"Ah Kia, aku tidak yakin akan bisa melanjutkan kehidupanku tanpamu. Kamu adalah cinta Pertama dan terakhirku." Zio kemudian segera berganti pakaian dan menuju ke masjid. Satu bulan ini, Zio menyibukkan diri dengan mengajar para santri dan juga merawat ketiga buah hatinya bersama Kia.
Tanpa Zio ketahui, seorang santriwati yang sedang menghafal Al-Qur'an di pesantren Kaif sangat iba kepada Zio.
"Gus Zio sangat tampan, tetapi dia selalu termenung dan wajahnya terlihat sangat murung. Seandainya saja dia mau membuka hatinya, aku ingin membantunya menyembuhkan luka di hatinya.
"Aaahhh, Syifa! kenapa kamu berkhayal terlalu tinggi. Mana mungkin Gus Zio mau denganmu, sedangkan melihatmu saja dia tidak pernah mau." Syifa, gadis yang selama ini selalu memperhatikan gurunya itu memukul kepalanya sendiri.