Chereads / Istoria De Eclaite / Chapter 63 - Serangan Kejutan

Chapter 63 - Serangan Kejutan

Berdiri tegak, aku menatap Ruciel yang sedang duduk dalam posisi Seiza. Cara duduk tradisional di negara Jepang yang terpercaya dapat membuat kaki jadi kesemutan dalam beberapa menit.

Ruciel duduk dalam posisi itu karena dia mendapat hukuman dariku. Kejahatan gadis itu adalah kelalaian yang dia lakukan. Dia memberiku penjelasan tidak lengkap mengenai Debt Slave. Jika dia memberi tahuku informasi yang diucapkan Anna tadi, aku yakin, aku sudah membebaskan Ruciel dari status Debt Slave yang dia miliki.

Kenapa dia tidak memberitahuku?.

"Menurut pengamatan yang aku lakukan sejauh ini. Apa benar, anda memiliki niat untuk membebaskan kami?"

Pertanyaan itu diucapkan Araya yang sedang duduk di sebuah kursi kecil. Dia juga merupakan Slave yang aku miliki. Araya adalah War Slave, karena itu, tidak mudah untukku membebaskan dia.

"Ya, untuk anda. Saya bersedia melepaskan cincin Slave anda, jika anda mengembalikan uang yang saya gunakan untuk membeli anda dan memberi saya informasi berkaitan dengan Esturion Empire"

"Perlu anda ketahui, aku tidak memiliki banyak informasi"

Ucap Araya yang berpura-pura bodoh untuk meyakinkan aku jika dia tidak berharga.

"Kita bisa melihatnya nanti. Sekarang, saya tahu anda lapar nona Araya. Karena itu, anda boleh lebih dulu menyantap makan malam. Anda tidak perlu menahan diri, kami akan segera menyusul anda setelah berbincang untuk beberapa waktu"

"Anda tidak perlu basa-basi, pergi dari sini karena kau tidak diperlukan dalam percakapan kami, sudah lebih dari cukup untukku. Dan anda bisa memanggilku Araya, tolong jangan gunakan nona"

Ugh! Kenapa aku mendapat wanita berlidah tajam lagi. Kenapa aku dibenci saat aku ingin dicintai.

"Aku akan menunggu kalian"

Aku melihat Araya keluar dari kamar. Kemudian, setelah aku memastikan dia menutup pintu, Aku kembali melihat Ruciel.

"Sekarang. Beritahu saya, kenapa Ruciel tidak pernah mengucapkan kecacatan di kontrak ini?. Apa yang Ruciel inginkan sebenarnya?"

"...."

Ruciel diam. Dia tidak melihatku dan dia, tidak memiliki keinginan untuk berbicara. Kemudian, satu menit berlalu.

"Saya menunggu Ruciel"

"...."

Yup. Dia sama sekali tidak ingin mengucapkan sesuatu padaku.

"Tidak ingin berbicara?"

"...."

"Baiklah, kita akan menggunakan cara kasar"

Ucapku dengan kesal.

Aku menyukai gadis itu. Aku bisa mentolerir sikap kasarnya, aku juga siap jika dia menyakiti aku baik dari segi fisik atau mental karena dia begitu berharga untukku, namun. Itu bukan berarti aku ingin dibohongi oleh dia.

Mmm… apa menyembunyikan sesuatu termasuk kebohongan?.

Well, aku tidak tahu. Aku tidak perlu memperdulikannya mengingat aku sedang kesal sekarang.

"sebagai Master, saya perintahkan Ruciel untuk menjawab semua pertanyaan saya dengan jujur!. Tentu, Ruciel tidak boleh diam, Ruciel wajib memberi saya jawaban"

"Wa.. kau tidak bisa melakukan ini!"

Ucap Ruciel dengan panik.

"Sayangnya sayang, saya bisa. Sekarang, kenapa Ruciel tidak pernah mengucapkan masalah kecacatan kontrak pada saya?. Apa yang sebenarnya Ruciel inginkan dengan menyembunyikan hal ini?"

Dia mencoba untuk diam dan dia kesakitan karenanya. Dia menahan rasa sakit yang di berikan cincin Slave selama beberapa waktu sebelum akhirnya menyerah.

Sungguh gadis yang tangguh.

"Karena kau tidak pernah bertanya dan... aku tidak ingin bebas, aku ingin menjadi Slave milikmu selamanya"

Ucap Ruciel dengan enggan tapi penuh ketetapan.

"Kenapa?"

"Aku ingin membalas kebaikan yang kau berikan"

"Saya tidak ingat pernah melakukan kebaikan yang begitu besar pada Ruciel hingga membuat saya pantas mendapat imbalan sebesar ini"

"Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi kau memberikan harapan saat aku berada dalam kesusahan dan penderitaan. Kau juga sudah membeliku saat aku menjadi Debt Slave. Kedua hal yang kau lakukan sangatlah berarti untukku. Kau menyelamatkan hidupku. Semua inilah yang membuat aku memutuskan untuk menjadi Slave milikmu selamanya"

Itu adalah satu hal yang tidak aku duga. Didalam cerita Ruciel, aku seolah digambarkan sebagai sosok penyelamat yang baik hati. Aku merasa begitu tidak nyaman dengan persepsi itu. Aku bukanlah seseorang yang baik.

