"A-apa?" Tuan park sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.
Tubuh tuan park lemas seketika dan luruh kelantai dadanya terasa sakit seperti tertusuk pisau.
"AYAH!!" teriak ketiga putranya dan berlari menghampiri sang ayah yang menyentuh dadanya.
Jimin dan kyuhyun berjalan memapah tubuh lemas tuan park kearah sofa yang ada dikamar itu. Jaehyun di sana hanya bisa diam dan melihat.
Jimin berlari ke arah dapur untuk mengambil air minum untuk sang ayah. Sebelumnya dia sudah merapikan pakaiannya. Para pelayan sudah tidak terlihat disana mungkin sudah kembali ke kamar masing-masing.
Kembali pada kamar jaehyun, disana tiga orang itu masih diam sambil menunggu jimin kembali.
Setelah 5 menit jimin pun kembali membawa gelas berisi air yang berada di tangannya.
"Appa minumlah.." Tuan park meminum sedikit air yang diberikan jimin dan setelahnya memberikannya kembali pada jimin dan menarunya di atas nakas.
"Jelaskan semunya!" Ucap tuan park pada putra-putranya. Mereka masih diam, bingung bagaimana mereka menjelaskan semua pada sang ayah.
"Apa kalian bisu..? JELASKAN SEMUANYA!!" Tegas Tuan park yang mulai tersulut emosinya karena mereka semua hanya diam membisu.
"A-ayah tenanglah.." Ucap jimin menenangkan dan mendekat merengkuh bahu appanya.
"Nak, katakan pada appa apa yang terjadi hum?" Tanya tuan park dengan lembut pada jimin sambil tangannya mengusap pipi lembut jimin.
"A-appa.. Itu....
"Appa, ini semua salahku." Sela jaehyun sambil menunduk tak berani menatap wajah appanya.
"Apa maksudmu jaehyun?" Tuan park menautkan alisnya bingung.
"A-aku.. Aku....
"Dia hampir memperkosa jimin appa.." Sela kyuhyun yang tak sabar lagi dan mereka bertiga dengan cepat menoleh ke arah kyuhyun.
"Hyung!!"
"Kenapa? Kau masih mau membela bajingan ini huh?!" Jimin menunduk tak berani berkata-kata lagi.
"Benar itu jaehyun?"
"B-benar Appa.. M-maafkan aku. aku benar-benar menyesal." Jaehyun mencoba mendekat pada appanya dia bersimpuh memohon maaf.
"Kenapa kau lakukan ini jaehyun-ah? Kau tau kan kalau ini semua salah. Dia adikmu jae seharusnya kau menjaganya bukannya malah seperti ini!"
"A-aku tahu appa aku benar-benar menyesal."
Tuan park memijit pelipisnya karena pening yang menyerang kepalanya.
"Jaehyun-ah ikuti aku kita bicarakan diruanganku" Ucap tuan park yang menatap pada jaehyun.
Tuan park bangkit dari sofa dan berlalu keluar dari tempat itu menuju ruangannya di ikuti jaehyun di belakangnya masih dengan kepala menunduk.
Setelah tuan park dan jaehyun keluar kyuhyun mendekati jimin.
"Jimin-ah.. Apa kau tidak apa-apa?" Tanya kyuhyun dengan nada khawatir.
"Aku tidak apa-apa hyung." Kyuhyun pun memeluk jimin dengan erat dan mengusap punggung adiknya.
"Ayo Hyung antar ke kamarmu." Kyuhyun pun menuntun jimin kekamarnya.
Setelah masuk ke kamar jimin dan kyuhyun membawanya ke ranjang dan menidurkannya setelahnya kyuhyun mengambil selimut dan menyelimuti tubuh jimin menyuruhkah beristirahat.
"Istirahatlah besok kau harus kuliah.."
"Hyung.." Panggil jimin pada kyuhyun dengan pandangan sendu.
"Ada apa hum?"
