POV Jade
kami tiba di bandara udara Ndjili, kota Kinshasa, Kongo, udara tropis menyambut kami siang itu. Udara panas kebebasan.
"Aku tidak yakin jika kau akan betah disini, sudah kuperingatkan sebelumnya kota ini berantakan," Hafsa menahan tawa sekaligus meledekku,
Tawa dan senyuman itu begitu alami, giginya yang putih menghias kontras di kulit eksotisnya, ini kali pertama kulihat Hafsa lepas dan bebas, jauh berbeda saat dirumah, kadang kita harus berhati hati untuk tertawa, dan berbisik bisik ketakutan, takut kepergok monster neraka.
Aku memeluk Hafsa erat, "apapun itu akan lebih baik untukku berada disini, dan tolong berhenti memanggilku nyonya, aku bukan nyonyamu. Aku sahabatmu, saudaramu."
"Kamu juga pahlawanku, Hafsa. Kita akan memulai hidup kita yang baru." ucapku sambil merenggangkan pelukan.
Sejak saat itu Hafsa memanggilku sister. Terdengar cukup manis.