"Semua orang bisa menyelamatkan orang lain. Karena itu, Ruciel tidak perlu menjadi Slave, Ruciel harus meninggalkan hal Slave ini dan kembali seperti dulu"

"Bukankah saat ini aku sudah menjadi aku yang sebenarnya?"

"Itu karena saya memberi perintah pada Ruciel untuk kembali seperti semula!. Saya tidak menginginkan boneka cantik yang mau melakukan semua hal yang saya inginkan dengan sebuah perintah. Saya hanya menginginkan Ruciel yang sebenarnya tanpa manipulasi apapun. Apakah permintaan ini begitu besar hingga anda selalu berusaha menghalanginya untuk menjadi nyata. Saya ingin Ruciel kembali seperti semula, kembali seperti saat kita bertemu"

Berbicara panjang lebar saat marah ternyata begitu melelahkan. Aku bahkan sedikit terengah-engah saat menarik nafas. Merasa lemah, aku duduk di kursi kecil.

Aku menatap mata gadis itu dan gadis itu mengembalikan tatapanku.

"...."

"...."

"Ruciel sungguh sangat benar-benar tidak ingin bebas?"

"Ya"

Sungguh keras kepala. Benar-benar keras kepala.

"Jika ingin balas budi. Ruciel bisa menjadi pelayan saya jika sudah bebas"

Bujukku, memberi Ruciel alternatif lain.

"Karena tugas pelayan dan Slave hampir sama, aku lebih memilih untuk menjadi Slave"

"Bagaimana dengan pernikahan. Ruciel pasti ingin menikah, bukan begitu?"

"Aku tidak terlalu memikirkannya, dan aku tidak keberatan menikah dengan siapa saja, asalkan. Calon suamiku mau ikut melayani kamu seperti aku sekarang"

Tolong jangan mengucapkan hal mengerikan seperti itu. Aku tidak ingin kau menikah dengan orang lain, aku ingin kau menikahi aku. Karenanya..

"Kalau begitu Ruciel akan menjadi istri saya"

"Ha!?"

"Jika Ruciel bersikeras tidak ingin bebas, saya akan menjadikan Ruciel istri saya. Ruciel dengar!"

Ancamku dengan suara penuh rasa kesal.

"...."

Dan ancamanku membuat dia terdiam. Dengan ini, aku yakin dia akan merubah pikirannya yang begitu keras.

"..Maka biarlah, aku akan menjadi istrimu, jika kau memang menginginkannya"

"Ruciel tidak keberatan?"

Tanyaku sedikit terguncang. Tidak pernah didalam pikiranku, Ruciel akan menyetujui hubungan seperti ini. Aku memiliki tubuh seorang wanita. Aku yakin, dengan kondisi tubuhku yang seperti ini, wanita yang aku rayu tidak akan bersedia membawa hubungan yang dibuat ketingkat selanjutnya. Ditingkat yang serius.

"Bukankah sejak awal itu adalah tujuan utama kenapa kau mendekati aku?"

"Ya, saya maksud tidak. Saya tid-"

Saat aku menjawab dengan spontan dan terpatah-patah, Ruciel membuat senyuman kecil penuh rasa percaya diri. Sekarang, dia memancarkan aura kemenangan.

"Master tidak menginginkan saya?"

Ugh!. Pertanyaan yang tepat, diucapkan disaat yang tepat. Aku sudah menyerang dia dengan agresif untuk meraih kemenangan, namun apa yang aku lakukan menjadi sia-sia setelah mendapat satu serangan balasan.

"Sejak kapan Ruciel tahu?"

Tanyaku dengan lemah, merasakan kekalahan yang pahit.

"Aku curiga saat kita bertemu dan baru yakin kau tertarik dengan jalan hidup ini, setelah aku mengamatimu untuk beberapa waktu"

"No!, Tidak!. Saya tidak menerima semua ini!. Ruciel berbohong dengan ucapan mau menjadi istriku. Mau tidak mau, saya akan membebaskan Ruciel dari hal Slave ini. Titik"

Benar, aku tidak terima aku kalah. Aku memaksakan keputusan ini pada Ruciel. Karena aku yakin ini bukanlah satu hal yang buruk.

"Aku tidak bohong. Ingat, kau menyuruhku untuk tidak berbohong"

"Ruciel berbohong"

"Jangan jadi anak kecil. Baiklah, apa yang harus aku lakukan agar kau percaya padaku?. Aku tidak berbohong saat aku menerima tawaran untuk menikahimu agar bisa menjaga status Slave ini"

"Kalau begitu cium saya. Jika Ruciel benar-benar setuju menikahi saya, sebuah ciuman bukalah hal yang besar, benarkan?"