"Jangan pergi, Hyung disini saja." Mohon jimin pada kyuhyun karena sebenarnya jimin masih takut dengan kejadian yang baru dialaminya.
"Hm.. Baiklah hyung akan tidur disini." Sahut kyuhyun dengan tersenyum.
Jimin pun menggeser tubuhnya untuk memberi tempat untuk kyuhyun merebahkan tubuhnya.
"Hyung, bolehkah aku memelukmu?"
"Boleh saja, kemarilah!' jimin pun mendekatkan tubuhnya dan menempatkan wajahnya pada dada bidang hyungnya. memeluknya erat dan menghirup bau hyungnya yang menenangkan.
Jimin mendongakkan kepalanya melihat wajah tampan hyungnya.
"Hyung, jangan marah lagi pada jae-hyung ya.." Kyuhyun mengernyit bingung. bagaimana bisa dia tak marah dengan jaehyun yang telah menyakiti jimin.
"Bagaimana bisa tidak marah jim dia sudah menyakitimu." Merasa heran dengan adiknya.
"Apa dia sudah melakukannya?"
"Huh..??" Jimin terkejut dan wajahnya merona merah atas apa yang hyung tanyakan.
"Katakan sejujurnya apa dia sudah sampai memasukimu?"
"T-tidak hyung b-belum sampai ke situ." Jimin benar-benar malu atas pertanyaan hyungnya.
"Kau yakin?!"
"Ne hyung."
"Hm.. Sekarang tidurlah. Selamat malam!"
"Ne hyung selamat malam." Akhirnya Mereka pun terlelap.
•••
"Duduklah." Perintah tuan park pada jaehyun.
"Jaehyun-ah, Kenapa kau melakukan itu?"
"A-aku tak sadar dengan apa yang kulakuan. Aku pun benar-benar tak tahu kenapa bisa terjadi. Tapi, yang pasti aku sudah merasakan perasaan yang salah dan terlarang ini sudah lama Appa. aku tak tahu lagi apa yang harus ku lakukan."
Tuan park yang mendengar keluhan putranya hanya bisa menghela nafasnya.
"Jaehyun-ah masalah itu pikirkanlah sendiri karena kau yang punya perasaan itu. Appa hanya bisa mengingatkanmu bahwa jimin adalah adikmu, adik kandungmu. appa ingin kau menjaganya bersama kyuhyun. Jimin, dia sosok yang sangat mirip mendiang eomma kalian. Kuharap kau mengerti jaehyun-ah!"
"Ne appa, maafkan aku. Aku berjanji akan menjaganya. Aku tak akan mengecewakanmu lagi."
"Baiklah kuharap kau benar-benar melakukannya. Sekarang kembalilah ke kamarmu!" Jaehyun membungkukkan badan sebentar dan berlalu kembali ke kamarnya dengan pikirannya yang kacau.
•••
𝙎𝙠𝙞𝙥~ 𝙢𝙤𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜
Pagi ini sangat sunyi setelah melakukan ritual pagi setelah bangun tidur mereka berkumpul di meja makan.Ruangan itu terasa suram dan sunyi hanya ada suara dentingan alat makan.
Kyuhyun, pria itu menyantap makanan di depannya sambil matanya menatap tajam pada jaehyun di depannya, sedangkan jaehyun yang merasa di tatap hanya bisa menunduk dia tak berani menatap wajah kedua adiknya.
"Aku selesai. appa , jae hyung jimin berangkat!" Jimin menyelesaikan sarapannya lebih dulu dan segera pergi karena masih merasa canggung semeja dengan jaehyun.
"Eh.. Tunggu jim, jangan meninggalkanku!! Appa aku berangkat!"
"Ne, hati-hati." Kyuhyun pun bergegas menyusul jimin setelah mengambil kunci mobilnya di atas nakas sebelah tv diruang tengah.
