Arjoona masih tersengal dan kebingungan setelah ciumannya dan Claire terjadi lagi. Mereka sama-sama emosi dan entah mengapa Arjoona yang terus memandang wajah dan bibir sensual Claire jadi kehilangan kendalinya. Claire yang tidak mau mengalah malah membuat hasrat lelaki Arjoona naik dan meledak.
Arjoona menundukkan tubuhnya menekan meja dengan kedua tangannya. Ia masih menunduk dan mengembalikan kembali kewarasannya. Baru satu minggu ia menjadi suami Claire Winthrop dan sudah dua kali melanggar perjanjian itu.
"Apa yang harus gue lakuin sekarang, oh Tuhan!" gumam Arjoona masih tersengal. David tiba-tiba masuk setelah ia melihat Claire berjalan setengah berlari sembari menangis dari kantor Arjoona. Ia mengira jika Arjoona mungkin sudah menyakiti atasannya itu dengan kekerasan fisik.
"Bang, abang gak papa? Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya David beruntun dan langsung menghampiri Joona. Arjoona menoleh dan menggeleng sambil sedikit tersengal. Detak jantungnya mulai teratur dan nafasnya sudah bisa ia atasi.
"Gak apa, gue gak papa,"
"Ada apa sama bu Claire? Kenapa dia nangis? Abang...mukulin dia ya," tanya David takut-takut. Arjoona langsung menegakkan pandangannya pada David.
"Vid, gue gak akan pernah pukul perempuan, lo tau itu kan?" David mengangguk.
"Iya, bang. Maaf, kalo gitu kenapa bu Claire bisa nangis?" Arjoona diam saja dan tidak mungkin menjawab. Ia hanya menelan ludahnya berkali dan menyandarkan punggungnya di sudut meja.
"Aku takut posisi abang jadi makin sulit, aku gak mau abang dipecat dari sini," ujar David dengan nada rendah. Joona tersenyum dan memandang David.
"Makasih perhatian lo ke gue, gue akan baik-baik aja," David tidak mengangguk ia masih memandang Arjoona dengan wajah khawatir. David menepuk pundak Joona dengan lembut beberapa kali memberinya semangat. Entah apa yang sebenarnya sudah terjadi pada Arjoona dan Claire.
Claire kembali ke ruangannya dengan airmata dan terisak. Ia duduk menungkupkan kedua tangannya menempel pada kening. Entah mengapa ia malah menangis. Airmatanya jatuh begitu saja.
Ia merasa telah berbuat kesalahan dengan membalas ciuman Arjoona. Claire tidak sadar malah menikmati dan membalas ciuman agresif Arjoona beberapa saat lalu. Dan itu membuat dirinya merasa bersalah. Ia merasa sudah mengkhianati kekasihnya Louis dengan mencium pria lain. Meski sebenarnya pria lain itu lebih berhak mendapatkan ciuman darinya.
Kenanga yang masuk ke ruangan Claire merasa aneh melihat Claire malah menangis. Ia menghapus airmatanya buru-buru sebelum terlihat aneh dimata Kenanga.
"Kamu kenapa nangis?" tanya Kenanga dengan nada khawatir. Claire langsung mengambil tisu dan mengeringkan wajahnya. Ia tersenyum dan menggeleng.
"Gak, aku gak papa," jawabnya masih menyeka airmata.
"Ada yang nyakitin kamu ya?" Claire menggeleng lagi.
"Kamu ada perlu apa?" Kenanga memberi laporan keuangan yang diminta oleh Claire.
"Ini laporan keuangan yang kamu minta," Claire mendehem dan menerima map-map itu. Ia langsung menepis yang terjadi pada dirinya dan Arjoona beberapa saat lalu. Hingga Louis masuk tiba-tiba dan menanyakan hal yang sama. Ia berjalan cepat ke meja Claire.
"Kamu gak papa sayang?" tanya nya dengan nada khawatir. Kenanga yang menoleh mengernyitkan kening, ia pun membuang pandangannya kearah lain.
