Chereads / The Losing Time (Vampire origin) / Chapter 2 - William Dimitri

Chapter 2 - William Dimitri

William Dimitri selalu berpikir, bisakah ia bangkit dari keterpurukan?

Vampir origin iblis mitologi yang dianggap manusia peminum darah berhati dingin. Membuat William tertawa dengan pemikiran yang ia anggap konyol kepada para manusia. Seandainya saja begitu, lebih baik dia seperti itu. Dia memang peminum darah, tapi ternyata dia masih mempunyai hati. Hingga hatinya tidak bisa lepas, dicuri oleh Rosalina Lily yang telah direnggut dari hidupnya. Apa sekarang Rosalina Lily bahagia? Apa kabarnya dia? Dia kecewa pada dirinya sendiri, dia tidak bisa mempertahankan Lily-nya. William tak pernah berpikir untuk kembali lagi pada Klan Ramosas. Pangeran Klan Ramoses yang memilih untuk pergi dari Istana Rams.

'Wilayah kita sudah sangat genting, Klan Morgan kembali menyerang. Will, sungguh kau tak akan kembali? Banyak sekali penghianat busuk. Otak mereka terlalu kuat untuk ditembus pembaca pikiran. Kami membutuhkan pembisik sepertimu. Ayolah Will, kau tidak bisa menyampur adukan masalah wilayah dengan urusan pribadi. Kau tersinggung? Tapi maaf, hargailah klanmu.'

Saudaramu, Louis Alenoer.

Untuk kesekian kali, surat datang dari saudaranya Louis. Digenggam dan dihancur leburkan dalam genggaman tangan William.

"Will," panggil Bio.

"Pergilah," ucap William. Membuat Bio tidak tahu lagi bagaimana membujuk saudaranya untuk kembali.

"Kau akan seperti ini? Kau tidak akan melawan bersama kami?"

"Zorgothi bisa mengatasi semua. Kehadiranku tidak akan ada artinya. Berlatihlah daripada membuang waktu menemuiku," tukas Will meninggalkan Bio seorang diri. Lantas Bio berbalik pergi setelah Will terlihat masuk kembali ke dalam lubang hitamnya. Tak ada gunanya membujuk William si keras kepala.

William memandang luar Kastil dengan tatapan nyalang tajam menakutkan. Ia tak habis pikir, bagaimana Zorgothi membujuk dirinya untuk kembali setelah ia dikelabui, dikepung habis oleh klan Ramosasnya sendiri. Ditinggalkan dengan darah yang mengalir hitam pekat. Gila, pikir William. Jika alasannya ia kembali, itupun hanya karena balas dendam. Ia akan membawa Lyli-nya kembali.

Teralihkan sejenak, wajah William menatap pada gadis mungil dengan ikatan rambut kuda dengan buku di aisan dan kacamata yang bertengger pas di wajahnya. Marry Shania, gadis yang beberapa bulan lalu datang dengan menerobos masuk Rumah kastil. ini memang milik Teresia Liam. Tapi sekarang adalah kediamannya, sejak William menghisap darah semua orang yang berada disana untuk menjadikan mereka sebagai abdinya. William berpikir, mungkin ia juga akan melakukannya pada Marry Shania.

Apa jaraknya terlalu jauh untuk membisikan sesuatu pada pikiran Marry Shania?

Ada hal yang aneh, William tidak mampu membaca pikiran Marry Shania seperti ia tidak bisa melakukannya pada Rosalina Lily dan Barbara Swan. Membuat ia menjadi sedikit penasaran pada Marry Shania. William mencoba menembus pikiran Marry Shania saat melihatnya di halaman belakang beberapa waktu lalu, tepat di bangku yang sangat dekat dengan atap lubang hitamnya, mungkin hanya berjarak sekitar 3 meter. Tapi tidak bisa, pikiran Marry Shania gelap, ia tidak bisa membaca pikiran Marry.

"Marry Shania," coba William Dimitri untuk berbisik memanggil namanya. Membuat Marry Shania seketika menjadi terperanjat seolah ketakutan. William memang tidak bisa membaca pikiran Marry Shania. Tapi ia masih bisa berbisik pada pikirannya seperti yang ia bisa lakukan pada Lily. Marry Shania terlihat beranjak dari kursi duduk membawa segera buku-buku diklatnya, lantas berlari untuk meninggalkan halaman belakang. Membuat William Dimitri pertama kalinya menyeringai tersenyum, sejak Lily-nya dicuri darinya. Mengingatnya kembali membuat William kembali dirundung emosi dengan wajah sedingin es dan tatapan tajam menakutkan.

"Tunggulah aku."

Jaraknya terlalu jauh untuk berbisik pada Lily.