Jimin dan kyuhyun segera menuju kampusnya. Diperjalanan jimin hanya diam menatap keluar kaca mobil disampingnya. Sesekali kyuhyun melirik adiknya, dia khawatir melihat jimin yang seperti itu.
"Jim, kau melamun?" Merasa tak ada respon kyuhyun menyentuh bahu adiknya.
"Jimin-ah..."
"Ah.. n-ne hyung.." Jimin tersadar dari lamunannya dan akhirnya menoleh pada hyungnya.
"Kau melamunkan apa..hum?"
"Tidak hyung, Aku tidak sedang melamun."
"Hahh.. Baiklah terserah kau saja." Helaan nafas terdengar dari bibir kyuhyun. Entah apa yang dipikirkan jimin ia sangat khawatir jimin kenapa-napa karena kejadian semalam.
Mereka berdua sampai di kampus.
Setelah memakirkan mobil mereka berdua segera kegedung kampus.
"Jimin-ah, selamat pagi.. Kyuhyun hyung selamat pagi." Taehyung datang menyusul sahabatnya dengan senyum kotaknya.
"Selamat pagi juga taehyung. Hyung ke kelas dulu jim, tae jaga jimin ne.." Pamit kyuhyun pada jimin dan taehyung.
"Ne hyung!" Jawab mereka kompak.
"Jimin kau kenapa tampak murung hari ini? Apa ada sesuatu yang salah denganmu?" Tanya taehyung khawatir melihat jimin yang seperti itu karena jimin selalu ceria disetiap harinya tapi kenapa sekarang terlihat murung dan diam.
"Ah.. Tae sudah lah aku bosan mendengar pertanyaan yang sama sedari tadi.. Sudahlah aku akan ke kelas." Dengan langkah malas dia memasuki kelasnya dan duduk di tempatnya.
"Yak!! Aku ditinggalkan aishh.. Anak itu!" Taehyung berdecak kesal karena kelakuan sahabatnya hari ini jadi menyebalkan.
•••
"Selamat pagi eomma!!" Di tempat lain jungkook yang sudah turun dari kamar segera keluar rumah untuk berangkat ke kampus dan tak lupa menyapa keluarganya. Kecuali dengan adiknya yah, mereka memang tak pernah akur bila sudah berada di satu ruangan.
"Eh jungkook kamu tidak sarapan dulu?" Tanya eommanya pada jungkook yang sudah akan berlari keluar rumah.
"Paling-paling dia terlambat. kebiasaan! ck." Sahut adik jeon wonho sambil menggelengkan kepala.
Jungkook yang sudah berada di depan pintu masih bisa mendengar adiknya mengejek langsung berhenti berjalan dan membalikan tubuhnya.
"Hey kau! Kenapa mulutmu itu selalu mengolokku hah! Sana balik ke paris untuk apa kau pulang setan?!" Ucap jungkook pedas pada adiknya. Adiknya malah tertawa mendengar ucapan jungkook.
"Hahahh.. Jadi kalau aku setan kau hyungnya setan dong." Jawab wonho sambil terkekeh. Ibunya yang ada disana hanya geleng kepala dengan kelakuan kedua anaknya.
"Aish.. Sialan kau!" Jungkook pun tersulut emosi dia berjalan kearah wonho dan hampir memukulnya kalau saja suara sang ayah tidak menginterupsi.
"Kalian berdua ya benar-benar. Ini masih pagi kalau kalian lupa. Jungkook bukannya kau akan pergi kuliah lihat sudah pukul berapa ini." Ucap tuan jeon pada kedua putranya.
Jungkook pun melirik dinding, matanya membelalak karena jarum jam menunjukankan pukul 8.10 padahal kelasnya dimulai 40 menit yang lalu.
"Oh.. Shit!!" Dia pun dengan tergesa keluar rumah dan masuk kemobil kemudian melajukan mobilnya seperti kesetanan.
"Sialan!! Gara-gara anak setan itu aku jadi terlambat. SHIT!!" Umpat jungkook sambil memukul kemudinya.
