Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 34 - Frankfurt, Germany ( 4 )

Chapter 34 - Frankfurt, Germany ( 4 )

" Aku mencarimu sayang. " ucap Valter sambil mengamit lenganku.

" Hei, George. Kapan kamu tiba, mengapa tidak memberitahuku. " sahutnya lagi sambil menatap George.

" Aku baru saja tiba, tidak sempat menyaksikan ceremoni. Aku menemukan wanita cantik ini berada sendiri, aku hanya menemaninya. " sahut George sambil tersenyum.

" Ini Jade, pacarku. " sahut Valter.

Dari kejauhan Carl melambaikan tangan ke arah Valter, sepertinya dia butuh sesuatu. Valter beranjak pergi kembali ke kerumunan tamu.

" Kak, aku titip Jade sebentar. " sahutnya sambil berbalik pergi.

" Hai George, lama tidak berjumpa. " sahut wanita yang berdansa dengan Valter, tanpa sadar sudah berada di sampingku.

" Helo, Halley. Aku baru saja melihatmu tadi berdansa dengan mantan pacar. " " Seperti sebuah reuni kecil, mengingat masa lalu." sahut George setengah berbisik, namun tak luput dari telingaku yang tajam.

Wajahku memerah menahan cemburu ketika mendengar bahwa wanita Germany yang bernama Halley itu adalah mantan pacar Valter.

" Hey, Apakah kalian sudah saling kenal ? " tambah George lagi.

" Aku sudah mengetahuinya, George. Aku tidak akan pernah percaya bahwa Valter akan berpaling dariku. sudah 3 tahun kami putus, dan dia hanya akan selalu kembali padaku, dia tidak akan pernah bisa melupakan desahanku. " ucap Halley dengan wajah bangga dan melirikku sinis.

Wajahku memerah, perutku mendadak mual, aku merasa limbung, dan terbakar cemburu. Aku menatap wajah Halley dengan marah yang tertahan.

" Apakah engkau yakin Valter mencintaimu ? Apakah kamu yakin bisa memuaskannya ? Aku berani bertaruh dia bahkan tidak sanggup menyentuhmu, karena ada bayang bayangku disana. Dia tidak pernah tidur dengan wanita lain selain denganku. " bisik Halley di depan wajahku yang semakin merah.

Halley berlalu dengan langkah yang dibuat seolah olah menonjolkan sisi sensualitas tubuhnya. Aku tidak mampu menahan rasa cemburu dan amarah, dengan susah payah aku menahan air mata agar tidak tumpah, perasaanku benar benar tak karuan.

Aku berjalan pelan duduk menuju bagian gedung yang cukup jauh dari tamu pesta, George membantu memegang tanganku yang menopang tubuh linglungku. Aku tidak mau merusak pesta, dengan emosi dan wajahku yang sembab.

George membantuku menenangkan diri.

" Apakah kamu ada agenda setelah acara ini ? " sahutku lesu.

George menggelengkan kepala. " Apa kau butuh sesuatu ? "

" Bawa aku pergi berkeliling, Aku butuh udara segar untuk mengembalikan moodku. " sahutku lagi.

-

George membawaku berkeliling sebentar menyusuri kota Frankfurt. Frankfurt adalah pusat keuangan utama dan transportasi serta pusat finansial terbesar di benua Eropa.

Kota ini juga adalah tempat kelahiran penulis terkenal Johann Wolfgang Von Goethe yang bekas rumahnya dikenal sebagai Goethe House Museum. Seperti kebanyakan kota di Eropa, kota ini sempat rusak selama Perang Dunia II dan dibangun kembali, Frankfurt memiliki beberapa gedung tertinggi di Eropa, membuatnya terlihat sangat metropolitan di banding kota lain di Germany.

" Kamu ingin kemana, Jade ? " tanya Valter.

" Selama di Frankfurt aku belum sempat bepergian. Biasanya aku menyukai museum yang kaya akan sejarah. " Sahutku melirik ke arah George, yang beberapa kali tertangkap mencuri curi kesempatan memperhatikanku.

" Okay, aku tau kemana harus pergi. " sahutnya tersenyum.

George membawaku ke sebuah tempat dimana menorehkan sejarah kelam bangsa Germany, kami ke pemakaman Yahudi yang berdiri sejak abad pertengahan tahun 1272, yang disebelahnya terletak Museum Judengassi / Museum Yahudi tertua.

