"Aku mau pergi ke kantor, Bu. Izinkan aku pergi. Aku harus bertemu Tristan," ucap Haruna di tengah isakan tangisnya.
"Iya. Tapi ada apa sebenarnya? Kenapa Non bertingkah seperti ini?" tanya Sinta sambil mengusap lembut puncak kepala Haruna.
"Maaf, Bu. Aku tidak bisa mengatakannya pada Ibu." Haruna menyeka air mata yang masih menetes meski sudah berkali-kali ia menyekanya.
Sinta hanya bisa menghela napas pelan. Haruna terlihat sangat rapuh dan frustrasi. Sinta terenyuh, ia seakan melihat kembali Haruna yang dulu. Haruna yang ditindas dan tersiksa oleh kelakuan Tristan. Apakah Tristan kembali menyiksanya? tanya Sinta dalam hati.
Haruna keluar dengan tergesa-gesa. Ia ingin menanyakan hal itu secara langsung. Ia bisa saja menanyakannya di telepon. Tapi, Haruna ingin melihat sendiri seperti apa wajah Tristan saat bicara. Haruna ingin kejelasan, apakah Tristan benar-benar tidak menginginkan benih cinta itu.
