Aku dan George memutuskan untuk segera kembali ke rumah setelah memastikan venue tempat pesta berlangsung sudah sepi, aku menyesal mengapa tidak membawa serta phone cellku, aku tidak pernah menyangka bakal kejadian seperti ini sebelumnya.
Hatiku masih dongkol jika mengingat kejadian tadi siang bersama Halley, rasa cemburuku rasanya tak tertahan, benakku bertanya tanya akan kebenaran tentang semua yang diucapkan Halley. Benarkah Valter tidak mampu mengusir bayangan Halley di benaknya ? Apakah ini semua penyebab Valter hingga sekarang tidak menuntut hubungan intim yang lebih dariku ? Karena perempuan itu ? Oh... Tuhan, menyesakkan.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, George membuatku lupa akan rasa dongkolku hari ini, pribadinya yang ceria, lebih terbuka dan bebas, baru beberapa jam saja mengenalnya namun seperti sudah mengenalnya seabad.
" Jangan terlalu banyak bersedih dan menatap kebawah, nanti mahkotanya jatuh my Queen. " sahutnya membuatku terbahak malu.
George memakirkan mobilnya sejenak dan memintaku menunggu, ia kembali dalam lima belas menit dengan dua buah ice cream ditangannya, menikmati ice cream yummy di atas porsche 911 Cabriolet dengan atap terbuka dan semilir angin sejuk memainkan rambutmu membuat hatiku tenang dan gembira.
George juga menyeretku turun menaiki sebuah jembatan populer di Frankfurt yaitu jembatan Eiserner Steg, jembatan sepanjang empat ratus meter ini adalah jembatan khusus bagi pejalan kaki yang melintasi sungai Main yang menghubungkan Romerberg dan Sachsenhausen. Dari atas jembatan kita disuguhkan pemandangan kota Frankfurt dari atas sungai, sayup sayup terdengar pengamen yang melantunkan musik traditional Germany.
Bagian menarik dari jembatan ini, sepanjang jembatan berisi puluhan ribu gembok cinta yang terkunci di kedua sisinya, menurut kepercayaan, pasangan yang memasang gembok di jembatan ini akan senantiasa rukun dan langgeng.
Klik... bunyi gembok terpasang, refleks aku mencari tahu apa yang dilakukan George disebelahku, Ahaaaw... dia mengunci sepasang gembok bertuliskan nama nya dan namaku, sambil berlalu pergi dengan terbahak bahak.
" Georgeeeee....apa yang kamu lakukan.... " aku mengejarnya karena sikap jahilnya.
-
Kami tiba dirumah sekitar pukul 19.00 malam, aku segera bergegas menuju kamar mencari phone cell yang ku tinggalkan dirumah. Aku tidak menemukan Valter di dalam rumah, sepertinya dia belum pulang. Tapi kemana ? Aku ingin menghubungi Mia mencari tau keberadaan Valter. Tapi itu mustahil kulakukan, itu sama saja mengangunya.
Aku mulai merasa panik, dan mencoba menghubungi Valter lewat sambungan telp, tapi semua sia sia, phonecell nya bahkan tidak aktif. Aku beranjak keluar dari ruangan kamarku,mencoba mengecek ruangan lain, berharap menemukan Valter disana.
" Nona. " suara wanita dibelakangku memergokiku, ketika aku mengintip ke dalam ruang santai, yang terdapat bilyard didalamnya. Jantungku nyaris melompat keluar saking kagetnya.
" Keluarga sudah menunggu nona di ruang makan. " sahutnya lagi.
" Terima Kasih. Aku akan segera turun." ucapku.
-
Suasana di meja makan tampak sepi dan suram tanpa keberadaan Valter, perutku tak begitu lapar, mungkin karena keadaan hatiku tidak tenang, aku hanya menikmati sedikit salad dan sepotong kentang.
" Kemana perginya Valter ? " sahut mama Maloree membuka percakapan.
" Tadi aku pulang duluan bersama George. " ucapku sambil berusaha menutupi gelisahku.
" Valter sedikit sibuk, jadi kami memutuskan untuk pulang lebih cepat. " ucap George mengunci jawaban agar tidak menambah panjang pertanyaan yang nantinya akan membuat mereka curiga.
