yang malah memberinya tanda jempol. Ia menggeleng dan mengikuti Claire masuk ke dalam ruangan CEO.

"Kamu kenapa Princess?" tanya Joona melihat Claire hanya berdiri membelakanginya. Arjoona menghela nafas dan meletakkan map design itu di atas meja Claire, lalu memeluknya dari belakang dan mencium ujung kepalanya.

"Kenapa kita harus perduli omongan orang lain? Apa ada yang salah pegawai seperti aku memacari atasannya sendiri?" Claire tersenyum pelan.

"Gak, gak ada yang salah. Itu cuma status pekerjaan. Di rumah aku istri kamu," Arjoona tersenyum dan mengangguk.

"Gak usah dengerin gosip-gosip itu,"

"Tapi darimana foto-foto itu berasal," Arjoona menggeleng.

"Aku gak tau siapa yang menguntit kita, tapi sekarang aku gak perduli karena aku sedang bahagia. Aku sudah punya calon istri yang jadi istriku kontrakku sekarang," Claire tergelak dan membalikkan tubuhnya. Arjoona yang penuh cinta mencium kening Claire untuk menenangkannya.

"Kita perlu diskusi lagi soal design televisi itu. Sorry princess," Claire mengangguk mengerti.

Diskusi mereka pun berlangsung baik seperti biasa dan mencapai beberapa kesepakatan. Usai berdiskusi, Claire yang manja malah duduk di atas paha Arjoona dan mulai menciumi kekasihnya. Arjoona membiarkan saja Claire berbuat apapun padanya. Claire mencium dari bibir hingga rahang dan keningnya berkali-kali.

"Princess don't make me hot!" desah Arjoona ingin protes karena Claire mulai bergerak diatasnya. Claire tidak menjawab apapun selain terus mengikuti hasratnya pada Arjoona. Dan Joona tau jika Claire tidak dihentikan maka ia bisa kewalahan. Tapi hubungan itu terjadi begitu saja, dengan pakaian lengkap.

"Oh shit!" umpat Joona dan langsung menunduk. Claire berhenti dan tersenyum.

"You dry humped me, dan sekarang celanaku basah," Claire tertawa melihat Arjoona yang terengah baru saja selesai. Claire memeluk Joona dengan masih diatas pinggulnya.

"Aku rasa kamu harus beli celana baru," goda Claire dan Arjoona hanya bisa menghela nafas. Ia menyengir dan hanya mengangguk miris dengan Claire masih tertawa melihat ia dan celananya.

SEBUAH PENTHOUSE

"Tuan, saya sudah menyusun agar bisa bertemu dengan Arjoona Harristian," ujar Earth Lewis pengawal dekat James Harristian melaporkan pada atasannya.

"Aku akan menunggu Earth," jawab James masih berdiri melihat-lihat penthouse barunya yang dibeli Earth kemarin.

"Apa Jayden sudah menghubungi lagi?" tanya James sambil menyentuh ujung sebuah lampu sudut.

"Tuan Lin masih di Singapura, katanya dia akan tiba dalam beberapa hari," James mengangguk.

"Atur semuanya Earth, aku ingin Jayden bertemu dengan Arjoona secepatnya. Satu lagi, kenapa aku melihat Fernando Lopez di dekat adikku?" Earth mendehem dan berjalan mendekat.

"Kanishka menyuruhnya untuk mendampingi seseorang. Aku rasa untuk membantu membunuh," James mengerutkan keningnya.

"Arjoona tidak boleh dilukai sama sekali, aku akan menghabisi Lopez jika dia berani menyakiti adikku. Siapa yang ia dampingi?"

"Namanya Keith Barnett, dia salah satu anggota keluarga Winthrop," James melonggarkan dasinya seolah ia tidak nyaman.

"Arjoona sudah terlalu terlibat pada Winthrop, aku harus menariknya keluar. Dia harus tau siapa Winthrop sesungguhnya. Aku harap Jayden cepat kembali, jadi Arjoona bisa tau kebenarannya lebih cepat, sebelum terjadi sesuatu," ujar James dengan cemas. Earth mengangguk mengerti.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang tuan?" James berbalik menoleh pada Earth.

"Aku harus memperkenalkan diriku kembali pada adikku yang hilang, Arjoona Harristian,".