Chereads / mencintaimu sampai akhir / Chapter 9 - bab 9 Kirana,Aku Akan Menikahimu

Chapter 9 - bab 9 Kirana,Aku Akan Menikahimu

Kirana tidur dengan nyenyak meski pelipisnya terluka dan agak nyeri. Seperti biasa, pukul tiga dini hari Kirana sudah terbangun, perlahan Kirana duduk dan bersandar di tembok dekat tempat tidurnya. Setelah dirasa sudah kuat Kirana berjalan ke kamar mandi mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat malam. Setelah selesai Kirana membaca Al-Qur'an cukup satu juz setelah itu mencium dan meletakkan kembali ke tempat Al-Qur'an di pojok kamarnya.

Kirana melipat selimutnya dan menemukan jaket milik Ziyad berada ditempat tidurnya. Mungkin Ziyad lupa membawanya pikir Kirana kemudian melipat jaket milik kakak Ifa itu dan memasukkannya kedalam tas kecil dan menyimpannya. Nanti sepulang sekolah akan mengembalikannya dan mengucapkan terima kasih pada Ziyad.

"Mmm... aku akan membuatkan brownis buat kak Ziyad, sebagai ucapan terima kasih." Kirana bergumam sendiri dan melangkahkan kakinya kedapur mulai membuat brownis. Setelah dikukus, Kirana memasak nasi goreng untuk sarapan. Sekarang Kirana lebih sering masak sendiri karena masakan nenek kurang menggugah seleranya dan juga Kirana kasihan pada neneknya kalau harus membuatkan makanan untuknya.

Setelah selesai masak Kirana mandi dan melaksanakan sholat subuh, setelah itu berganti dengan seragam putih abu miliknya juga jilbab warna putih sesuai standar yang ditetapkan sekolahnya. Tak terasa Kirana sudah kelas tiga SMA dan kegiatannya sangat padat. Kurang dari enam bulan lagi dia akan lulus, tetapi bulan depan Kirana harus mengikuti lomba rebana tingkat provinsi.

Sebenarnya Kirana akan break dari kegiatan rebana, hanya saja dia adalah vokalis utama jadi harus ikut tampil, Kirana harus pandai membagi waktu agar semua bisa berjalan lancar. Pukul enam lebih tiga puluh menit Kirana pamit pada nenek dan berangkat sekolah. Saat selesai mengunci pintu Kirana melihat Ifa sudah sampai depan rumahnya,

"Kiran... ayo berangkat..." ajak Ifa.

"Tumben ga bawa motor..." Kirana menghampiri sahabatnya itu.

"Kak Ziyad yang memaksa mau mengantar, soalnya kasihan sama kamu kalau aku bonceng. Tadi malam kan kamu jatuh dan terluka." cerita Ifa bahwa Ziyad bersikeras ingin mengantarnya.

"Oh... berarti itu yang nyetir kak Ziyad?" tanya Kirana

"Iya.." jawab Ifa

"Sebentar" Kirana berlari kedalam rumahnya lagi dan mengambil jaket milik Ziyad dan brownis yang dibikin tadi, sebenarnya semua itu akan Kirana berikan saat pulang sekolah, tetapi karena sekarang bertemu maka sekalian saja dia berikan sekarang.

"Ayo kita berangkat... maaf menunggu lama" Kirana menggandeng tangan Ifa dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya menenteng plastik jaket milik Ziyad. Keduanya kemudian masuk kedalam mobil, Ifa duduk disamping Ziyad sementara Kirana duduk dibelakang.

Ziyad mengemudikan mobilnya menuju sekolah Ifa dan Kirana. Setengah jam kemudian mereka sampai di sekolah, Ifa turun dari mobil dan langsung berlari masuk karena ada tugas yang harus dikerjakan, Kirana turun dari mobil dan menutup pintu tetapi kemudian membuka pintu depan dan menyerahkan jaket serta brownis yang dibuat tadi pada Ziyad.

"Mmm... kak Ziyad... makasih ya tadi malam sudah menolongku! ini jaket Kakak tertinggal dan ini sebagai ucapan terima kasih..." Kirana menyerahkan dua buah tas kecil pada kakak sahabatnya itu. Ziyad mengulurkan tangannya kearah Kirana tetapi tidak menerima tas yang diberikan Kirana melainkan meraih pergelangan tangan gadis itu.

