Laki-laki itu tertawa dengan seringai menyeramkan. Suaranya membuat bulu kuduk ketiga wanita itu berdiri. Seperti kucing yang berhadapan dengan serigala liar.
"Tentu saja ada. Dia tidak mengindahkan peringatan kami. Jadi, kami akan membuatnya sadar, bahwa kami tidak main-main. Sumpal mulut mereka, kecuali yang imut itu. Kita biarkan dia mendesah," perintah laki-laki yang memimpin mereka.
"Lepaskan Tuti! Jangan sentuh dia!" Adah dan Alika memberontak saat mereka mendorong Tuti hingga terbaring di tanah. Namun, mereka mengikat Adah dan Alika di tiang listrik. Mulut mereka disumpal dengan sapu tangan.
Tuti berteriak di bawah tubuh laki-laki yang tengah menggagahinya. Ia menangis, merintih kesakitan. Namun, kelima laki-laki itu justru tertawa lebar. Dengan beringas, mereka memerkosa Tuti di hadapan Adah dan Alika.
Kedua sahabat Tuti ikut menangis histeris. Namun, suara mereka teredam oleh sapu tangan. Hanya air mata yang mengalir deras di kedua pipi mereka.