"Xia, sayang, kamu sangat cantik, dan mulai sekarang kecantikanmu ini hanya aku yang boleh menikmatinya." Kia menatap benci kepada Alex, tetapi dia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Dia sepertinya mengalami kelumpuhan, untung saja ingatannya tidak hilang, tetapi kalau keadaannya seperti ini Kia merasa lebih baik mati dari pada harus hidup bersama dengan Alex.
Kia menangis saat mengingat ketiga buah hatinya yang masih kecil juga suaminya yang pasti saat ini sedang bersedih karena kehilangan dirinya. Kia juga menduga kalau saat ini papanya seharusnya sudah sampai di Bandung dan sudah menceritakan seluruh kejadian kemarin kepada Zio.
"Ziyad, Hanan, Kirana, kalian pasti sangat menghawatirkan mama..., maafkan mama yan sayang... Seandainya mama bisa pergi dari sini..." Kia berbicara di dalam hatinya. Saat ini yang bisa dia lakukan hanya menangis, dia tidak bisa berbicara juga menggerakkan tubuhnya. Dirinya kini bagai sepotong kayu yang teronggok tidak berguna.