'Aw … dia benar-benar menunaikan ancamannya. Seharian, sejak siang sampai malam hari, dia hanya mengizinkan aku istirahat mandi dan makan. Jika semalam tidak ketiduran, dia mungkin akan melanjutkannya sampai pagi. Pinggangku rasanya seperti mau patah.'
Dandelion berdiri di dekat jendela kamar sambil memijat pinggangnya sendiri. Entah, ia sanggup atau tidak untuk mendaki Bukit Matahari? Ia sudah siap dengan baju olahraga berwarna pink, sementara Aryk masih sedang mengganti baju.
Saat laki-laki itu keluar dari kamar mandi, ia tersenyum lebar. Dengan langkah sangat pelan, ia mendekati istrinya. Tangannya langsung melingkar di pinggang Dandelion.
"Kenapa? Sakit ya?" Aryk membantu memijat pinggang istrinya.
"Masih berani bertanya," jawab Dandelion sambil mencubit tangan suaminya.
"Kapan lagi, aku bisa menahanmu seharian di ranjang," katanya tanpa malu.