"Iya, aku baik-baik aja," jawab Claire hanya berani memandang Louis sekilas. Rasa bersalahnya makin membuatnya tidak nyaman. Louis lalu menghampiri kursi Claire dan membelai lengannya. Itu membuat Kenanga cemburu dan mulai cemberut.
"Aku dengar kamu bertengkar dengan Arjoona si brengsek itu di pabrik, bener?" Claire hanya diam dan menundukkan matanya.
"Apa dia nyakitin kamu? Dia bikin kamu nangis?" Louis masih mencerca nya dengan pertanyaan yang mendesak. Claire langsung menggeleng dan tersenyum. Ia balas membelai lengan Louis.
"Gak, kami hanya berdebat, gak ada yang terjadi kok," Claire berbohong. Louis terus membelai rambut dan kepala Claire di depan Kenanga dan itu membuat gadis itu melipat kedua lengannya di dada. Masalah ia dan Louis belum selesai karena Louis terus menghindar. Sekarang ia harus menyaksikan hal yang membuat ia cemburu.
Louis yang seolah tidak melihat Kenanga ada di ruangan yang sama, tidak perduli bagaimana Kenanga melihatnya. Ia terus membelai dan bersikap mesra pada Claire.
Usai kejadian itu, baik Arjoona dan Claire tidak lagi bertengkar atau berdebat ketika bertemu di rumah. Mereka menghindar bertemu satu sama lain. Claire bahkan membawa pulang pekerjaannya ke rumah, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Begitu pula dengan Arjoona, ia hanya keluar kamar untuk mengambil minuman atau hendak pergi. Malam ini Arjoona baru pulang dari klub hiphop tempatnya biasa tampil. Sudah hampir satu minggu ia seolah tidak bersemangat dan kerap kehilangan konsentrasi.
Arjoona menuju dapur dan mengambil segelas air untuk menetralisir rasa bir di mulutnya. Ia agak sedikit mabuk berharap bisa melupakan kejadian hampir seminggu sebelumnya. Sedang minum dan memandang salah satu jendela yang memperlihatkan taman belakang, Claire juga masuk ke dapur hendak mengambil minuman yang sama.
Claire sudah lelah dengan berbagai analisis sheet yang ia bawa pulang dari kantornya. Ia kehausan dan mengambil sendiri minumannya. Claire berjalan dengan setengah menunduk malas dan berjalan tanpa melihat ke depan.
Arjoona yang juga tidak tau bahwa Claire masuk ke dapur, masih dengan setengah melamun ia meletakkan gelasnya dan berbalik berjalan. Namun malang tak dapat ditolak, keduanya bertabrakan hingga Claire terjatuh kebelakang. Dan Arjoona yang kaget membesarkan matanya dan dengan refleknya yang bagus ia segera menunduk dan menangkap tubuh Claire hingga ia pun terjatuh dengan menopang satu tangannya ke lantai. Jika tidak punggung Claire pasti sudah membentur lantai dengan keras.
Arjoona yang tidak bisa menahan terlalu lama akhirnya jatuh ke tubuh Claire meski tidak memberikan seluruh berat tubuhnya pada gadis itu. Kini posisi mereka yang saling berpelukan dengan wajah berdekatan, membuat detak jantung keduanya jadi seolah berhenti. Arjoona tidak berhenti memandang mata Claire begitu pula dengan Claire terus memandang mata Arjoona. Kedua tangan Claire tidak sadar meremas kemeja di bahu Arjoona, berpegangan agar ia tidak jatuh meski sebenarnya ia sudah jatuh.
Begitu sadar, Claire mendorong tubuh Joona dan Arjoona pun melepaskan pelukannya pada Claire. Ia langsung berdiri dan hendak membantu Claire bangun dengan menjulurkan tangannya, tapi Claire langsung berdiri dengan sendirinya. Arjoona yang gugup dan salah tingkah akhirnya mengelus rambut belakangnya karena jabat tangannya tidak disambut.
"Kamu memang brengsek!" umpat Claire tiba-tiba berteriak pada Joona. Arjoona yang setengah kaget berbalik menoleh pada Claire.
