Aryk meremas tangan mungil dalam genggamannya, mencoba menghilangkan getaran hasratnya. Namun, ia sudah terlalu lama menahannya. Ia memang sudah lama ingin merasakan kehangatan dari seorang wanita yang kini menjadi pendamping hidupnya.
Aryk tidur menyamping, menghadap ke arah Gheisha. Menatap istrinya yang memejamkan mata sambil mengatur nafas. Dia menelan saliva saat melihat dada Gheisha yang turun naik seiring helaan nafasnya.
"Ghe!" panggil Aryk lembut.
Gheisha membuka mata dan menoleh ke samping, menatap mata Aryk yang mulai sayu, menahan hasrat.
"Kenapa?" Gheisha bertanya pada suaminya sambil menyentuh pipinya.
Aryk mendekatkan wajahnya ke wajah Gheisha. Ia mengecup bibir lembut itu, hanya menempelkan bibir. Lalu, Aryk menjauhkan wajahnya untuk menatap wajah Gheisha. Kedua mata wanita itu terpejam rapat.
Laki-laki itu tidak tahan. Ia bangkit dan menimpa tubuh istrinya. Gheisha terkejut dan membelalakkan mata, jantungnya seolah hendak loncat keluar.