Gheisha terus memikirkan tawaran Icha dan Sammy. Ia tertarik mendengar bayaran yang mereka tawarkan. Namun, ia tidak tahu, apakah ia siap atau tidak untuk terjun ke dunia seperti itu.
"Ghe! Sudah selesai belum?"
"Sebentar, Yan," sahut Gheisha dari dalam ruang loker. Jam kerja mereka sudah selesai, sudah waktunya Yani dan Gheisha untuk pulang. Gheisha sedang mengganti baju dan bersiap untuk pergi ke klub malam.
Sahabatnya itu masih setia mengantarnya ke klub malam setiap hari sepulang kerja di minimarket.
Di seberang jalan, dalam sebuah mobil, Aryk menunggu mereka pulang bekerja. Ia ingin mencari tahu tentang hubungan antara Gheisha dengan DJ Dandelion karena teman mereka sama, Yani. Namun, belum sempat melihat mereka keluar, Icha menelepon Aryk dan menyuruhnya datang ke apartemen.
"Tidak bisa nanti saja?" tanya Aryk. Ia menatap pintu minimarket.
"Tidak bisa! Datang sekarang juga!" Suara teriakan Icha dari seberang telepon itu membuat Aryk menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Iya, iya. Aku kesana sekarang," pungkas Aryk. Dia segera menutup panggilan telepon dari Icha. Dengan berat hati, ia terpaksa pergi.
Saat mobilnya melaju pergi, Yani memperhatikan palt nomor mobil itu yang terlihat tidak asing. Tiba-tiba gadis itu memekik pelan saat mengingatnya. "Itu mobil yang tadi siang parkir di depan. Mobilnya Sammy Orlan!" pekik Yani sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Yan! Kamu kenapa?"
"Ghe, sepertinya kamu jangan berganti baju di sini lagi," ucap Yani memberikan peringatan.
"Kenapa?" tanya Gheisha dengan pandangan aneh.
"Tadi, aku lihat mobilnya Sammy. Aku curiga kalau dia memata-matai kamu. Awalnya aku pikir, itu hanya mobil warga sekitar sini yang parkir sembarangan. Tapi, saat mobil itu pergi, aku ingat dengan nomor plat mobilnya. Itu milik dia, aku yakin."
"Begitu rupanya. Ya sudah, besok kita cari toilet umum di perjalanan saja kalau begitu. Sekarang, mari kita pergi!" Gheisha menarik tangan Yani dan keluar dari minimarket. Setelah mengunci pintu dan rolling door, mereka pun pergi.
***
Aryk tiba di parkiran bawah tanah gedung apartemennya. Ia sangat kesal karena harus kehilangan kesempatan mengikuti Gheisha. Selain ingin tahu hubungan Gheisha dan Dandelion, ia juga ingin tahu dimana rumah gadis itu.
"Ada apa? Aku hampir saja menemukan pujaan hatiku. Aku harap kau benar-benar membawa berita penting," ucapnya sambil menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Ini penting. Kita tidak tahu sesi pemotretan seperti apa yang diminta majalah Self, tapi kita sudah menawarkan pekerjaan itu pada siapa itu … Ghe-Ghe. Kita menawarkan pekerjaan itu pada Ghe-Ghe tanpa tahu konsepnya. Apa kau tahu, baru saja pihak majalah Self mengirimkan konsepnya?"
"Aku tidak tahu. Memangnya apa yang penting? Cuma pemotretan. Pasti sama seperti sebelumnya," gerutu Aryk dengan wajah lelahnya.
"Tidak sama. Konsepnya tentang malam pertama gadis polos dan pria palyboy," ucap Icha.
"Hah?"
"Kaget, kan. Makanya aku bilang ini penting."
"Wah, bagaimana ini? Aku tidak yakin kalau dia mau menerima tawarannya kalau begini," gumam Aryk. Ia mulai memikirkan cara agar Gheisha tetap bersedia menerima tawaran mereka. Menurut orang suruhannya, gadis itu bekerja karena membutuhkan banyak uang. Entah untuk apa uang itu, karena rumah tempat dirinya tinggal itu lumayan besar.
"Ada alternatif yang lain tidak selain Ghe-Ghe?" tanya Icha. Mereka harus siap mencari cadangan jika seandainya Gheisha menolak.
"Tidak perlu. Aku akan membuat surat kontrak sendiri untuknya. Kita masukkan poin, jika dia meminta mundur setelah tanda tangan kontrak, maka ia harus ganti rugi sepuluh kali lipat."