Kembali kerumah jungkook. Wonho yang masih dimeja makan sekarang sedang memainkan ponselnya setelah menyelesaikan sarapannya.
"Wonho-ah kapan kau akan kembali kuliah? Sudah satu minggu kau pulang dari paris dan kau masih begitu saja." Ucap tuan jeon pada putra bungsunya.
"Besok appa dan nanti siang aku akan ke kampus menyerahkan beberapa berkas untuk masuk ke sana." Ucap wonho santai masih memainkan ponselnya.
"Kau akan berkuliah dimana?"
"Aku memilih Seoul National University"
"Kenapa tak satu kampus dengan hyungmu?"
"Oh ayolah appa.. Appa tahu kan aku dan hyung seperti apa?" Wonho memutar bola matanya jengah atas pertanyaan sang ayah.
"Baiklah, SNU tidak buruk juga. Ya sudah appa kekantor dulu. Sayang! Aku berangkat.' Ucap tuan Jeon kepada istrinya yang berada di dapur.
Setelah ayahnya pergi wonho pergi kekamarnya untuk menyiapkan yang diperlukan untuk masuk kekampus .
Setelah 15 menit bersiap dia segera pergi menuju ke tujuan sebelumnya wonho pun berpamitan pada eommanya.
"Eomma aku berangkat ne.." Ucapnya pada sang ibu kemudian mengecup pipi ibunya sebentar.
"Kau mau kemana sayang?" Tanya sang ibu melihat putranya sudah rapi.
"Aku ke kampus baruku eomma untuk memberikan beberapa berkas untukku masuk kesana."
"Ah.. Ne. Hati-hati sayang.."
"Tentu eomma" Ucap wonho yang berjalan keluar.
𝙎𝙆𝙄𝙋
Setelah 20 menit menyusuri jalanan seoul wonho sampai ke universitas yang di tuju.
Wonho sudah memasuki gedung kampus itu dan mulai mencari ruangan rector namun ia bingung kemana arahnya sampai di persimpangan gedung dia terlihat bingung mau jalan ke kanan atau kirinya. Dia benar-benar dibuat bingung sampai seseorang menabraknya tak melihat wonho yang ada didepannya karena dia kesusahan membawa banyak buku yang ada di kedua tangannya.
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠..
𝙬𝙤𝙣𝙝𝙤 𝙥𝙤𝙫
Aku sangat bingung saat mencari ruangan rector dan disini sepi sekali aku bingung harus bertanya siapa karena aku tahu saat ini kelas sedang berlangsung.
Aku pun terus menyusuri gedung itu namun tetap sama sepertinya aku mulai tersesat. Aku mengusak rambutku frustasi sampai seseorang menabrak dari arah belakang.
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠..
Aku langsung menoleh dan menunduk orang yang tadi menabrakku jatuh kelantai dengan buku-buku yang berserakan.
"Aw!! Sshh.. Pantatku." Ucap orang itu seraya mengusap pantatnya yamg sakit.
"Ya Tuhan maafkan aku aku tak melihatmu tadi. Apa kau tidak apa ap.....
Akupun berjongkok untuk menolongnya namun seketika aku dibuat menganga terkagum dan gemas melihat orang di depanku.
..Pa?" 'Ya tuhan makhluk apa di depanku ini apa dia malaikat' batinku
"A-aku tak apa-apa. Seharusnya aku yang minta maaf karena aku yang menabrakmu tadi." Wonho terlihat semakin terpesona oleh orang didepannya ini karena senyuman indahnya yang membuat matanya tenggelam.
"Mari ku bantu kau berdiri." Ucap wonho pada orang itu dan perlahan mengangkat tubuh mungil itu.
"Ah terima kasih. Oh Ya, apa kau baru disini karena aku tak pernah melihatmu?"
"Ne aku baru pindah dari paris dan sekarang aku akan berkuliah disini.
