Rumah bergaya art deco peninggalan jaman Belanda itu terletak idi tengah permukiman warga, toko dan jalan utama yang selalu dilalui oleh kendaraan bermotor, mobil dan orang-orang yang hanya sekedar lewat di depan rumah itu.
rumah besar berlantai satu dengan halaman yang cukup luas, yang kini tertutup rerumputan tinggi ada dua pohon besar didepan rumah, rumah pun tampak kusam kaca jendela pada pecah entah oleh siapa, pintu kayu yang nampak terbuka dan memang di dalamnya kosong tanpa ada perabotan. Dulu ada yang mengurusnya tapi sayang kini telah tiada hingga memang tak terurus.
Konon menurut cerita rumah besar itu bukan dihuni oleh orang Belanda walau bergaya eropa. Justru pemiliknya adalah orang pribumi seorang saudagar kaya dan punya pangkat setingkat Wedana atau bupati. Bernama Raden Broto Kusumo, dia memiliki perkebunan teh di pegunungan Halimun yang jaraknya cukup jauh, Perkebunan teh pertama yang didirikan oleh orang pribumi.
Rumah tua ini dulu adalah yang paling besar setara dengan bangunan milik orang Belanda, dan dulu jalan tersebut adalah kompleks perumahan elit kaum Belanda, kiri kanan sebelah rumah pemiliknya rata-rata orang Belanda. Dan menjadikannya satu-satunya orang pribumi yang tinggal di situ.
Raden Broto Kusumo ternyata sangat dekat dengan orang Belanda bahkan kehidupannya mengikuti mereka, kebarat-baratan setiap waktu tertentu diadakan pesta mewah di rumah tersebut. sikapnya itu tak lepas karena di sekolahkan khusus orang Belanda, pribumi pun boleh tapi mempunyai kriteria khusus yang berpangkat dan dekat dengan orang Belanda.
Dari SD sampai SMU orang menyebutnya sekarang di habiskan di sekolah khusus. Sementara kedua orang tua Broto Kusumo tidak keberatan dengan hal itu. Makanya tak heran ketika membuat perkebunan teh tak ada kendala sama sekali. Selain perkebunan teh, keluarga besar Broto Kusumo mempunyai perkebunan tebu untuk membuat gula dan juga perkebunan kopi. semuanya adalah bahan komoditi yang cukup mahal pada saat itu.
Raden Broto Kusumo lahir di tahun 1910 di Batavia, Ayahnya masih keturunan Jawa sementara ibunya Sunda. Ketika mereka pacaran keduanya melanggar adat tradisi masing-masing yaitu perjodohan dan juga ada mitos keturunan jawa dan sunda tidak boleh menikah atau bersatu tapi mereka tetap pada pendirian dan akhirnya di setujui dengan satu syarat. Dan mereka menyetujuinya, dari pernikahan itu di karuniai 5 orang anak, dari semuanya 2 meninggal ketika masih bayi tinggal 3 orang dua perempuan dan satu laki-laki. Raden Broto Kusumo putra bungsu. Nama Raden di dapat karena kedua orang tuanya menyandang status Bangsawan satu dari solo satu dari Sumedang.
Kenapa lahir di Batavia ? Ayahnya Broto adalah seorang pedagang tapi bukan yang biasa, dia menawar rempah-rempah dan komoditi terbaik kepada para orang kaya Belanda, orang chinese dan pribumi kaya. Sementara perkebunan teh dari keluarga ibunya jadi hal itu warisan dari kakeknya. Karena aktivitasnya itu membuat tinggal cukup lama di Batavia.
Pada tahun 1928 ketika usianya 18 tahun dia diijinkan kedua orang tuanya kuliah di Den Haag Belanda, Saat itu sangat jarang orang pribumi untuk kuliah ke sana. lagi-lagi karena kekayaan keluarganya dan mendapat rekomendasi dari guru sekolah Belandanya. Selain kuliah Broto pun belajar alat musik yaitu Biola dan piano serta musik klasik.
Di Kampus ada beberapa mahasiswa yang berkumpul dan berdiskusi tentang nasib rakyat dan bangsa yang ingin lepas dari belenggu bangsa Belanda yang sudah cukup lama menjajah. Broto awalnya tidak perduli karena menurutnya tidak semua orang belanda itu jahat ada yang baiknya. Tapi semua itu berubah dan ikut dalam kelompok perkumpulan ini.
Apalagi ketika mendengar kabar di cetuskannya sumpah pemuda yang di selenggarakan jauh ditanah kelahiran Indonesia, berita itu di muat di salah satu surat kabar di Belanda. membuat para pemuda indonesia di Belanda menjadi lebih bersemangat. Ketika teman-teman memutuskan pulang ke tanah air, Broto memilih melanjutkan kuliah di Belanda.
Pada tahun 1934 Broto pulang ke tanah air setelah berhasil menamatkan kuliah Belanda dengan hasil memuaskan dan menyandang gelar sarjana. Sesampainya di tahah kelahirannya Batavia dia pun langsung menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin perusahaan.