Setiap pengunjung yang memasuki areal di berikan selembar topi khas Yahudi sebagai tanda penghormatan kepada arwah yang bersemayam. Pemakaman dikelilingi tembok peringatan Hollocaust, tempat pembantaian lebih dari 12.000 warga Yahudi yang terbunuh di Frankfurt.

Aku melangkah ke dalam area pemakaman yang hening ditemani George, hamparan rumput hijau, diselilingi oleh pepohonan tinggi, membuat kesan suram dan sedih.

"PAda tahun 1828 hampir seluruh ruang di pemakaman telah penuh berisi kurang lebih 7000 kuburan sehingga pemakaman ditutup. Namun pada tahun 1942 kaum sosialis nasional ( Nazi ) yang di pimpin oleh Adolf Hitler menghancurkan sekitar 4666 batu nisan lama dan menumpuknya dengan lebih dari 12.000 jasad baru dari peristiwa pembantaian." ucap George memutuskan suasana hening.

Aku menatap George dengan perasaan tidak karuan, seperti merinding oleh suasana dan iba akan nasib orang orang yang terbaring di lahan pekuburan.

Tempat ini sungguh menyedihkan, nampak hamparan batu nisan dengan tulisan Ibrani yang sudah banyak terkikis, dan tak berbentuk, ada yang masih tegak berdiri, tertutup lumut, dan tanaman, ada yang hanya tinggal bebatuan, dan hanya berjarak beberapa cm antara satu dan lainnya.

Suara burung berkicau riang, ditengah keheningan kuburan. Aku tidak dapat menahan tangis sedih berada lebih lama di tempat ini, terbayang olehku peristiwa mengerikan hasil kebiadaban manusia atas manusia, mereka menderita, dibantai dengan jasad dibuang begitu saja.

Pemakaman di kelilingi oleh tembok panjang, yang di kenal dengan tembok peringatan Hollocaust, di sepanjang tembok tersusun logam logam kecil berbentuk kotak kecil, di setiap kotak tertera nama, tanggal kelahiran, tanggal kematian dari para warga Yahudi yang terbunuh.

Diatas setiap kotak logam, terdapat batu batu kecil, kadang kelopak bunga kecil yang ditinggalkan para sanak keluarga yang datang berziarah, ungkapan doa serta cinta di sampaikan dengan meletakkan batu.

Tembok ini merupakan sebuah peringatan yang memiliki nilai penting bagi sebagian besar warga Germany, tak peduli mereka memiliki darah Yahudi atau tidak. Pembangunannya ditujukan untuk memperingati pemusnahan massal yang dilakukan oleh Nazi terhadap kaum Yahudi.

Peristiwa pembantaian di Germany adalah sejarah pahit yang tidak akan pernah dilupakan begitu saja namun Germany bisa memberikan penghormatan terakhir lewat pembangunan memorial.

Memorial ini membuktikan kepada dunia bahwa luka sejarah bangsa Germany dirawat dan terobati, penghormatan penghormatan kepada para korban tetap terawat dengan baik sebagai bukti sejarah. Agar generasi selanjutnya paham dengan baik bahwa Germany sebuah negara besar di Eropa tidak luput dari kesalahan sejarah.

Hal hal menyangkut Holocaust disimpan dan terdokumentasi dengan baik untuk mencegah pembunuhan rasial (genosida) ini terulang kembali.

Para volunteers Holocaust, baik berasal dari keluarga korban atau dari lembaga- independen termasuk negara, melawan lupa kejadian Holocaust dengan merawat ingatan pada peristiwa tersebut melalui dokumentasi kesaksian berupa audio, rekaman testimonial berupa visual, pendataan dokumen serta menyimpan seluruh benda-benda memorabilia terkait Holocaust karena dengan mengingatnya kita mampu menghargai manusia dan kehidupan tanpa memandang ras, suku atau agama.

" Kamu mudah sekali tersentuh dan menangis, Jade. " ucap George sambil menatapku.

Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum, ada sedikit rasa malu, karena hari ini terlalu banyak menguras emosi di depan George. Aku juga bisa sejenak melupakan kecemburuanku akan Halley.

" Apa kamu sudah merasa lebih baik ? " tanya George, sambil memasangkan seat belt untukku.

Aku menganguk mantap sambil tersenyum.

" Jade, bolehkan aku berterus terang ? " ucapnya lagi.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, mengisyaratkan George agar terus melanjutkan obrolannya.

" Kurasa aku menyukaimu, kamu tampak atraktif di mataku. " ucap George menatap mataku lekat.

" Hanya karena aku menangis ? " ucapku penuh selidik.

George tertawa mendengarnya, " buka tentang itu Jade. " tambahnya.

✡✡✡