"Kamu dimana selama ini, Sayang?" tanya Aryk sambil membelai pipi Dandelion.
"Di Korea." Dandelion hanya menjawab singkat. Ia tidak ingin membicarakan banyak hal. Malam ini, ia hanya ingin berbaring memeluk suaminya. Merasakan kehangatan dada bidang sang suami yang sangt dirindukannya.
"Kenapa melakukan operasi palstik? Supaya bisa mencari suami yang lebih tampan dariku? Tapi, kau harus tahu. Tidak ada laki-laki yang lebih tampan dariku," ucapnya dengan penuh percaya diri.
"Narsis. Di Korea banyak sekali pria cantik yang membuat gadis-gadis melirik, tapi aku … hanya menginginkan seorang Aryk yang narsisnya gak ketulungan," cibir Dandelion.
"Ha… ha…. Sudah larut, sebaiknya tidur."
"Hem." Dandelion semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Aryk. Ia sangat merindukan aroma maskulin dari tubuh suaminya. Setelah tiga hari diperlakukan seolah-olah tidak dikenal oleh Aryk, kini ia bisa tidur dengan nyenyak dalam pelukan laki-laki itu.
***
Tok! Tok! Tok!