Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 24 - Salzburg, Austria

Chapter 24 - Salzburg, Austria

Terbangun oleh aroma kopi dan cahaya pagi yang mengintip malu malu, nafas pagi di musim semi menandakan bumi yang hangat segera tiba. Aku melirik jam dinding di dalam kamar ruangan , 10.15 , Dengan segera aku melompat dari tempat tidur, menyambar handuk mandi, mengingat janji dengan Yura di jam 11.00 pagi, dengan tujuan Salzburg, Austria. Dalam 20 menit setelahnya aku sudah siap dengan ransel di pungung ku, mengecup pipi Valter dan bergegas pergi, meninggalkan Valter yang mengeleng gelengkan kepala melihat kelakuanku.

-

Pemandangan disepanjang perjalanan dari kota Munich ke Salzburg membawa sepaket keromantisan tersendiri, melengkapi cerah ceria warna hati di hari ini. Nampak danau yang indah dengan latar belakang pegunungan alpen yang berkilau dan puncaknya yang putih karena salju. puncak-puncak yang megah dengan lembah yang memesona.

Salzburg adalah kota keempat terbesar di negara Austria yang juga merupakan kota kelahiran komponis besar dunia 'Wolgang Amadeus Mozart' sang pemilik karya karya jenius yang abadi hingga kini.

Nampak dari kejauhan Hohensalzburg Fortress atau benteng Hohensalzburg yang terletak di puncak bukit Festungsberg, seolah menyapa kami ketika memasuki kota Salzburg.

Benteng Hohensalzburg merupakan sebuah benteng terbesar di Eropa Tengah yang dibangun pada tahun 1077.

Kami tiba di Loft di pusat kota Salzburg tepat dua jam dari jam kami berangkat, tidak ada reception atau seseorang yang menunggu kami untuk cek in, semuanya dilakukan by mesin, kami hanya perlu memilih ruangan, mengisi identitas, melakukan pembayaran dengan atm dan kunci loft akan keluar dari mesin.

" Akhirnya kita tiba, sambil meletakkan ransel di atas meja di dalam Loft ." kataku sambil berjalan mendekati jendela, mataku sibuk hunting melihat apakah ada view yang menyenangkan di luar sana.

" Sudah jam makan siang, ayo kita keluar dan berkeliling kak. " sahut Yura.

-

Aku percaya berkat dan rejeki tidak hanya semata berupa materi dan urusan kebendaan, pemandangan yang indah adalah bagian dari berkat juga rejeki. Dan berada di Austria mengelilingi Mirabell Palace & Garden di musim semi ketika bunga bunga mawar memulai kuncup, siap berbunga dan bermekaran adalah salah satu berkat yang luar biasa.

Mirabell Palace dibangun tahun 1606 sebagai lambang cinta Pangeran Archbishop Wolf Dietrich von Raitenau untuk dipersembahkan kepada sang istri. Mereka pun tinggal di dalam istana ini dan dikaruniai 15 orang anak dan semua hidup bahagia di dalam istana.

Di sebelah Mirabell Palace ada taman yang juga tidak kalah populer, Taman Mirabell Garden dengan ukuran sekitar 5 kali lapangan bola. Hamparan bunga dan rerumputan yang terawat dan di tertata rapi, juga pepohonan memberi kesan sejuk dan tentram. Di sela sela taman dihiasi air mancur dan juga patung-patung bergaya Yunani yaitu Hercules, Aeneas, Pluto, dan Paris sebagai pelengkap.

Di ujung utara dari taman Mirabella yang indah, ada satu taman kecil yang cukup menarik buat kami berdua. Di taman ini terdapat 15 jenis patung kurcaci dengan wajah menyeramkan.

Patung kurcaci yang berasal dari abad ke 17 dibuat dengan pose yang berbeda beda dan konon ada arti yang berbeda beda dari masing masing kurcaci. Diantaranya ada yang memegang sekop sambil memandang ke arah langit yang merupakan simbol dari tukang kebun yang jujur, ada pandai besi, ada yang berkebun, bahkan ada sepasang kurcaci yang asyik bermain permainan pallone ( melempar bola ), permainan yang sangat populer di zaman renaissance.