-------------
Pada suatu malam, tepatnya jum'at kliwon. Terlihat seorang nenek bungkuk berjalan dengan tertatih dengan menggunakan tongkat di gelapnya malam yang sepi. di belakangnya terlihat dua sosok mengikutinya yang satu lelaki berambut pirang dan yang satu seorang perempuan bermata sipit.
"Kita akan kemana mbok ?" tanya si lelaki pucat berambut pirang bertubuh tinggi besar dengan aksen Belanda. tapi perempuan tua di depannya tidak menjawab pertanyaan si lelaki tetap berjalan.
"Sudahlah, jangan banyak bicara ikuti saja dia !" ujar perempuan di sampingnya mengingatkan lelaki Belanda itu.
Kalau dilihat sekilas mereka seperti manusia pada umumnya tapi bila di perhatikan maka akan melihat sosok yang cukup mengerikan, lelaki berambut pirang memakai seragam tentara Belanda, atasan biru dan celana putih lengkap dengan atribut topi, sepatu bot, pedang di pinggir dan pistol. tapi di dadanya bolong akibat tusukan benda tajam, bajunya kotor. muka pucat dan matanya sedikit hitam. dipinggir bibirnya masih ada noda darah.
Sedang yang perempua, rambutnya hitam sedikit berantakan di dadanya ada dua buah bekas tusukan di dada dan di pinggangnya, memakai gaun khas cinese berwarna putih yang terkena noda darah berwajah pucat. mereka bertiga tidak akan terlihat oleh mata telanjang karena ketiganya mahluk astral !
"Kita sudah sampai !" si nenek berhenti dan menunjuk sebuah rumah besar di depannya. sementara yang lain hanya menatap ke arah bangunan.
"mbok yakin ?" tanya di lelaki bertampang Belanda.
"Iya mbok coba lihat ! setidaknya tempat ini sudah penuh !" lanjut si perempuan chinese.
lagi-lagi kalau dilihat dengan mata manusia rumah itu hanya rumah kosong tidak terurus, gelap, dan kotor. Tapi tidak bagi ketiganya ! mereka melihat rumah itu penuh, ramai dengan mahluk astral yang berbeda-beda Dari yang berwujud raksasa, binatang, sampai kuntilanak dan pocong !
semuanya seperti punya rumah dan tempat kekuasaannya masing-masing di rumah tua itu dari halanan depan, rumah dan halaman belakang Keduanya melirik pada si mbok.
"tentu saja, di sini kita akan tinggal ! aku suka tempat ini !" jawab si mbok terlihat tenang tidak takut sedikitpun.
"ya, sudah terserah si mbok ! tapi kami tak mau ikut campur !" ujar keduanya.
"tentu saja, hi ... hi ...! sudah lama aku tidak berkelahi !" si nenek tertawa mengerikan yang mendengarnya.
Dia pun menggerakan tongkatnya dan merapalkan sesuatu mantra dari mulutnya, entah dari mana datangnya banyak sekali ular dari berbagai jenis dan bentuk dan kini mereka masuk ke dalam rumah tua itu. Sepertinya si nenek ingin mengusik dan mengganggu penghuni rumah tua yang sudah lebih dulu tinggal disitu.
Tak lama reaksi dari mahluk itu pun muncul di hadapan mereka kini berdiri berbagai mahluk dari berwujud Raksasa berwarna hijau dan bertaring, Siluman monyet, Ular dan harimau dan lain-lain. mereka ingin tahu siapa yang mengusik tempat tinggal mereka.
"Hai nenek kenapa kamu mengganggu tempat ini ?" tanya salah satu dari mereka.
"hi .. hi .. hi .. ! aku ingin kalian pergi dari sini ! mulai saat ini tempat tinggalku !" jawab si nenek dengan tertawa keras melengking membuat siapapun merinding.
"Ha ... ha ... ! si nenek rupanya sudah sinting ! cari saja tempat lain ! ini tempat kami, yang sudah lama tinggal di sini ! tapi kami berbaik hati ada satu kamar yang kosong kurasa cukup untuk kalian bertiga !" ujar mahluk bertubuh tinggi besar. tingginya melampaui rumah itu sendiri.
Si nenek hanya tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan para mahluk di depannya.
"hi ... hi ... ! asal kalian tahu ya, aku lebih lama dari kalian ! aku tahu kaliah belum lama di sini ! dan sekali lagi aku ingin semua pergi sekarang ... kalau tidak aku usir kalian semua !" si nenek tidak takut berhadapan 5 sampai 10 mahluk astral sekaligus.
"Hai coba lihat si nenek sombong ini ! dia menantang kita ! ayo kita habisi saja mereka !" teriak salah satu mahluk.
"cucuku kalian minggirlah ! sepertinya mereka ingin bertarung dan ambilah ini dan pakai di leher kalian awas jangan di lepas !" si nenek melempar sesuatu kepada si lelaki berambut pirang dan perempuan chinese ternyata kalung bumga kantil ! dan tanpa banyak berbicara mereka memakai di lehernya. dan secara ajaib keduanya berubah menjadi sosok manusia ! kini di hadapan mereka hanya sepinya jalan, tubuh seram mereka pun kini hilang ! walau begitu mereka bisa merasakan sesuatu entah apa itu.
Bersambung ...