"Baiklah"

Meninggalkan kata itu di belakang, Ruciel beranjak dan dengan cepat berdiri di depanku. Hal ini membuat aku bertanya-tanya, bagaimana dia tidak kesemutan setelah duduk dalam posisi Seiza selama obrolan kami berlangsung.

Kemudian, dengan cepat dia memegang kedua pipiku.

"Tung-"

Belum sempat aku mengucapkan kata pertama dari kalimat yang ingin aku ucapkan, sensasi lembut menyelimuti bibirku. Sesaat kemudian, aroma tubuh Ruciel menjadi semakin kuat. Pada akhirnya, untuk beberapa saat, pikiranku menjadi kosong.

Dan disaat aku kembali tersadar. Aku bisa memperhatikan dengan jelas, Ruciel mencium aku yang sedang duduk. Wajahku memanas dan aku terdiam. Kemudian, bibir kami berpisah.

"Sebuah ciuman seperti yang kau inginkan"

Ucap gadis itu sebelum membuat senyuman yang menawan. Dia begitu indah, membuat aku begitu terpesona dan membuat wajahku semakin panas.

"Melihat begitu merah wajahmu, aku yakin. Kau sangat senang mendapat ciuman ini"

Kalimat itu membuat aku langsung berdiri. Melangkah, aku segera mendekati pintu kamar kemudian melangkah keluar. Dengan cepat aku menutup pintu itu dan menggunakannya sebagai tempat bersandar. Perlahan, tubuhku terjatuh dan akhirnya, aku duduk bersandar didepan itu.

Dadumb! Dadumb! Dadumb!

Jantungku berdetak kencang saat kembali mengingat ciuman barusan. Ini begitu tiba-tiba dan aku sama sekali tidak siap. Mendapat kejutan ini membuat tubuhku lemas.

Gadis yang aku cintai memberiku sebuah ciuman.

Kalimat yang indah. Kalimat itu juga membuatku begitu bahagia. Membuat aku tidak bisa melakukan apa-apa selain tersenyum.

Klack! Klack!

"Eclaite, apa kau ada di luar?. Kenapa kau mengunci pintu kamar?"

Klack!

"Anda tidak boleh keluar Ruciel!. Itu hukuman anda!"

Ucapku dengan panik saat mengetahui Ruciel ingin keluar. Berfikir untuk berhadapan dengan gadis itu lagi membuat pikiranku kacau balau. Aku bahkan tidak tahu apa yang baru saja aku ucapkan.

"... baiklah"

Setelah kalimat itu terucap, keadaan di sekitarku menjadi hening. Hal ini membuat aku bisa menenangkan diri.

Aku tidak percaya. Aku tidak percaya Ruciel mencium aku. Dia juga dengan mudah menerima ide untuk menjadi istriku. Tentu aku senang dengan hal ini, tidak!. Aku sangat senang dengan hal ini.

Namun.....!

Aku merasa ada yang salah dengan hal ini. Apa aku harus menerima Ruciel yang bersedia menjadi istriku begitu saja. Apa ini tidak terlalu cepat. Kami belum melakukan tahap pacaran, apalagi kencan.

Memikirkan semua itu untuk beberapa lama membuat aku sampai pada sebuah jawaban. Semua ini tidak baik-baik saja. Jika langsung menikah kami tidak akan mendapat banyak kenangan. Aku ingin mengalami masa-masa pacaran, aku menginginkan kenangan-kenangan manis.

Kami baru saja bertemu beberapa waktu lalu. Kami belum cukup mengenal satu sama lain. Karena itu, keputusan untuk menikah harus ditunda. Pernikahan yang aku inginkan adalah pernikahan yang… yang…

Yang apa?. Aku ingin pernikahan kami meriah, direstui, dihadiri oleh teman dan keluar, dan yang paling penting. Pernikahan kami haru sah. Jadi.. jadi..

Jadi kenapa aku memikirkan semua ini.

"Uuu~"

Aku bukan aku yang biasanya. Aku tidak mengira sebuah ciuman dari wanita cantik yang aku sukai akan mengacaukan aku seperti ini.

Keep Calm Me!

Tarik nafas dalam-dalam.

"Huu~ haa~, huu~ haa~"

"Master Eclaite?, Kenapa anda duduk disitu?, apa yang anda lakukan?, Apa percakapan kalian sudah selesai?"

Aku langsung menoleh saat mendengar pertanyaan itu. Disana, aku melihat Araya berdiri sambil sedikit memiringkan kepalanya. Aku tidak sadar saat dia mendekat dan sejak kapan dia ada disana.

Panik, aku langsung berdiri

"Araya bisa istirahat sekarang, saya ingin menyantap makan malam, permisi"

Ucapku pada gadis itu sebelum melarikan diri menuju restoran penginapan. Semua ini begitu tiba-tiba namun. Aku begitu bahagia mendapat ciuman dari Ruciel. Aku akan mengingat malam ini selamanya. Tentu, saat dimana aku melarikan diri karena panik harus dihapus dari ingatan ini.