Kirana terkejut dan hendak menarik tangannya tetapi Ziyad menariknya masuk kedalam mobil dan menutup pintunya, kemudian memasang seafety belt pada Kirana dan mengendarai mobilnya meninggalkan sekolah Kirana. Ziyad mengambil ponselnya menghubungi Ifa.

"Assalamu'alaikum Ifa... Kirana masih sakit, tolong ijinkan sama guru piket. Kakak akan mengantarkannya ke dokter untuk diperiksa..." Ziyad kemudian menutup teleponnya. Kirana heran dengan sikap Ziyad dan memberanikan diri bertanya.

"Maaf Kak Ziyad... kita mau kemana? aku nggak mau kedokter... aku sudah tidak apa- apa..." Kirana menatap Ziyad yang diam sambil mengemudi.

"Ayo kak... antar aku kesekolah! aku sudah baikan sekarang..." Kirana memohon pada Ziyad, setelah mobil berjalan cukup jauh dari sekolah Ziyad memarkirkan di pinggir jalan dan menatap wajah kecil Kirana.

"Kirana... aku akan menikahimu..." kata- kata Ziyad mengagetkan Kirana.

"Haha... Kakak jangan bercanda! nggak lucu." Kirana tertawa terbahak- bahak.

"Aku serius Kiran..." Ziyad menatap tajam Kirana.

"Tapi kenapa Kak?... kita tidak saling mengenal, apalagi mencintai. Apa yang membuat Kakak tiba- tiba ingin menikahiku?" Kirana sungguh bingung.

"Kirana... tadi malam kamu pingsan, saat aku menggendongmu dan meletakkan mu ditempat tidur pakaian mu sobek. Aku sudah melihat auratmu, didalam agama kita hanya suami yang boleh melihat aurat seseorang." Ziyad menjelaskan dan Kirana menjadi malu, melihat kondisi gamisnya semalam Kirana bisa membayangkan apa yang Ziyad lihat.

"Tapi itu tidak disengaja Kak... dan aku sudah memaafkanmu, Kakak nggak harus melakukan hal-hal yang tidak Kakak ingin.." Kirana berbicara dengan tenang, dia tumbuh dalam banyak kesulitan hidup jadi dia dewasa sebelum waktunya, juga otaknya sangat pintar.

"Tapi aku ingin menikahimu Kirana..." Ziyad kembali mengagetkan Kirana.

"Tapi kita tidak saling mencintai Kak... lagipula aku masih sekolah, juga bagaimana dengan orang tua kita.." Kirana menjadi pusing sekarang, dia nggak tau harus melakukan apa.

"Aku mencintaimu semenjak pertama kali mendengarmu melantunkan sholawat dan kamu juga bisa belajar mencintaiku. Aku akan menunggumu, masalah orang tua aku. Semalam aku sudah berbicara dengan mereka dan mereka sudah menelepon orang tuamu dan mereka setuju asalkan kau tetap bisa terus bersekolah.

Setelah menikah... aku janji tidak akan menyentuhmu sebelum kamu lulus sekolah.." Ziyad meyakinkan Kirana yang terlihat semakin bingung. Bukannya saat bertemu pertama kali Ziyad mengacuhkannya. Kenapa tiba-tiba mengajak menikah?

"Kita akan menikah minggu depan, orang tuamu akan pulang dua hari lagi.." Kirana benar-benar tidak bisa berkata-kata. Dia hanya diam menatap nanar keluar jendela. Dia merasa tidak sepadan dengan Ziyad. Pemuda tampan itu pintar, lulusan luar negeri dan juga pernah dipesantren selama enam tahun, sedangkan dirinya siapa?

"Mmm... ta.. tapi Kak. Aku tidak layak menjadi istrimu. Keluargaku pas-pasan dan aku juga tidak sepertimu yang pernah mondok, pengetahuan agamaku juga tidak seberapa..." Kirana menundukkan kepalanya.

"Kita akan belajar bersama Kiran dan aku tidak akan meminta persetujuanmu karena jum'at depan kita akan menikah." Ziyad menjalankan mobilnya menuju rumah Kirana. Setelah sampai Kirana turun dan pamit untuk masuk kerumah dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Ziyad kemudian bergegas pulang untuk mempersiapkan segala yang akan diperlukan dalam pernikahannya. Kirana merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya pikirannya menerawang memikirkan perjalanan hidupnya.