"Lho, kalo aku gak nolongin, kamu mungkin udah jatuh dengan punggung luka. Kamu gak tau ya, jatuh dengan posisi seperti itu bisa fatal," Arjoona memberi alasan. Mereka baru bicara lagi setelah lama saling mendiamkan. Dan yang terjadi pertama kali adalah, berdebat pukul 1 pagi.
"Kamu cuma cari alasan doang buat pegang-pegang aku," mata Arjoona membesar.
"Hah, kamu pikir kamu cantik? Trus aku mau pegang-pegang kamu gitu, ihh kepedean," giliran Claire yang mulai kesal, Arjoona mengatainya jelek.
"Aku memang cantik, kamu mau apa?" Arjoona malah tertawa sinis.
"Kayak nya cuma cowok sakit yang pikir kamu itu cantik, kalo cowok normal kayak aku ngeliat kamu biasa aja,"
"Kamu juga gak ganteng Arjoona, aku yakin kamu bahkan gak pernah punya pacar," balas Claire tidak mau kalah.
Saling menyindir makin tidak tentu arahnya diantara mereka. Keduanya hanya terus mencari alasan untuk bertengkar.
"Ohh, you have no idea babygirl, hari ini aku bahkan udah nolak dua orang cewek seksi yang terus menguntit ke klub buat jadi pacarku, see I'm that handsome huh!" ujar Arjoona percaya diri memamerkan dirinya.
"Shame on you, itu cewek-cewek pasti udah buta gak bisa lihat yang mana yang ganteng atau gak, mata sipit kayak gitu dibilang ganteng," Arjoona mulai kesal, Claire mulai menghina fisik.
"Heh, kenapa jadi body shamming sekarang? Kamu ngaca dong, liat diri kamu sendiri. Tinggi kamu bahkan gak sampe sebahuku, memangnya kamu balita ya, jadi cewek kok pendek banget," Claire yang hilang kendali karena Arjoona mengejek tinggi tubuhnya lalu memukul lengan Arjoona dengan tangannya.
"Kamu pikir kamu keren? kamu jelek tau. Badan kamu kayak tiang listrik," umpat Claire sambil memukul dan Arjoona terus menghindar dengan berlari mengitari meja.
"Biarin kayak tiang listrik, daripada kamu kayak kurcaci," Joona setengah berlari mengitari dapur dan meja ditengahnya sambil menjulurkan lidah terus mengejek Claire. Mereka berdua seperti anak-anak yang tengah bermain saling mengejek satu sama lain. Claire yang makin kesal, melempar Joona dengan apapun yang bisa ia ambil. Beberapa kain di meja, dilemparkan Claire pada Joona yang dengan gesit menghindar. Hingga ia melemparkan sebuah apel dan ditangkap Joona dengan baik.
"Thank you!" sahut Arjoona cepat dan kabur dari dapur. Claire menghentakkan kakinya karena sasarannya meleset.
"Ah, dasar cowok brengsek!" umpat Claire berkali-kali. Arjoona tertawa keras ketika ia keluar dari dapur dan berlari menuju kamar. Sedangkan Claire yang masih tersengal dan kesal langsung berbalik dan mengambil gelas berisi air yang sebelumnya diminum oleh Arjoona. Ia tidak sadar bahwa itu gelas bekas Arjoona minum, dan dengan kesalnya Claire langsung menghabiskan sisa air yang tinggal setengah gelas. Setelah habis dan sadar, Claire langsung melihat gelas itu dan berteriak kesal sambil menghentakkan kaki dan tubuhnya. Ia dan Arjoona minum di gelas yang sama, itu makin membuat Claire kesal setengah mati.
Kenanga makin tidak bisa mentolelir lagi sikap Louis yang cuek padanya. Ia akhirnya datang ke apartemen Louis setelah tidak bisa menghubunginya sama sekali. Louis yang membuka pintu hanya bisa mendengus kesal.
"Kamu gak senang aku datang?" ujar Kenanga kesal melihat Louis yang bahkan tidak menyuruhnya masuk. Louis hanya mendengus dan berjalan ke ruang tengah. Sekarang sedang weekend dan ia berada di apartemennya sendirian sambil menyelesaikan beberapa laporan.