"Gila kamu! Maksudnya, kamu mau menipu dia, begitu?" tanya Icha dengan tatapan tajam ke arah pria itu.
"Aku tidak punya cara lain. Dia sangat cocok dengan peran wanita polos. Kamu juga setuju, kan?"
"Iya, sih. Dia memang sangat cocok, tapi kalau menipunya seperti ini …." Icha tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika gadis itu tahu mereka menipunya dengan surat kontrak tersembunyi.
"Jangan khawatir. Aku akan menanggung konsekuensinya sendiri," ucap Aryk.
"Hah, terserah kau saja. Aku mau pulang," pamit Icha.
"Masih marah? Tidak mau tinggal di sini lagi," canda Aryk.
"Tidak, terima kasih. Aku bisa cepat tua kalau tinggal denganmu lagi. Lagipula, hari ini tunanganku pulang dari Singapura," ucap Icha sambil menaikturunkan kedua alisnya.
"Pamer."
"Biarkan saja. Supaya seseorang iri karena selalu sendiri," kelakar Icha.
Aryk mengerucutkan bibirnya. Ia memang selalu sendiri karena belum menemukan gadis yang cocok dengan seleranya. Tidak terhitung berapa banyak model wanita yang mencoba mendekatinya. Namun, Aryk selalu mengatakan mereka semua palsu.
Bukan rahasia lagi, jika para model wanita yang mendekati Aryk itu semata-mata karena status dan ketenarannya. Walaupun mereka juga sangat terkenal, tapi mereka ingin membuat ketenaran itu bertambah. Apalagi, ada beberapa model wanita yang mengetahui identitas asli dari Sammy Orlan. Aryk semakin malas untuk berhubungan dengan mereka.
Ketika ia bertemu Gheisha, gadis yang tidak mengenal siapa Sammy Orlan, ia pun tertarik untuk mengejarnya. Setidaknya, jika ia mendapatkan hati Gheisha, itu bukan karena status Aryk. Gadis itu tidak seperti gadis-gadis lain yang haus dengan ketenaran.
***
Dua hari berlalu, Gheisha sudah memantapkan hatinya untuk menerima tawaran itu. Saat Icha dan Sammy datang menemuinya, ia memberikan jawaban yang membuat mereka berdua tersenyum senang. Pemotretan akan dilakukan empat hari kemudian.
"Kalau begitu, kau tanda tangan di sini!" perintah Aryk.
"Bisa aku baca dulu surat kontraknya?"
"Tentu, silakan!" Aryk dan Icha sama-sama berdoa dalam hati.
"Poinnya cuma tiga. Poin satu dan dua, aku tidak mempermasalahkan, tapi poin ketiga …. Ini kenapa ada sanksi pembatalan kontrak sampai sepuluh kali lipat?"
"Karena ini adalah pekerjaan penting. Denda sepuluh kali lipat gajimu itu masih belum seberapa jika dibandingkan dengan kerugian yang akan kami dapatkan jika kau tiba-tiba mengundurkan diri. Jadi, apa kau mau mundur sekarang?" tanya Aryk. Ia menunggu dengan sabar. Ia yakin gadis itu mau karena tidak disebutkan konsep pemotretannya.
"Oke. Aku setuju," jawab gadis itu dengan mantap.
Mereka menandatangani surat kontrak itu lalu berjabat tangan. Icha dan Aryk tersenyum. Mereka berhasil mendapatkan Gheisha sebagai pasangan Aryk dalam pemotretan nanti.
Gadis itu menghela napas lega setelah mereka pergi. Ia tidak tahu harus berpose seperti apa nanti. Gheisha yakin, pasti ada seseorang yang mengarahkannya nanti.
"Wah, temanku akan menjadi model," ucap Yani sambil memeluk Gheisha. "Kau tahu, pria tampan itu akan membuat para penggemarnya patah hati karena memilihmu," tambahnya.
"Berlebihan, ah. Aku kan cuma menjadi pasangannya dalam pemotretan saja, bukan sebagai pasangan hidupnya," sahut Gheisha.
Mereka kembali melanjutkan pekerjaan. Empat hari lagi, Gheisha akan semakin sibuk. Ia menyetujui semua syarat dari mereka. Gadis itu hanya meminta satu syarat pada mereka, yaitu pemotretannya harus pagi hari. Siang hari dia bekerja di minimarket dan malam menjadi DJ. Kedua pekerjaan itu sama pentingnya dan Gheisha tidak mau mengorbankan salah satunya.
====BERSAMBUNG====