Arabelle kini sedang merenung di balkon kamarnya,tatapannya kosong kedepan. Hanya angin berhembus yang dirasakannya. Sesekali ia membuang napas pelan,untuk menghilangkan sesak dipikiran nya. Ia menyeruput susu yang dipegangnya dengan perlahan karena uap panas masih keluar dari gelas yang dipegangnya.
Arabelle tersentak kaget saat ia menoleh kebelakang,gelas yang sedari tadi bertengger di tangannya sudah menyusul ke lantai hancur berantakan. Arabelle termanggu melihat sosok di belakangnya hingga ia tak merasakan sakit saat pecahan kaca dan air panas yang mengenai kakinya.
"apakah sakit?" Bima mendekat pada arabelle kemudian menunduk membersihkan beberapa kaca yang mengenai kaki arabelle.
Arabelle tidak tau harus berbicara apa,lidah dan otaknya kelu saat melihat adegan di depannya. Mengapa dia datang seperti hantu? Bagaimana dia berubah pikiran begitu cepat? apa yang salah dengannya?
Bima terlihat tetap tenang,dalam hati ia sangat mengutuk dirinya sendiri yang sudah menyakiti adiknya sendiri. Bima menggendong arabell ala bridal style menuju kamar,mendudukkannya di tepi ranjang kemudian menunduk melihat kaki arabelle yang sudah memerah. Ia berjalan menuju intercom dikamar arabelle,menyuruh para maid agar membawa kotak P3K ke kamar arabelle.
"maafkan kakak!" ujar Bima yang masih menunduk memegang kaki arabell. Bima merasa sangat bersalah.
"Ka...Kak" ucap arabelle dengan terbata-bata.
Bima melirik arabelle,yang dilirik hanya menundukkan kepala. Bima mensejajarkan tubuhnya dengan arabelle yang terduduk, memegang pipi sang adik agar menatapnya. Mata mereka bertemu dan saling tatap. Bima memperhatikan arabelle dengan intens,ia sangat merindukan bocah kecil dihadapannya ini. Warna mata yang sama persis dengannya tidak ada perbedaan sama sekali mata keduanya. Semua keluarga tidak ada yang memiliki mata abu seperti itu kecuali kakek buyut nya yang memang asli keturunan Jerman.
Bima mengangguk kan kepalanya,matanya berkaca-kaca memandang arabelle. Sesat kemudian ia memeluknya dengan rasa bahagia dan haru. Arabelle menangis dipelukan Bima,ia sangat bahagia akhirnya bisa diterima.
Tak berapa lama,pintu kamar arabelle terbuka menampilkan Stella dan pandhita yang terlihat syok.
"Kenapa dengan arabelle?" ucap Stella dengan rasa khawatir. Mereka mendekati arabelle dan duduk disebelahnya. Bima mengambil kotak P3K dari tangan pandhita,sesat kemudian meletakkan kaki arabelle di pahanya.
"astaga...apa yang terjadi ?" pandhita membekap mulutnya melihat kaki keponakannya,ia terlihat sangat syok begitupun dengan Stella.
"kamu tidak apa-apa sayang?" Stella dengan rasa khawatir memeluk arabelle
"tidak apa-apa, bunda tenang saja. Ada kakak bersamaku."
"oh,syukur lah nak"
"panggil dokter sekarang!" sergah Bima dengan sedikit teriakan pada beberapa maid yang sedari tadi datang.
Argani yang sedang berjalan bersama Thomas melihat maid yang berlalu lalang,ia mengerutkan kening kemudian bertanya pada salah satu maid yang disebelahnya.
"Tuan putri terluka" jawab salah satu maid kemudian meninggalkan tuannya yang masih diam mematung. Tak menunggu lama Argani dan Thomas berlari menuju kamar arabelle,adelio yang melihat paman dan kakeknya yang tergesa-gesa ikut mengikut di belakang. Argani,Thomas dan adelio nampak syok melihat kaki arabelle di paha Bima. Mereka bertanya apa yang terjadi? Bima menjelaskan dengan rasa bersalah,sembari terus meniup-niup kaki arabelle.
"kamu melukainya?" adelio melotot ke hadapan Bima.
"bukan kak,bukan.... itu tidak sengaja,kak Bima yang menolongku" sergah arabelle
"jangan membelanya princess,dia salah."dengan lembut adelio berbicara pada arabelle.
"kamu terlalu banyak bicara adelio!" ucap pandhita
"apaan sih mi!"
"kamu jangan bicara lagi!"
"tap..." ucapan adelio terhenti saat pandhita mengetok kepala sang anak. Adelio pun meringis sambil memegangi jidatnya.
Arabelle tertawa melihat adelio meringis. Ia melihat ekspresi menggemaskan adelio yang kalah debat dengan sang mami. Ia lupa dengan kakinya yang terluka,dia malah terlihat nyaman dengan keadaan nya sekarang. Dipenuhi oleh orang yang sangat perhatian padanya, Arabelle sangat bersyukur dikelilingi oleh keluarganya yang lengkap.
"kenapa tidak ada yang membelaku?" ucap adelio dengan wajah memelas menatap semua orang. Semua memalingkan wajah tak ingin melihat adelio. Adelio hanya merengut dan pasrah.
*****