Louis kembali ke beberapa dokumen yang membuatnya sibuk beberapa saat tadi. Kenanga mengikuti Louis ke ruang tengah itu dan duduk disebelahnya. Setelah melihat kesibukan Louis, ia pun bersikap lebih manis. Tangan Kenanga kini mulai membelai pundak Louis.
"Aku kangen kamu Lou," ujar Kenanga setengah berbisik. Louis menarik nafas sebelum menoleh pada Kenanga di sebelahnya.
"Kenanga ini salah, kita udah berselingkuh dibelakang Claire, kita harus berhenti," balas Louis mencoba menghentikan maksud Kenanga padanya.
"Apanya yang salah? Kita saling suka satu sama lain," Louis mendengus dan terdiam.
"Aku pacarnya Claire dan kamu sahabatnya," Kenanga menyandarkan kepala nya di pundak Louis.
"Aku udah jatuh cinta sama kamu sejak lama, kenapa kamu gak kasih aku kesempatan yang sama?" gumam Kenanga setengah memeluk Louis. Louis tidak bisa memungkiri jika Kenanga memang gadis yang menarik dan ia merasa bimbang di dalam hatinya kini.
"Apa yang kamu harapin dari Claire? Dia udah jadi istri orang lain sekarang," Louis masih diam. Ia tau bahwa kenyataannya kini Claire sedang terikat pernikahan dengan pria lain.
"Aku udah janji untuk menunggu dia hingga dia cerai dari laki-laki itu," ujar Louis kemudian. Kenanga menegakkan lagi kepalanya dan memandang Louis.
"Bagaimana jika mereka malah gak bercerai? Siapa yang tau apa yang sudah mereka lakukan? Mereka tinggal bersama Lou, dan Claire menggantung kamu sendirian disini," Louis terus memandang Kenanga dan kenyataan pahit yang harus ia terima. Ia memang tidak begitu mencintai Claire, setidaknya itu yang ia rasakan saat ini.
Hati Louis mulai goyah dan membiarkan Kenanga masuk perlahan. Jemari Kenanga menggenggam jemari Louis. Ia menyandarkan kepalanya di dada Louis dan pria itu akhirnya melingkarkan lengan dan memeluk Kenanga.
"Biarkan aku membuktikan rasa cintaku sama kamu, kamu gak akan menyesal, kasih aku kesempatan" gumam Kenanga dan disambut helaan nafas Louis. Louis akhirnya memeluk dan mencium kepala Kenanga setelah berfikir lama. Kenanga tersenyum bahagia mendapat respon seperti itu dari Louis.
Benar apa yang dikatakan oleh Kenanga. Apa yang Louis harapkan dari hubungannya dan Claire kini. Dua tahun itu bukan waktu singkat untuk menunggu seseorang. Haruskah Louis mengorbankan dirinya untuk Claire selama itu? Apakah cintanya sebesar itu pada Claire?. Rasanya tidak.
Louis dan Kenanga akhirnya menghabiskan waktu weekend berdua di kamar Louis. Hubungan perselingkuhan itu berlangsung tanpa ada hambatan sama sekali. Sementara Claire yang polos mengira kekasihnya tetap setia menunggunya, hingga ia menyelesaikan kontrak pernikahannya dengan Arjoona.
Senin pagi wajah Arjoona kembali seperti biasa, mulai bersemangat dan ceria. Dua hari weekend kemarin ia habiskan dengan saling berdebat dan bertengkar bersama Claire. Entah mengapa tiap kali ia habis berdebat hal yang tidak jelas dengan Claire, semangat Arjoona pasti kembali. Ia mulai suka menggoda gadis itu dengan membuatnya kesal setiap saat.
Terlebih jika Joona mengolok tinggi Claire yang imut dibandingkan dirinya yang tinggi. Claire paling sebal jika Joona mulai mengolok tinggi tubuhnya karena itu adalah bagian tubuh yang paling tidak ia suka.
