Chereads / A Guy With Cold Face / Chapter 3 - [3] Looking For New House

Chapter 3 - [3] Looking For New House

Pagi itu mereka sarapan dengan beberapa lembar roti tawar dan selai. Usai tragedi 'omelet garam' Feng Xin benar-benar melarangnya untuk menginjak dapur. Sebagai gantinya ia yang akan menyiapkan sarapan dan membiarkan Xie Lian berdiam diri dengan hati bersalah.

Tidak diduga. Baru saja Xie Lian menyuap roti tawar, Feng Xin membuka suara dan menyinggung topik sensitif yang sangat dihindari Xie Lian.

"Kapan kau pindah?"

Nada bicaranya terdengar dingin, walau Xie Lian tahu Feng Xin memang selalu bersuara seperti itu tetap saja membuat hati Xie Lian diliputi perasaan gelisah. Xie Lian berhenti mengunyah dan menelan bulat-bulat roti yang belum sepenuhnya hancur itu kedalam perutnya.

Jemari Xie Lian saling tertaut, beberapa saat ia kesulitan menjawab. "Bisa beri aku waktu lagi?"

Ia tentu tidak mau membuat Feng Xin marah dengan mengaku bahwa dirinya bahkan sama sekali belum mencari rumah baru. Selain karena belum punya uang, ia juga selalu sibuk bekerja akhir-akhir ini.

Feng Xin menghembuskan napas kasar, Xie Lian tahu perasaan hatinya selalu mendung sejak dirinya tinggal di sini. Berusaha menghibur, Xie Lian buru-buru berbicara, "Aku akan mencari rumah hari ini, sungguh!"

Beberapa saat pemuda itu tidak menjawab, ia beranjak dan membawa piring kotor ke bak cuci. Melihatnya membuat Xie Lian berpikir Feng Xin sedang marah. Baru Xie Lian hendak membuka mulut, Feng Xin berbalik dengan kening berkerut samar. "Aku akan menanyakan tentang rumah pada beberapa temanku. Kau tak perlu berterima kasih."

"....."

Dia benar-benar ingin aku pergi!

××××××

Libur akhir pekan tidak disia-siakan, Xie Lian siang itu pergi keluar, menggali informasi tentang apartemen sewa dengan harga murah. Ia sudah berkeliling kota Guangzhou selama tiga jam dengan berjalan kaki namun sesudahnya hanya bisa menelan pil pahit. Dalam hati ia memaki kepadatan penduduk China yang seperti banjir itu sehingga hampir semua tempat yang ia datangi penuh. Andaipun ada satu atau dua kamar yang belum terisi, harganya nyaris membuatnya menangis dan mau tidak mau menyerah.

Lelah usai berjalan berjam-jam, Xie memutuskan beristirahat dengan sebotol air mineral di kursi yang tersedia untuk pengunjung minimarket. Ia mengeluarkan dua lembar kertas koran dari tas selempang nyaris jebol miliknya. Membaca dengan hati-hati list iklan rumah/kamar sewa yang belum ia kunjungi. Merasa cukup istirahat, Xie Lian bangkit dari kursi dan mendekati kasir untuk membayar air mineral yang ia minum.

Begitu tangan kurusnya masuk ke dalam tasnya, Xie Lian merasa seperti diguyur air dingin saat badai salju. Tubuhnya membeku, ia terpaku tidak bisa bergerak. Pandangannya kosong.

Dompetku... Dimana?

"Jumlahnya 2 yuan tuan.." Penjaga kasir itu mengingatkan, melihat wajah Xie Lian yang mendadak berubah warna mau tidak mau membuatnya memasang wajah curiga. Apa orang ini tidak bisa membayar? Hanya 2 yuan!

Xie Lian gemetar, bukan karena tatapan intimidasi penjaga kasir. Kepalanya pusing memikirkan dimana kehilangan dompet jeleknya itu. Ia ingat betul memasukannya ke dalam tas tadi pagi, mirisnya semua gaji yang baru ia dapatkan ada di dalam dompet itu. Uang untuk sewa rumah!

Melihat pelanggannya belum juga mengeluarkan uang, penjaga kasir itu mulai kesal. Ia hendak membuka suara namun tiba-tiba sudah dipotong pemuda di depannya.

"Tunggu!!"

Apa yang dilakukan Xie Lian selanjutnya spontan membuat penjaga kasir terngaga dan melongo tidak percaya. Xie Lian berjongkok di lantai minimarket, mengeluarkan seluruh isi tasnya ke lantai lalu mengobrak-abrik barangnya. Wajah penjaga kasir berubah biru, beruntungnya saat itu hanya Xie Lian yang ada di sini, andaikan tidak mungkin ia sudah membuat para pelanggan lain gempar karena memperlambat antrian.

Xie Lian menggigit bibir frustasi karena tidak juga menemukan dompetnya, ia meraih kembali tasnya dan perlahan memasukan kembali barang-barangnya. Namun sepasang matanya melebar melihat sepotong bulatan kecil di bawah tasnya. Itu lubang!