Ada mitos mengatakan, bahwa dahulu patung patung kurcaci ini bernyawa, sebanyak 28 kurcaci hidup dan melayani pada masa uskup agung di masa itu.

-

Aku menjatuhkan tubuhku di atas rerumputan di pojok taman yang cukup sepi dari keramaian pengunjung menunggu Yura yang sepertinya belum puas mengelilingi tempat ini, hari sudah memasuki senja, sepertinya tidak akan cukup waktu untuk dapat mengelilingi tempat lain di Salzburg, aku juga sepertinya kurang istirahat karena sibuk melompat dari satu kota ke kota lainnya.

Aku merenggangkan badan ku dan menjatuhkan tanganku ke belakang badan diatas rerumputan, tanganku menyentuh sesuatu yang pasti itu bukan lah rumput, ah,, sebuah tas pinggang disana, tas pinggang berbahan kanvas berwarna abu hitam dengan aksen orange cerah, dan sedikit bahan kulit di bagian atas. aku meraih tas pinggang itu sambil celenguk melihat siapa tau pemilik berada tidak jauh dari taman.

Menit berikutnya aku kaget dengan getaran yang berasal dari dalam tas, dengan hati hati aku membuka kantong zip depan dan merogoh benda di dalamnya, sebuah hp.

" Hello " ucapku.

" Hello... adsajdi sfnlfdff dckdvdvdv dvdvv " suara pria dalam bahasa yang tidak kuketahui, sepertinya ia menggunakan bahasa Germany.

" English Please" jawabku... tuuttt...tuuuuut.....

Sambungan mendadak mati, tidak lama kemudian hp tersebut pun off, kehabisan daya baterai. " fuffft"

-

Setelah mengelilingi kota tua, dan rumah Mozart, kami segera makan malam dan langsung balik Loft, kaki yang pegel sudah terbayarkan dengan pemandangan yang indah.

" Yura, apa kamu punya kabel colokan seperti ini ? " tanyaku sambil memperlihatkan bagian bawah handphone yang kutemukan bersama tas.

" Aku hanya punya ini. " sambil menunjukan kabel colokan yang sama seperti milikku. Aku kemudian merogoh kembali isi di dalam tas, ada sebuah dompet dengan beberapa kartu, dan beberapa lembar uang, dan ada kotak berisi cincin perempuan di dalamnya dengan model sedikit kuno dan butiran diamond indah ditengah.

"Yura, kita harus segera menemukan pemiliknya sebelum kita berangkat besok pagi." ucapku panik. " Barang di dalam ini sepertinya berharga."

" Tapi bagaimana caranya, kak. Kita bahkan tidak bisa mengaktifkan handphone pemiliknya. " jawab Yura

" Aku terlalu letih untuk pergi keluar, kita akan berusaha mengaktifkannya sebelum kita pergi. " ucapku kemudian, sambil membereskan kembali isi waistbag dan menyimpannya ke dalam ransel.

-

Pagi hari yang merepotkan di Salzburg, Austria. Aku dan Yura harus mengelilingi toko demi toko hanya untuk mencari colokan hp, rasanya ingin sekali menangis, ketika melihat semua toko dalam keadaan tutup. waktu sudah menunjukkan pukul 09.05 dan bus yang akan membawa kita ke Hallstatt sebentar lagi akan pergi.

Jika harus menunggu pemberangkatan selanjutnya itu berarti kita harus menunggu 2 jam di depan dan itu akan mengacaukan jadwal kita, dan Yura tidak punya cukup waktu untuk menunggu lebih lama karena kita berencana untuk pulang pergi dan tidak menginap di Hallstatt.

" Kak, semua toko baru akan buka pukul 10.00, sementara kita harus segera berangkat ." ucap Yura dengan cemas.

" Sudahlah, sepertinya tidak ada pilihan lagi. Kita akan pergi, dan akan menghubungi pemilik barang ini ketika kita kembali . " ucapku pasrah sambil berjalan menuju bus yang akan membawa kita pergi.

" Semoga saja kita masih sempat mengembalikannya . " ucap Yura.

🤷‍♂️🤷‍♂️🤷‍♂️