Siang harinya Arjoona yang telah kembali ke mood baiknya harus mengantarkan setumpuk laporan pada manajer produksi di kantor Winthrop. Seperti biasa ia mengantarkan sendiri laporan itu pada manajer.
Sambil membawa trolley dokumen, ia masuk dan mendorong setumpuk berkas seperti biasa. Mata Arjoona lalu menangkap sosok Claire berdiri dan sedang memberi pengarahan pada seorang manajer. Tidak sadar Joona tersenyum tipis dan sedikit menunduk hingga manajer produksi menegurnya.
"Kenapa kamu senyum-senyum? Ada yang lucu ya?" tegur manajer itu dan Arjoona menggeleng. Seluruh pegawai Winthrop tau bahwa Arjoona dan Claire tidak akur dan kerap bertengkar. Mereka menjuluki keduanya sebagai musuh besar.
Arjoona meneruskan kegiatannya dengan meletakkan seluruh dokumen itu di tempat biasa hingga Claire yang mendatangi manajer produksi lalu menegurnya.
"Kenapa semua dokumen dibawa kemari, udah diperiksa belum semuanya?" Claire langsung menyerang dengan mode bossy nya pada manajer produksi. Ia hingga meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Ini mau diperiksa sama manajer produksi, ibu CEO," jawab Arjoona menyindir. Manajer produksi itu menutup mata karena tau bahwa Arjoona sedang membantah singa betina tidur.
"Harusnya kamu periksa dulu sebelum dibawa kemari," Arjoona melepaskan nafas berat.
"Semua ini rekapitulasi seluruh laporan dan sudah pasti aku periksa sebelum dibawa kemari," Claire mendelik kesal. Arjoona seperti sedang mengajarinya. Tentu saja ia tau aturannya.
"Kamu sedang ngajarin aku ya?" hardik Claire lagi.
"Kamu yang nanya, ya aku kasih tau!" Claire makin kesal. Ia sekarang hendak menunjuk wajah Joona yang menantang nya.
"Kamu itu..." belum sempat Claire menyelesaikan omongannya ia sudah dipotong Anggi, sekretarisnya.
"Maaf bu, pak Keith Barnett nyari ibu di kantor. Katanya penting," bisik Anggi. Tapi Arjoona masih bisa mendengar. Claire menoleh pada Anggi dan mengerutkan keningnya. Ia pun tidak meneruskan lagi konfrontasi nya dengan Arjoona. Arjoona yang tau bahwa Keith mulai datang lagi ke kantor mencari Claire lalu menahan lengannya.
"Kamu mau kemana?" tanya Arjoona mencekal lengan Claire. Anggi yang melihat perilaku Arjoona mencekal lengan Claire hingga terkejut.
"Mau ke kantor, apa urusan kamu?" balas Claire memandang Joona dengan kesal.
"Aku ikut,"
"Mau ngapain?" Arjoona menarik lengan Claire tanpa merasa aneh
"Udah, yang penting aku ikut," Claire melepaskan lengannya dari Arjoona dan terpaksa membiarkan Joona ikut masuk ke ruangannya. Arjoona tidak akan membiarkan Claire dimanipulasi oleh ayah tirinya itu.Ia mengikuti Claire hingga ke kantornya dengan pandangan Anggi yang aneh padanya.
Keith sudah menunggu Claire sambil duduk di sofa di dalam ruangannya. Begitu ia melihat Claire ia langsung bangun dan tersenyum namun senyumannya hilang begitu melihat Joona yang mengikuti Claire.
"Ah sayang, papa mau bicara denganmu, berdua saja," ujar Keith meliirk pada Joona. Claire mengangguk dan berbalik melihat Joona.
"Kamu keluar dulu nanti kita bicara lagi," Arjoona yang semula melihat Keith lalu melihat Claire dengan mengerutkan kening. Ia kemudian tersenyum dan menjulurkan kedua tangannya membelai lengan Claire.
"Aku gak akan kemana-mana sayang, aku akan nemenin kamu disini, hmm," ujar Joona dengan kalimat aneh sambil tersenyum manis. Giliran Claire yang mengerutkan kening, apa maksud dari semua ini?.