" Kami akan pulang ke Munich besok hari ma pa. Aku mohon pamit sebelumnya. " ucapku, sebelumnya kami tidak pernah sepakat untuk segera pulang, namun sepertinya aku tidak tahan berada berlama lama di Frankfurt, akan lebih banyak sakit hati lagi menurutku. Besok aku akan pulang, dengan atau tanpa Valter.
George langsung memandangku dengan tatapan penuh tanda tanya.
" Sepertinya terlalu terburu buru, Jade. " sahut Papa Odolf sambil memandang mama Maloree.
" Aku harap kamu bisa betah di rumah kami. "
" Kamu bisa kembali kesini kapan saja, Jade. " sahut mama Maloree sambil melemparkan senyum.
-
Aku berjalan lesu menyeret tubuhku kembali ke kamar tidur, George menyeret ku dan memaksaku mengikutinya ke sebuah ruangan. Itu adalah ruang santai, tempat menghabiskan waktu bermain sambil menikmati wine, anggur atau beragam jenis minuman lainnya. Kami bermain bilyar sambil menikmati bir, membuat kegelisahan dan lara hati sedikit lebih ringan diselingi canda tawa dari lelucon lelucon yang dilontarkan George di sela sela permainan.
Alarm tubuhku sudah berbunyi, aku merasa sedikit capek dan pusing, akibat emosi dan mungkin mabuk karena seharian ini perutku hanya diisi alkohol dan soda. aku segera pamit ke George untuk balik ke kamar, George menangkap tanganku ketika aku berbalik arah menuju pintu, detik berikutnya aku terpejam dan menemukan diriku berada dalam pelukan George, George mengecup bibirku dengan amat lembut dan hati hati, aku sedikit terbuai sehingga tanpa sadar membiarkan diriku membalas kecupan demi kecupannya dengan mesra, tanganku bahkan melingkar mesra di lehernya dan tanganya memeluk pinggangku dengan erat. Aku merasa seperti melayang di alam antara sadar dan tidak, dimana hormon oksitosin bekerja dengan giat dalam tubuhku.
Menit berikut, aku berusaha keras mengumpulkan sisa sisa kesadaranku dan mendorong tubuh George sekeras yang aku bisa, dan berlari menuju kamar tidurku.
Oh..Tuhan, apa yang barusan aku lakukan. itu tidak mungkin terjadi, itu terjadi di luar sadarku. Aku menyentuh bibirku di depan kaca kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhku berharap dapat meringankan pengaruh alkohol.
Aku memejamkan mata mencoba mengingat kembali menit menit sebelumnya ketika berada di pelukan George, ciumannya begitu lembut dan penuh sensasi, yang jujur aku juga sempat terbuai dan menikmatinya.
Jika saja aku tidak berusaha keras untuk membuka mata dan mengumpulkan kesadaran, bahwa hal itu tidak semestinya terjadi antara aku dan kakak pacarku, pasti aku sedang berada dalam pelukannya dan menghabiskan malam dengannya.
Aku memukul mukul kepalaku dengan tangan, mencoba menghalau pikiran nakal yang menari nari indah di pikiranku. George adalah godaan terhebat dalam hubunganku dengan Valter. Aku bahkan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi semudah itu.
-
Aku terbangun dengan tubuh seberat batu, enggan rasanya untuk beranjak dari tempat tidur dan membuka mata. Tanganku tanpa sengaja menyentuh sesuatu di sebelahku, aku berusaha membuka kedua mataku, di sebelahku ada Valter yang sedang tertidur.
Aku menggeserkan badanku pelan, dan menarik tubuhku ke posisi duduk. Aku mengucek ucek mataku yang masih ngantuk. Ya, itu Valter, orang yang kemarin susah payah kucari, kini berada tepat disampingku dalam keadaan tidur.
Darimana saja Valter ? dan sejak kapan Valter berada di sebelahku ? rentetan pertanyaan kegundahan kemaren menyapaku di pagi hari.
Rasanya belum habis rasa dongkolku akibat Halley, namun sekarang kegundahanku bertambah dengan hadirnya rasa bersalah akibat kejadian semalam.
💕💕💕