Semua rencana sudah tersusun rapi. Hari Minggu, Sam bersiap pergi ke rumah Tamara. Ia ingin memberikan kejutan untuk gadis itu.
"Sam pergi Dulu, Pa, Ma."
"Mau kemana, Sam? Tidak lari pagi bareng Kai?"
"Tidak, Ma. Sam ada urusan," jawab Sammy.
"Oh. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut!"
"Iya, Ma."
Sammy membawa mobil sport hadiah ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu. Ia membawa mobil agar bisa membawa Tamara dan neneknya ke kios yang sudah dibelinya. Fadil tidak bisa menemukan kios yang benar-benar dekat dengan lokasi tempat tinggal gadis itu.
Meskipun tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. Sam sangat bersemangat pergi dari rumah. Namun, saat tiba di depan rumah kontrakan, ia terpaku.
Sebuah bendera kuning berkibar di depan gang menuju rumah kontrakan. Sammy memarkir mobilnya di samping gang, lalu melangkah dengan penuh pertanyaan. Semoga saja, bukan nenek yang meninggal, batin laki-laki itu.
"Permisi, Pa. Siapa yang meninggal?"
"Neneknya Neng Tamara."