Kenalkan aku Jeon wonho.."
Aku pun memperkenalkan diri padanya dan mengulurkan tanganku.
"Park jimin imnida.. Salam kenal" Dia pun menyambut uluran tanganku dengan senyum manisnya.
'Ya Tuhan.. Dia manis sekali.." Batinku.
"Jimin-ssi bisakah kau menunjukan ruangan rektor? Aku ingin memberikan beberapa berkas untuk registrasi."
"Oh, Tentu saja mari ikuti aku, aku akan mengantarmu.. Emh.. Dan tolong jangan memangilku dengan formal seperti itu ne."
"Okey.."
Aku pun berjalan mengikuti jimin dan membawaku ke tempat yang ku tuju.
𝙒𝙤𝙣𝙝𝙤 𝙥𝙤𝙫 𝙚𝙣𝙙
𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠
Sesampainya didepan ruangan rector, jimin pun mengetuk pintu ruangan itu. Sampai suara dari dalam terdengar.
"Masuklah!"
"Permisi tuan! Ada yang ingin bertemu dengan anda." Ucap jimin setelah membungkuk hormat pada sang rector.
"Oh.. Park haksaeng, Suruh dia masuk!" Ucap sang rector pada jimin.
"Ne tuan. Permisi."
Tak berapa lama wonho pun masuk ke ruangan itu.
"Selamat siang tu.. e-eoh.. paman kim?" Ucap wonho pada orang di depannya.
"Wonho? Anak jeon Siwon? Bukankan kau sedang diparis?" Tanya sang rector yang ternyata adalah paman dari wonho serta pemiluk dari kampus ini.
"Iya paman, aku kembali ke korea satu minggu yang lalu karena bosan disana jadi aku memilih untuk pulang." Ucapnya pada sang paman.
"Oh ya paman aku ke sini untuk mengantarkan berkas untuk registrasi." Wonho pun segera memberikan berkas pada pamannya.
"Baiklah aku terima dan besok hari pertamamu kuliah disini. Paman akan tunjuk seseorang untuk menemanimu berkeliling kampus ini untuk memahami kampus ini."
"Paman bisakah jimin saja yang menjadi pemanduku besok?" Pinta wonho pada sang paman.
"Baiklah aku akan menunjuknya!"
"Teima kasih paman" Ucap wonho dengan senyum lebarnya dan membuat sang paman mengernyit heran.
"Ne baiklah, selamat bergabung di universitas ini wonho-ah!.
"Ne paman terima kasih."
Wonho pun segera keluar dari ruangan itu dan menemui seseorang diluar yang dia suruh untuk menunggunya dengan alasan takut tersesat lagi.
"Jimin, terima kasih sudah mengantar dan mau menungguku." Ucapnya pada jimin yang sedang duduk di bangku panjang sebelah pintu ruang rector itu.
"Tentu wonho-ah." Sahut jimin dengan senyumnya yang manis tanpa tahu orang yang didepannya sedang menahan diri agar tak mencubit pipinya gemas.
"Jimin-ah, jam berapa kelasmu selesai?"
"Kenapa memangnya?" Tanya jimin sambil memiringkan kepalanya menatap wonho bingung.
"Aku hanya ingin mengajakmu ke cafe sekedar mentraktirmu minum kopi sebagai rasa terima kasihku."
"Em.. Tentu! JadwalKu nanti selesai kelas pukul 3 sore."
"Oke, aku akan menjemputmu nanti.. Oh ya boleh aku minta nomor ponselmu untuk berjaga-jaga saja."
Ucap wonho penuh harap jimin mau memberikannya.
"Ne tentu.." Wonho pun memberikan ponselnya pada jimin untuk mengetikan nomor teleponnya.
"Ini sudah.."
"Terima kasih jimin-ah, jangan lupa nanti aku akan menjemputmu.." Ucap wonho dengan antusias.
"Ne.."
𝙏𝙗𝙘