Aryk mendiamkan Dandelion sejak pulang rapat. Biasanya setiap ada rapat, ia selalu membawa istrinya yang memang bekerja sebagai asisten. Suaminya pulang larut malam dan mendiamkannya.
"Aryk! Kenapa diam saja?" tanya Surendra.
"Tidak ada apa-apa, Pa."
"Kenapa diem-dieman?" tanya Rosida yang melihat mereka tidak saling bertegur sapa atau bicara.
Dandelion merasa kesal dan berpamitan lebih dulu pada mereka. Sarapan yang dibuat oleh pembantu mereka itu sangat enak, tapi terasa hambar hari ini. Ia bahkan malas menunggu suaminya keluar dari rumah dan memilih pergi ke kantor dengan menggunakan taksi.
Mobil merah miliknya, telah ia berikan untuk Sisi. Ia memberikan itu karena takut ibunya butuh pergi keluar, jadi Sisi bisa mengantarnya. Hubungan mereka telah membaik, seperti keinginannya dulu.
Di dalam taksi, ponselnya berdering. Namun, karena terlalu kesal dengan sikap Aryk, ia memilih mematikan ponselnya. Ia ingin tahu, sampai kapan laki-laki itu akan mendiamkan dirinya.