Tasku berlubang! Sejak kapan? Itu berarti kemungkinan dompetku jatuh?!

Xie Lian ingin mencabik-cabik wajahnya sendiri, seharusnya ia mengikuti hati nuraninya untuk mengganti tas dua bulan lalu. Singkatnya, ia menuai apa yang ia tabur.

"Tuan! Mau membayar atau tidak?!" Penjaga kasir itu meraung marah.

Xie Lian mendongak, menatapnya lalu tersenyum bodoh. "Aku boleh tidak membayar?"

"Tentu saja tidak boleh!"

"Dompetku hilang, aku tidak punya uang. Bisakah teman ini sedikit mengasihani pemuda malang sepertiku, lagipula aku hanya meminum sebotol air mineral. Bukan sesuatu yang mahal!"

"Ini bukan bisnisku, aku bawahan disini! Bosku cukup kikir, ia tidak bisa melihat kerugian satu yuan pun atau dia akan menghukumku."

Xie Lian menghembuskan napas, baru ia hendak kembali berbicara, suara berat jernih terdengar dari balik punggungnya.

"Biar aku saja."

Xie Lian menoleh dan mendapati pemuda dengan balutan kemeja merah maroon mengulurkan tangan lalu meletakan selebar uang seratus yuan di depan penjaga kasir.

"Kau.."

Penjaga kasir itu menghela napas lega lalu membuka laci mesin kasir untuk mengambil kembalian. Xie Lian menatap lekat pemuda di belakangnya, begitu dua pasang mata itu saling tertaut, pemuda itu mengangkat alis. Mungkin merasa konyol melihat wajah berantakan Xie Lian.

Begitu menerima kembalian, pemuda itu langsung berbalik dan keluar melewati pintu. Xie Lian buru-buru menyelendangkan tasnya lalu bergegas menyusul. "Tunggu..teman ini! Tunggu sebentar." Teriak Xie Lian membuat pemuda berkemeja merah itu berhenti.

Pemuda itu berbalik menghadap Xie Lian yang memegang lutut. Ia tersenyum, "Gege ini memanggilku?"

"Tentu saja, kau pikir siapa lagi.."

Pemuda itu tidak menjawab.

"Terima kasih sudah membayar minumanku, aku akan mengganti uangmu.. Nanti." Sambung Xie Lian dengan suara lirih di kata terakhir.

Pemuda itu menggeleng pelan, "Kau tidak perlu menggantinya, itu hanya sebotol air mineral. Lagipula bukankah dompet gege hilang?"

"Darimana kau tahu?"

"Aku mendengarnya." Jawab pemuda itu. "Kau juga terlihat mengobrak-abrik tasmu seperti orang gila."

"....Kau melihat itu juga?" Xie Lian menahan diri untuk tidak membenturkan kepalanya sendiri karena malu.

Pemuda itu tersenyum, nampak menahan tawa lalu kembali tenang beberapa saat kemudian. "Jadi.. Apa dompetmu dicuri?"

Xie Lian hendak menjawab 'ya' mengingat alasan sebenarnya 'jatuh karena tasku berlubang' terasa cukup memalukan. Namun belum juga mengangkat suara, pemuda itu lebih dulu menginterupsi.

"Atau terjatuh karena tasmu berlubang." Sambungnya membuat rahang Xie Lian jatuh.

Tepat sasaran!

Xie Lian menenangkan diri dengan batuk sebentar lalu membuang napas. "Kau melihatnya cukup banyak rupanya."

Pemuda itu tidak menjawab, hanya mengangkat alis dengan senyum tipis.

"Pokoknya saat aku menemukan dompetku, aku akan mengganti uangmu, oke.." Xie Lian buru-buru menambahkan, "Jangan menolaknya, walau itu murah tetap saja uang adalah uang. Itu berharga."

Pemuda berkemeja merah mengangkat bahu lalu mengangguk setuju. Namun apa yang diucapkan berikutnya membuat Xie Lian tercengang, "Aku bisa membantu gege mencarinya."

Xie Lian terdiam sesaat, heran sekaligus bingung. "Tapi kenapa?"

"Tidak ada yang spesial, aku hanya luang dan bingung mau melakukan apa.. Rumahku juga tidak jauh dari sini." Balas pemuda itu nampak santai dan fasih, "Jadi bagaimana?"

"Tapi aku tidak yakin akan cepat menemukannya, mungkin memakan waktu lama. Aku tidak mau membuang waktumu."

"Tidak masalah."

Xie Lian terdiam sejenak lalu mengangguk kecil. "Kalau memang itu alasanmu, baiklah.. Pertama aku ingin mencarinya di sekitar komplek apartemen, mungkin dompetku terjatuh di sana."

"Roger."

Xie Lian berbalik dan berjalan mendahului pemuda itu, baru beberapa langkah ia tersadar akan sesuatu. "Teman ini, siapa namamu?"

Pemuda itu menopang kepala dengan dua tangan, menunjukan pose malas lalu menatap Xie Lian begitu ia bertanya, ia tersenyum dan menjawab.

"Namaku San Lang."

Bersambung...